KAISAR MATA LANGIT
Pemberitahuan buat para reader.
Setiap kejadian dalam karya ini ada tujuannya, alurnya berjalan secara alami dan logis, jadi jangan menilai negatif kalau belum baca sampai akhir, kalau tidak suka tidak usah komen atau rate, skip saja.
Malam itu, Zhen Mo menikmati malam seperti biasanya. Zen Mo adalah seorang pemuda yatim piatu yang diadopsi oleh keluarga kaya, namun dijadikan sebagai seorang pelayan untuk mengerjakan pekerjaan kasar dalam keluarga. Dia tidak punya pilihan lain karena dia tak punya saudara.
Sejak dia lahir, yang dia tau, dia dibesarkan oleh keluarga majikannya. Untuk menghibur diri, dia hanya bisa keluar malam hari secara diam-diam, meski kadang dia sering dimarahi jika ketahuan. Hanya ketika berada diluar, dia merasakan sedikit kebebasan.
"Sampai kapan hidupku akan seperti ini? Apakah aku terlahir untuk menjalani hidup seperti ini?"
"Aku ingin merasakan kehangatan sebuah keluarga dan ada seseorang yang selalu mengkhawatirkan aku" ucapnya dalam hati
Ketika Zhen Mo melewati tempat menjual makanan, dia melihat seorang gadis kecil dengan lelaki tua menatap ke arah makanan itu.
"Kek! Sepertinya makanan itu enak sekali, aromanya saja sangat wangi" kata gadis kecil itu
"Tentu saja itu enak, harganya juga mahal. Itu adalah makanan buat orang kaya. Jika nanti kakek punya uang, kakek akan membelikannya untukmu"
"Benar ya, kek?" ucap gadis kecil itu dengan riang
"Tentu saja! Apa pernah kakek berbohong pada cucu kakek?"
"Kakek memang yang terbaik"
Mendengar percakapan itu, Zhen Mo teringat masa kecilnya yang tak punya siapa-siapa dan sering berkhayal bisa mencicipi makanan enak. Kemudian dia menghampiri kakek dan cucunya itu.
"Adik kecil, apakah kamu mau mencicipi makanan itu? Kalau mau, kakak akan belikan untukmu?"
Mendengar pertanyaan dari orang yang tak dia kenal, gadis itu hanya menatap kakeknya.
"Tidak usah bingung seperti itu, tunggu sebentar ya, kakak akan membelikannya untukmu"
Kemudian Zhen Mo membelikan makanan itu untuk si kakek dan cucunya.
"Adik kecil! Ini makanannya buat kamu dan kakek ya, semoga kamu menyukainya"
"Terima kasih kakak" jawab gadis kecil itu
"Terima kasih anak muda" jawab si kakek juga
Zhen Mo memandangi si kakek dan cucunya itu pergi. Namun, dari arah belakang, tiba-tiba terdengar suara mobil yang mengarah ke arahnya. Mobil itu seperti kehilangan kendali dan melaju dengan kencang. Zhen Mo segera berlari mengejar si kakek dan cucunya untuk menyelamatkan mereka. Zhen Mo mendorong si kakek dan cucunya ke arah samping, yang menyebabkan dia lah yang tidak sempat menghindar dan tertabrak oleh mobil itu.
"Apakah hidupku akan berakhir seperti ini? Ini sungguh tidak adil untukku" ucap Zen Mo dalam hati
Terdengar suara gadis kecil itu memanggilnya kakak diantara isak tangisnya.
"Kak! Kakak! Bangun kak! Kakak! Jawab aku kak!"
Kesadaran Zen Mo mulai menghilang seiring darah mengalir dari kepalanya.
"Aku tidak menolak akhir yang seperti ini. Satu-satunya penyesalan adalah tidak pernah merasakan kehangatan dalam hidup. Jika ada kehidupan selanjutnya, aku ingin memiliki keluarga atau seseorang menyayangiku dan menunggu kepulangan setiap waktu" ucap Zhen Mo dalam hati
"Anak muda! Dengan kebaikanmu hari ini, semoga kamu mendapatkan kehidupan yang baik setelah ini" ucap si kakek
Kata-kata si kakek merupakan kata-kata terakhir yang dia dengar, sebelumnya pandangannya gelap, dan kesadarannya benar-benar menghilang. Dalam suasana gelap tak berujung itu, dia mendengar seseorang berkata dan memanggil sebuah nama.
"Mo Fan! Mo Fan! Apakah kau mendengarku? Ayo buka matamu, jika terjadi sesuatu padamu, aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada pamanmu" ucap seseorang
"Dimana ini? Apa yang terjadi padaku?" tanya Zen Mo
"Sepertinya kamu masih shock karena tersetrum barusan, kamu istirahat saja dulu, biar aku yang membereskan semua ini" ucap orang itu
Setelah beberapa saat kemudian, orang itu menceritakan kejadian yang sebenarnya yang menyebabkan dia kesetrum. Perlahan ingatan samar-samar mulai muncul dipikiran Zen Mo. Ternyata jiwanya berpindah ke dunia lain yang hampir sama dengan dunia sebelumnya yang modern.
"Mo Fan! Apakah kamu merasakan sesuatu yang tidak nyaman pada tubuhmu?"
Mo Fan sangat kebingungan dengan semua itu karena yang dia ingat terakhir kali adalah saat menyelamatkan seorang kakek dan cucunya saat akan tertabrak mobil. Tapi, kenapa saat membuka mata dia malah berada di sebuah toko. Harusnya dia kan berada di rumah sakit dengan tubuh penuh luka, namun jangankan luka, sakit pun tak dia rasakan. Untuk mengetahui informasi tentangnya, Mo Fan pura-pura tidak bisa mengingat sesuatu dengan jelas.
"Paman! Apakah namaku Mo Fan?"
"Mungkin otakmu masih shock. Makanya kamu tidak bisa mengingat apapun dengan jelas. Namamu adalah Mo Fan, kamu punya paman yang bernama Mo Zhang, dan aku adalah teman pamanmu, namaku Asun. Kamu bekerja disini sebagai pelayan di toko ku ini"
"Sepertinya aku mulai ingat, paman Sun! Meski samar-samar, tapi aku mulai ingat sedikit demi sedikit, mungkin karena aku masih merasa sedikit pusing"
Mo Fan sangat ingin bertanya banyak pada paman Asun, tapi takut kalau hal itu malah membuat paman Asun curiga atau terlalu khawatir kepadanya.
"Berarti pemilik tubuh ini mati karena tersetrum listrik barusan, dan jiwaku menempati tubuh ini sekarang. Aku tidak menyangka ada hal seperti ini, karna aku sekarang hidup di tubuh ini, berarti aku harus mengambil alih tanggung jawabnya mulai sekarang" ucap Mo Fan dalam hati
"Kalau kamu sudah merasa baik, kamu bisa pulang. Ini juga sudah hampir sore. Kalau kamu masih kurang enak badan, besok tidak perlu kerja dulu, istirahat saja dirumah sampai kamu benar-benar pulih"
"Tidak apa-apa, paman. Setelah istirahat, aku juga sehat seperti biasa lagi"
"Terserah kamu saja, asal jangan memaksakan diri. Kamu harus menjaga kesehatanmu baik-baik. Karena paman Zhangmu selalu menunggumu di rumah, dan dia sangat menyayangimu. Jangan buat dia khawatir"
"Terima kasih paman! Aku akan selalu ingat kata-kata paman ini"
"Apakah kamu sudah ingat jalan pulang ke rumahmu? Atau biar paman antar pulang?"
"Tidak usah paman. Aku sudah ingat jalan pulang."
Mo Fan yang penasaran dengan dunia baru itu segera pamit pada paman Asun untuk segera pulang. Diperjalanan pulang, terlihat Mo Fan menikmati suasana sore itu. Saat melewati toko yang memiliki kaca, Mo Fan melihat dirinya di kaca yang terlihat lebih tampan dari kehidupan sebelumnya.
"Sekarang dengan penampilan seperti ini, aku merasa lebih percaya diri. Apakah aku punya pacar juga disini? Apakah dia cantik dan kaya? Apakah dia suka berpenampilan seksi dan sedikit nakal? Aku tidak sabar untuk mengetahui semua itu" pikir Mo Fan
Pikiran Mo Fan mulai ngelantur kemana-mana, namun tiba-tiba dia teringat akan kata-kata paman Asun yang mengatakan kalau dia punya paman yang bernama Mo Zhang.
"Paman Asun bilang aku punya paman bernama Mo Zhang. Itu artinya aku tidak tinggal bersama kedua orang tuaku! Apakah aku anak yang dibuang? Ataukah aku anak haram? Ini sangat mengganggu pikiranku. Tadinya aku berharap punya keluarga dalam hidupku, tapi ternyata ini tidak jauh beda dengan hidupku sebelumnya. Namun setidaknya aku punya paman yang menyayangiku" pikir Mo Fan
Ketika Mo Fan sedang dalam perjalanan pulang menuju rumah tiba-tiba sebuah mobil berhenti didekatnya, terlihat seorang wanita turun dari mobil mewah seorang cowok lalu menghampirinya, sebuah ingatan muncul dipikirannya saat melihat wanita itu dan membuatnya terbawa suasana kenangan pemilik tubuh dan wanita itu.
"Xue Ling!! Kamu dari mana? mobil siapa ini?" tanya Mo Fan
"Hari ini aku sengaja mencarimu!"
"Apa ada hal yang penting sampai kau mencariku?"
"Aku ingin kita putus!"
"Putus?, kenapa?, memangnya aku ada salah?"
"Kamu tidak salah, tapi aku tidak ingin terus hidup dalam kemiskinan seperti ini, aku butuh masa depan yang indah dan jelas"
"Kenapa tiba-tiba kau berkata seperti ini? Sebelumnya hal ini tidak pernah jadi masalah"
"Aku juga ingin merasakan kehidupan indah dan punya barang-barang mewah, dua tahun kita pacaran tapi kau tidak pernah memberikanku barang mewah apapun, sedangkan dengan dia aku baru saja kenal hari ini dia sudah memberiku tas, cincin dan kalung"
"Xue Ling!, aku juga ingin memberikanmu barang-barang yang kau inginkan tapi kau juga tau seperti apa keadaan keuangan ku, aku masih sedang mengumpulkan uang"
"Sampai kapan kau akan mengumpulkan uang?, kau hanyalah pelayan toko, bisa-bisa aku keburu tua menunggumu mengumpulkan uang"
"Bukankah sebelumnya kau yang memintaku berjanji untik selalu bersama melewati apapun?"
"Aku juga tidak tau kenapa aku bisa mengucapkan kata-kata itu padamu"
"Xue Ling! Apakah hanya sebatas ini saja kesetiaan dan perasaanmu, bukankah kita saling mencintai?"
"Mo Fan!, cinta saja juga tidak cukup untuk hidup di zaman ini, mulai sekarang hubungan kita sudah berakhir, jangan temui aku lagi, cukup aku sudah menghabiskan waktu sia-sia denganmu selama dua tahun"
"Xue Ling!, besok aku gajian, aku akan membelikan barang yang kau inginkan, aku benar-benar ingin mempertahankan hubungan kita"
"Tidak perlu Mo Fan!, sekarang aku sudah punya pacar baru yang lebih mengerti cara memanjakan wanita, jangan temui aku lagi"
"Mo Fan! Maafkan aku tidak bisa mempertahankan cintamu, sepertinya wanita mu bukan wanita yang setia, karena sekarang aku yang berada ditubuhmu maka aku akan mengambil tanggung jawabmu" ucap Mo Fan dalam hati pada pemilik tubuh
Lalu Xue Ling kembali naik ke mobil mewah itu kemudian pergi meninggalkan Mo Fan, ketika terus berjalan menuju rumah tiba-tiba seorang kakek tua menghampirinya.
"Nak!, bisa kah kau membantu ku?" tanya orang tua itu
"Apa yang bisa aku bantu kek?"
"Kenapa aku merasa pernah melihat kakek ini, tapi dimana ya?, atau jangan-jangan kakek ini juga punya masalah denganku, kenapa aku tidak tertabrak mobil lagi saja" pikir Mo Fan
"Maukah kau membeli barang ku ini?, aku sangat membutuhkan uang saat ini"
"Kek!, andai aku punya uang, tentu saja aku akan membantumu kek!, tapi sayangnya aku tidak punya uang"
"Kalau begitu cukup kamu beri aku uang seharga seporsi makanan, karena aku belum makan dari kemaren"
"Oh kakek lagi lapar ya?, kalau begitu kakek tunggu sebentar disini ya!"
Mo Fan segera berlari menuju rumahnya, begitu sampai dirumah Mo Fan segera masuk.
Mo Fan!, kamu sudah pulang?" tanya lelaki setengah baya
Sebuah ingatan kembali muncul di pikiran Mo Fan melihat laki-laki yang sebenarnya adalah pamannya Mo Zhang yang dimaksud paman Asun.
"Iya paman!, oh iya!, apa ada makanan di meja?" tanya Mo Fan
"Mungkin masih ada sisa tadi siang, apakah kamu sedang kelaparan?"
"Tidak paman!"
"Lalu untuk apa kamu menanyakan makanan kalau tidak sedang lapar?"
"Aku sedang buru-buru paman!, nanti aku ceritakan" jawab Mo Fan
Mo Fan segera mengambil makanan dan menaruhnya dalam sebuah mangkok yang ada penutupnya lalu buru-buru ke tempat kakek tua yang tadi.
"Kakek!, ini ada sedikit makanan untuk mengobati rasa lapar kakek!, aku tidak bisa membantu kakek dengan membeli barang yang kakek tawarkan, aku hanya punya sedikit makanan seadanya, dimakan ya kek!"
"Kalau begitu ini barangnya, karena kamu sudah memberiku seporsi makanan, maka barang ini jadi milikmu"
"Kek!, aku tidak berniat menukar makanan ini dengan barang milik kakek, aku hanya ingin memberi kakek sedikit makanan dan kakek tidak perlu membayarnya"
"Kalau kamu tidak mau menerima pemberian kakek yang ini tidak apa-apa!, tapi kamu harus menerima pemberian kakek yang satu ini"
Lalu kakek itu mencabut cincin dari jarinya dan memberikannya ke Mo Fan.
"Kakek!, sungguh kakek tidak perlu memberikanku apapun, karna aku juga yakin cincin ini merupakan harta yang sangat berharga bagi kakek, kakek bisa memberikan cincin itu pada anak atau pun cucu kakek!"
"Kamu benar nak!, ini memang harta yang sangat berharga bagiku, tapi sekarang aku tidak membutuhkannya lagi, aku juga tak punya siapapun di dunia ini, lalu kepada siapa lagi aku harus memberikannya, anggap saja ini sebagai kenang-kenangan dari kakek, kalau kamu tidak keberatan aku akan anggap dirimu adalah cucuku" kata si kakek sambil memberikan cincin ke tangan Mo Fan
"Tentu saja aku tidak keberatan kek!, lalu kakek akan pergi kemana setelah ini?, kakek tinggal dimana?, mungkin nanti aku bisa berkunjung saat ingin bertemu kakek"
"Hahaha, kau memang anak muda yang sangat perhatian, tapi sayangnya tidak setiap pertemuan terjadi karena keinginan, namun kadang pertemuan terjadi karena takdir saat kita membutuhkan sesuatu"
"Maksud kakek apa?, aku didak mengerti dengan perkataan kakek!"
"Tidak apa-apa!, pada saatnya nanti kamu akan mengerti maksudku, sekarang kamu pulanglah!, oh iya siapa namamu?"
"Namaku Mo Fan kek!"
"Nama yang bagus!, sepertinya tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini"
"Maksud kakek?"
"Maksudku, mungkin pertemuan kita adalah sebuah takdir"
"Aku semakin tidak mengerti dengan perkataan kakek"
"Tidak perlu dipikirkan, sekarang kamu pulanglah, aku juga mau pergi dulu" kata kakek sambil berjalan meninggalkan Mo Fan
"Hati-hati dijalan kek!"
"Kamu juga!"
"Tanpa berpikir apa-apa lagi, Mo Fan pun pulang ke rumahnya.
" Paman!, aku mau mandi dulu, setelah itu baru aku akan masak untuk makan malam kita nanti"
"Tidak usah!, biar paman saja yang memasak untuk makan malam nanti"
Mo Fan segera mandi untuk menghilangkan rasa gerahnya, setelah selesai mandi Mo Fan istirahat di kamarnya, ketika waktu makan malam tiba Mo Fan segera makan malam dengan pamannya.
"Mo Fan!, untuk apa kamu membawa makan keluar tadi sore?"
"Oh itu, tadi itu ada kakek-kakek yang ingin menjual barang padaku karena dia lagi butuh uang, aku bilang kalau aku tidak punya uang, terus dia minta barangnya dibayar seharga seporsi makanan saja, karna aku tidak punya uang makanya aku berikan makanan tadi buat si kakek"
"terus dia jadi jual barangnya sama kamu?"
"Aku menolak menerima barang itu, karena aku hanya ingin memberinya sedikit makanan, tapi si kakek tetap bersikeras memberi aku sesuatu, akhirnya dia memberiku cincin ini, aku juga sudah menolaknya tapi si kakek tetap memaksa"
"Emangnya cincin apa itu?, modelnya bukan cincin perhiasan"
"Iya!, terlihat biasa saja dan tidak menarik tapi lumayan nyaman juga dipakai"
"Mo Fan!, paman minta maaf kalau paman tidak bisa memberikanmu kehidupan yang layak, paman juga tidak sanggup menyekolahkan kamu ke universitas"
"Paman!, paman bicara apa?, paman sudah memberiku kasih sayang dan semua yang paman miliki, paman sudah seperti orang tuaku sendiri, tapi kenapa aku tidak ingat apapun tentang orang tuaku?, hanya paman satu-satunya yang aku ingat"
"Mo Fan!, suatu saat nanti paman akan memberitahumu semua yang harus kamu ketahui"
"Tapi kenapa harus menunggu sampai nanti paman?, kenapa tidak sekarang saja!"
"Mo Fan!, percayalah kalau saat ini bukan waktu yang tepat untuk memberitahumu semuanya"
"Baiklah!, aku akan dengarkan ucapan paman"
"Sekarang kita harus memperbaiki hidup kita menjadi lebih baik dulu, setelah itu baru kita pikirkan langkah selanjutnya"
"Lalu bagaimana kita akan merubah hidup kita ini?, sedangkan yang bisa kita lakukan hanya itu-itu saja, paman bekerja di kebun dengan bertani sedangkan aku bekerja ditoko paman Asun, kapan hidup kita akan berubah?"
"Mo Fan!, kita tidak tau apa yang akan terjadi pada esok hari, bahkan kamu tidak pernah membayangkan kalau kamu akan menerima cincin itu dari seorang kakek"
"Paman benar!, jalan yang kita lalui tiap hari pun bisa saja berubah di esok hari"
"Sepertinya kamu sudah mulai berpikir dewasa"
"Oh iya paman!, besok aku gajian, aku ingin membelikan makanan kesukaan paman besok"
"Kamu harus berhemat dan menyimpan uang untuk dirimu sendiri, kamu juga butuh uang untuk keperluan kamu yang lainnya"
"Apa maksud paman uang untuk aku menikah nantinya?"
"Hahaha, ternyata benar kalau kamu sedah semakin dewasa karna kamu bisa menebak apa yang paman pikirkan"
"Kalau masalah itu paman tidak usah pikirkan, bukankah paman bilang kalau masa depan tidak bisa ditebak" kata Mo Fan sambil menyantap makan malam
"Adik!, anakmu sudah semakin dewasa, jika saat ini kamu melihatnya, pasti kamu akan sangat bahagia" ucap paman dalam hati
"Sekarang kamu habiskan makan malam mu dulu, setelah itu cepat istirahat, karna besok kamu harus bekerja lagi"
"Iya paman!, paman juga harus banyak istirahat, jangan terlalu memaksakan diri untuk bekerja"
"Ya sudah!, kalau begitu paman ke dalam dulu"
"Iya paman!"
Mo Fan segera menghabiskan makan malamnya, setelah itu Mo Fan segera istirahat untuk mengumpulkan tenaga buat esok hari.