SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Mendadak Jadi Pria Idaman

Mendadak Jadi Pria Idaman

Bayu Anggara

"Akhirnya, kita sampai juga," ucap seorang pria saat kendaraan yang ditumpanginya, berhenti tepat di depan pintu gerbang sebuah bangunan berlantai dua. Senyum pria yang usianya sudah menginjak angka 30 tahun itu sedikit merekah meski wajahnya tidak bisa menyembunyikan rasa lelahnya.

Setelah menatap sekian detik bangunan yang menjadi tempat tinggalnya beberapa tahun ini, pria itu menoleh dan menatap pria lain yang duduk di sebelah kanannya. "Ayo, Bay, kita turun," ajak pria itu.

Pria lain yang baru saja diajak turun pun mengangguk sembari mengulas senyum. Tanpa mengeluarkan suara sedikitpun, pria tersebut segera mengangkat barang bawaannya, berupa tas gendong serta kardus bekas mie instan, lalu segera turun dari kendaraan.

Sedangkan pria tadi, dia menyodorkan selembar uang berwarna merah, kepada pengemudi kendaraan yang mengantar mereka, setelah tadi pria itu bertanya mengenai ongkos yang harus dibayarkan. Begitu urusan pembayaran selesai, pria itu segera turun, setelah menerima kembalian dan mengucap terima kasih.

Kendaraan beroda empat yang terlihat cukup terawat itu pun pergi setelah tugasnya selesai. Sementara dua pria tadi segera melangkah memasuki pintu gerbang dan berjalan pelan menuju ke salah satu ruangan yang berada di dalam gedung dua lantai tersebut.

"Loh. Rahman? Kamu udah datang?" sebuah suara tanya milik seseorang yang baru saja keluar ruangan, membuat dua pria yang hendak menaiki tangga itu menghentikan langkah kaki mereka. Bahkan, keduanya juga hampir serentak, menoleh ke arah sumber suara tadi.

"Eh, Pak bos," pria yang dipanggil Rahman terlihat sedikit terkejut waktu mengetahui siapa sosok yang tadi melempar pertanyaan. Pria itu segera melangkah, mendekat ke arah sang bos untuk sekedar berjabat tangan. "Iya nih, Bos, baru datang. Maaf, kelamaan di kampung."

Sang Bos yang mendengarnya sontak tersenyum sembari menerima uluran tangan anak buahnya itu. "Kirain kamu di masih lama. Bukankah kamu ijin pulangnya lima hari? Ini baru tiga hari kan?"

Rahman pun masih setia dengan senyumnya. Bahkan senyum pria berkumis itu, kini terlihat semakin melebar begitu mendengar pertanyaan dari atasannya.

"Kebetulan, acara di kampung cepet selesai, Bos, jadi ya, ngapain aku lama-lama di kampung. Ngabisin duit doang, hehehe," jawab pria berkumis tipis tersebut.

Suara tawa sang bos pun pecah begitu mendengar kejujuran dari pria yang sudah cukup lama ikut kerja bersamanya. Lalu mata pria itu beralih ke arah pria lain yang tadi datang bersama Rahman.

Seperti memahami keadaan, Rahman pun langsung ikut melempar pandanganya ke arah pria yang tadi datang bersamanya. "Oh iya, Bos, dia Bayu. Dia yang akan ikut kerja di sini," ucap Rahman. "Bayu, sini."

Pria yang dipanggil dengan nama Bayu pun langsung mendekat. Senyumnya merekah meski terlihat sangat canggung. Bayu terlihat lebih muda dari Rahman dan dia segera memberi salam hormat kepada pria yang akan menjadi bosnya.

"Dia keponakan kamu?" tanya Sang bos begitu menerima uluran tangan Bayu sembari menatap ke arah Rahman. Melihat Rahman mengangguk, sang bos malah tersenyum. "Kok wajahnya nggak jelek kayak kamu," ledeknya membuat Rahman ikutan terkekeh.

"Hahaha... bisa aja si Bos," Ujar Rahman.

"Nama kamu Bayu?" tanya sang bos setelah melepas jabatan tangannya. "Berapa usia kamu?"

"Dua puluh dua tahun, Pak," jawab Bayu dengan suara pelan.

"Masih sangat muda," puji sang bos nampak tidak menunjukan rasa herannya. "Kok kamu mau diajak kerja di sini? Kamu tahu kan kerjaan di sini bagaimana?"

Bayu segera mengangguk. "Tahu, Pak. Nggak apa-apa , Pak, daripada nganggur. Lagian di kampung, nyari kerja juga sangat susah. Apa lagi saya hanya lulusan sekolah menengah atas," jawab Bayu dengan ramah.

Nampak sang bos menganggukkan kepalanya beberapa kali sembari kembali mengulas senyum. "Yah, saya harap sih kamu betah kerja di sini, walaupun terlihat kasar, tapi hasilnya bisa kamu lihat sendiri pada Paman kamu ini," ucap sang bos. "Apa kamu memiliki keahlian dibidang tertentu? Misalnya perbengkelan atau apa?"

"Dia tuh ahli bela diri, Bos. Koleksi sabuk kebanggaannya aja udah lumayan banyak dan termasuk kelas tinggi." celetuk Rahman membanggakan sang keponakan. Apa yang dikatakan Rahman cukup membuat Bayu sedikit bangga dan tersipu.

"Wah, bagus itu. Bisa berguna kalau kamu dalam bahaya," puji sang bos dengan wajah cerah. "Ya sudah, berhubung ini sudah malam. mending kalian istirahat dulu. Untuk urusan pekerjaan dan yang lainya, kamu bisa tanyakan pada Rahman, ya?"

Baik, Pak, terimakasih," balas Bayu sopan.

Setelah obrolan singkat selesai, sang bos pun pamit karena dia memang tidak tinggal di tempat tersebut. Gedung itu hanya dijadikan kantor dan tempat tinggal untuk beberapa orang yang menggantungkan rejekinya kepada pria yang usianya hampir menginjak angka enam puluh tahun itu.

"Ayok, Bay, aku tunjukan kamarmu," ajak Rahman begitu sosok sang bos telah hilang dari pandangan mereka. Tanpa memberi respon berlebih, Bayu segera mengikuti langkah kaki Pamannya menuju ruangan yang akan dia gunakan untuk istirahat selama bekerja di tempat tersebut.

Waktu pun melaju dengan pasti dan kini hari telah berganti. Bayu Anggara, nama lengkap dari pemuda itu, hari ini terlihat sudah siap menjalankan tugas pertamanya sebagai karyawan yang bergerak di bidang jasa apa. Ada sekitar sepuluh orang yang bekerja di tempat tersebut dan mereka sudah memiliki tugas masing-masing.

Perusahaan kecil tersebut diberi nama Home Service dan tugas utamanya adalah melakukan segala pekerjaan yang berhubungan dengan tempat tinggal, seperti bersih-bersih rumah dan memperbaiki sesuatu yang berhubungan dengan tempat tinggal dan bangunan. Namun, kadang mereka juga melakukan tugas kecil diluar tugas utama jika memang sedang tidak ada tugas pokok.

Seperti saat ini, karena baru pertama kali bergabung, Bayu mendapat tugas untuk membersihkan taman sebuah rumah milik seorang pelanggan. Semua tugas yang harus dikerjakan oleh Bayu, sudah tercatat dalam daftar dan Bayu yakin, dia bisa melakukannya dengan penuh tanggung jawab.

Walaupun ini adalah pertama kalinya Bayu ke ibu kota, tapi dia memiiki keyakinan tinggi kalau dia akan mampu melaksanakan tugasnya seorang diri. Meski begitu, sang bos tetap menyuruh seseorang untuk mengantar Bayu sampai ke lokasi karena bos juga tidak mau menanggung resiko yang lebih tinggi.

"Ini tempat tugasku, Paman?" tanya Bayu begitu sampai di tempat dia melaksanakan tugas pertamanya.

"Iya, tuh pintu gerbangnya sudah terbuka. Mungkin yang jaga rumah tahu kalau hari ini orang kita akan ada yang datang," jawab Rahman.

Tak lama setelahnya, sang paman pun segera pamit pergi setelah selesai memberi arahan kembali kepada sang keponakan. Bayu yang masih terlihat takjub dengan rumah yang akan dimasuki hanya bisa mengiyakan saja.

Setelah Rahman menghilang dari pandangan, dengan segenap hati dan doa yang kuat, Bayu mulai melangkahkan kakinya memasuki area rumah yang terlihat mewah dan sangat besar. Mata Bayu terus mengedar ke segala penjuru arah. Wajahnya dipenuhi rasa kagum dengan senyum terus terkembang.

"Akh!" sebuah teriakan yang cukup keras dan melengking tiba-tiba terdengar. Hal itu sontak saja membuat langkah kaki Bayu terhenti dan wajahnya berubah diluputi tanda tanya.

Ada Yang Meminta Tolong.

"Kayak ada orang teriak? Dimana ya?" gumam Bayu sambil mengedarkan pandangannya ke salah satu arah, yang Bayu yakini kalau suara teriakan itu berasal dari sana.

Bayu mencoba menajamkan telinganya untuk memastikan kalau dirinya tidak salah dengar. Dengan kening yang berkerut, Bayu mengedarkan pandangannya ke arah sekitar tempat dia berada.

"Sepi. Apa tadi suara dari luar?" Bayu bergumam lagi. Untuk memastikan keyakinannya, Bayu kembali memperhatikan keadaan sekitarnya.

"Tolong!"

Sebuah teriakan kembali terdengar dan seketika Bayu kembali terperanjat sembari menatap tajam ke salah satu arah.

"Sepertinya, suara tadi berasal dari dalam rumah?" tanya pemuda berkumis tipis itu pada dirinya sendiri. Bayu pun mempercepat langkahnya dan dia sedikit terperanjat kala melihat sesuatu di depannya.

"Pintu rumahnya tertutup. Tapi aku yakin suaranya dari arah dalam," Bayu kembali bergumam dan dia pun menjadi bingung sendiri. "Duh, aku harus bagaimana ini?"

Bayu mendadak diserang dilema. Suara hati dan pikirannya tiba-tiba bergelut, antara memikirkan apa yang terjadi di dalam rumah tersebut dan tindakan apa yang harus Bayu lakukan

Prang!

Bayu kembali dibuat terkejut kala mendengar suara seperti kaca yang pecah. Tentu saja, hal itu semakin membuat Bayu penasaran dan bingung. Apa lagi, teriakan minta tolong itu, terdengar beberapa kali Bayu merasa, dia harus segera mengambil tindakan.

Bayu mencoba menenangkan diri sendiri. Dari yang dia pelajari selama ikut bela diri, Bayu mendapat banyak ilmu diantaranya adalah harus bisa bersikap tenang meski dalam keadaan genting sekalipun.

"Aku harus segera masuk ke dalam," gumamnya penuh tekad. Bayu mulai mengambil langkah setelah emosinya cukup tenang. Dengan berjalan pelan dan mengendap-endap, Bayu berusaha mendekat ke arah pintu masuk.

"Duh, dikunci," umpatnya setelah berhasil memegang gagang pintu dan mencoba membukanya. "Aku masuk lewat mana ini?"

Mata Bayu mengedar untuk mencari jalan keluar. Dari suara yang dia dengar, Bayu yakin sedang terjadi sesuatu di dalam sana. Pemuda itu benar-benar harus bergerak cepat untuk memberi pertolongan.

"Ah, aku tahu, aku bisa masuk lewat mana," ucapnya senang. Senyum Bayu terkembang kala matanya menangkap sesuatu yang bisa dijadikan alat untuk dirinya masuk ke dalam.

Bayu segera melangkah menuju tempat tersebut. Karena jarak yang sangat dekat, Bayu langsung mengamati tempat tersebut, dan memperhitungkan tindakan apa saja yang harus segera dia lakukan saat ini.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, Bayu langsung mendekat ke arah salah satu pohon yang cukup besar dan memanjatnya. Bagi Bayu, memanjat pohon itu sesuatu yang sangat mudah Terbukti, kini pemuda berambut agak ikal itu sudah berada di salah satu dahan pohon tersebut.

Senyum puas Bayu kembali merekah kala matanya menatap jendela yang terbuka dan jendela tersebut tepat berada di dekat dahan pohon yang diinjak Bayu.

Bayu segera bersiap untuk melompat. Tak perlu berlama-lama dengan perhitungan yang cukup matang, Bayu mulai melakukan aksinya.

"Yes!" sorak Bayu dengan suara agak ditahan. Dia begitu senang karena berhasil dengan rencana mendadak di otaknya.

"Apa ini kamar?" tanya Bayu lirih. Begitu turun dari dinding jendela, mata Bayu langsung mengedar dan memperhatikan tempat yang baru pertama kali dia injak. Tidak bisa dipungkiri, rasa kagum terlihat begitu jelas pada wajah pemuda itu.

"Tolong, jangan lakukan ini, aku mohon."

Lagi-lagi sebuah suara terdengar oleh telinga Bayu dan suara barusan benar-benar terdengar sangat jelas. Bayu pun segera melanjutkan niatnya sembari terus menajamkan kedua telinganya.

Bayu yakin itu suara perempuan yang sedang berada dalam bahaya. Dari rintihannya, wanita itu sedang ketakutan dan sangat putus asa. Bahkan Bayu juga mendengar suara pria yang terbahak-bahak.

Bayu terus berjalan pelan hingga saat keluar kamar, Bayu melihat tangga Langkah Bayu terhenti didekat tangga yang menghubungkan tempat keberadaan Bayu dan lantai dasar rumah tersebut.

Dari tempat itu juga, Bayu bisa melihat apa yang sedang terjadi di bawah sana. Bayu pun diam sejenak, untuk mencari jalan keluar dan memperhatikan gerak-gerik tiga pria di lantai bawah.

Ada tiga pria di bawah sana yang terlihat sedang bahagia. Tak jauh dari mereka, ada beberapa botol minuman di atas meja dan Bayu yakin itu adalah minuman keras.

"Apa salah satu dari mereka, penjaga rumah ini?" gumana Bayu. Dari tiga pria yang dia lihat, salah satunya memang mengenakan seragam keamanan dengan kancing baju yang terbuka.

"Gila! Tubuh majikanmu mulus banget, Cok? Pasti enak banget tuh. Bikin pengin aja," ujar salah satu dari tiga pria yang wajahnya sedikit seram.

"Pastinya lah. Kalau nggak, ngapain aku nekat berbuat sejauh ini. Tiap hari cuma bisa lihat. Rugi dong, kalau aku nggak mencobanya," balas pria berseragam keamaan.

"Ya udah, ayok, cepat kita nikmati. Toh, dia udah aman sekarang. Aku juga udah nggak tahan nih," ucap rekan yang lain, yang memiliki tubuh paling kurus diantara teman-temannya.

"Hahaha... aku juga," balas pria berseragam keamanan. "Lebih baik kita habiskan lagi satu botol ini, setelah itu kita nikmati wanita itu. Kapan lagi, kita bisa menikmati minuman mahal kayak gini?"

"Oke! Hahaha..." jawab kedua rekannya serentak dan mereka terbahak-bahak.

Dari atas, Bayu terus memperhatikan dan sangat meyakini kalau wanita yang dimaksud tiga pria itu, berada di bawah, di dalam salah satu ruangan yang ada di sana.

Bayu terus berpikir cepat untuk segra menolong wanita yang entah keberadaan di ruangan mana karena tidak terlihat di sana. Dengan telinga yang terus menguping pembicaraan tiga pria tersebut, Bayu berusaha keras untuk menemukan jalan keluar.

"Ah, aku tahu, apa yang harus aku lakukan," gumam Bayu tak lama kemudian setelah menemukan ide.

Bayu segera bangkit dan mengendap ke salah satu arah. Begitu dekat, Bayu mengambil sebuah kursi di dekat tempat piano berada, lalu mengangkat kursi itu dan bergerak mendekat jendela.

Prang!

Tiga orang yang sedang asyik menikmati minuman mahal seketika terperanjat begitu mendengar suara pecahan kaca.

"Apa ada orang?" tanya pria berwajah seram.

"Nggak ada," jawab pria berseragam begitu yakin.

"Lah, tadi itu suara apa? Kaya suara kaca? Sepertinya suaranya dari atas," tanya pria yang sama.

"Lebih baik kita cek, ayo!" usul pria yang tubuhnya lebih kurus.

Mungkin karena merasa panik, tiga pria itu memilih segera pergi dari ruangan tersebut untuk mengeceknya. Sedangkan Bayu langsung menyelinap sembunyi di dalam kamar yang tadi.

Dari balik pintu, Bayu menyaksikan tiga pria itu melewatinya. Disaat ketiganya lengah, Bayu segera keluar dan langsung turun ke lantai bawah tanpa mengeluarkan sama sekali.

"Aku harus segera bertindakan mengamankan wanita itu dulu," gumam Bayu.

Begitu tiga pria itu meninggalkan ruangan, Bayu bergegas turun. Begitu sampai dilantai yang dia tuju, Bayu segera mencari ruangan tempat wanita yang dimaksud.

"Mungkin di sana," gumam Bayu saat matanya tertuju pada satu ruangan yang pintunya sedikit terbuka.

Bayu segera mengambil langkah cepat sebelum tiga pria tadi masuk ke ruangan. Tidak butuh waktu lama, begitu langkah kakinya tepat berada di depan ruangan yang dituju, Bayu segera meraih gagang pintu dan membukanya dengan kencang.

Bayu segera masuk dan betapa terkejutnya pemuda itu kala melihat apa yang ada di dalam sana.