Harem : Menyamar Di Sekolah Khusus Perempuan
Sepasang kaki melangkah mengikuti seorang guru yang berjalan di depannya. Bukan tanpa alasan dia melangkah mengikuti guru tersebut, karena dirinya merupakan seorang murid baru.
Anggi Azahra, itulah nama murid tersebut. Dia berbadan tinggi semampai. Berambut panjang yang dilengkapi dengan sebuah bando berwarna pink. Ia mengenakan rok seperti murid perempuan lainnya.
Jika dilihat, Anggi memang tampak seperti seorang murid perempuan. Namun siapa yang menduga? Kenyataannya dia adalah seorang lelaki bernama Angga.
"Ayo masuk, Gi!" suruh Bu Viona.
Angga melangkah masuk ke kelas. Penglihatannya langsung disambut oleh para murid perempuan yang duduk. Semua pasang mata langsung tertuju kepadanya.
Ya, semua murid yang ada di kelas adalah perempuan. Karena memang pada dasarnya sekolah yang dimasuki Angga adalah sekolah khusus perempuan.
"Perkenalkan dirimu," pinta Bu Viona.
Angga mengangguk. Dia berdehem sebentar karena harus merubah mode suaranya.
"Kenalkan, namaku Anggi Azahra. Kalian bisa memanggilku Anggi," ucap Angga. Suaranya sama sekali tidak terdengar seperti suara lelaki. Ternyata itu juga merupakan keahlian Angga. Mengingat dia bekerja sambilan sebagai seorang dubbing salah satu acara kartun di televisi.
"Ya sudah. Kau bisa duduk di kursi yang kosong itu," kata Bu Viona seraya menunjuk kursi yang dirinya maksud.
Angga menurut dan segera duduk ke kursinya. Saat itulah dia mulai mendapatkan tatapan dan cibiran dari gadis-gadis di sekelilingnya.
Angga tak peduli. Dia lebih fokus mengamati setiap wajah gadis yang ada di kelas.
Tujuan Angga melakukan aksi penyamaran nekatnya karena demi sesuatu yang penting. Dia berniat ingin mencari siapa saja orang yang harus bertanggung jawab atas kematian adiknya.
Nama adik Angga adalah Silvia. Dia bersekolah di SMA khusus perempuan tempat dimana Angga sekarang sedang menyamar.
Beberapa bulan lalu insiden tak mengenakkan terjadi di sekolah tersebut. Silvia disebut telah melakukan bunuh diri dengan cara melompat dari rooftop sekolah.
Namun suatu hari Angga mendapatkan sebuah surat misterius yang menyebutkan bahwa Silvia tidak bunuh diri. Surat itu juga memberitahu bahwa Silvia merupakan salah satu korban pembullyan para siswi kaya raya di SMA Kartini.
Mengetahui hal itu, hati Angga sebagai satu-satunya keluarga Silvia merasa tersayat. Alhasil di sinilah dia sekarang. Nekat melakukan penyamaran untuk mencari bukti sekaligus melakukan balas dendam.
Angga sendiri juga masih menginjak SMA. Dia sudah kelas tiga sekarang. Selain itu, Angga berkulit putih dan berparas rupawan. Jadi tidak heran, dirinya merasa percaya diri melakukan penyamaran.
Bu Viona sibuk menjelaskan materi di depan kelas. Saat itulah seorang gadis di sebelah Angga menegur, "Itu tas gucci keluaran terbaru bukan?"
Angga tersenyum. Kebetulan dia sengaja mengenakan barang-barang bermerek agar bisa berteman dekat dengan para siswa kaya di SMA Kartini. Angga harus meminjam barang-barang bermerek itu mati-matian pada teman sekolah ceweknya. Cowok tersebut bahkan mencari tahu mengenai info tentang barang-barang bermerek tersebut.
"Iya. Aku baru membelinya seminggu yang lalu," sahut Angga.
"Kau pasti orang kaya karena mampu membelinya. Kenalkan, aku Natasha. Tapi sering dipanggil Acha," ujar Acha.
"Kau sudah tahu namaku tadi kan. Jadi aku tidak perlu bilang lagi," tanggap Angga sembari tersenyum lebar.
"Iya, tentu saja." Acha membalas senyuman Angga. Mereka segera kembali fokus untuk belajar.
Tak lama kemudian, lonceng pertanda istirahat berbunyi. Bu Viona lantas beranjak keluar.
Bersamaan dengan itu, ponsel Angga bergetar. Pemuda tersebut langsung memeriksanya. Dia menemukan pesan dari Aries, satu-satunya teman yang mengetahui dan membantu penyamaran Angga.
'Apa kau berhasil?' Begitulah bunyi pesan dari Aries.
'Ya. Aku berhasil!' balas Angga.
"Anggi! Kau mau ikut ke kantin?" ajak Acha. Membuat Angga langsung mematikan dan menyembunyikan ponsel.
"Kantin? Tentu saja. Aku penasaran dengan bagaimana kantin di sini," sahut Angga.
Angga bangkit dari tempat duduk. Sungguh, sebenarnya dia sangat kesulitan dengan rok yang dirinya pakai. Namun mau bagaimana lagi? Angga harus memakai pakaian cewek itu agar bisa berbaur.
Kini Angga ikut Acha pergi ke kantin. Selain mereka, ada juga Yaya yang merupakan teman dekat Acha. Angga lantas juga berkenalan dengan cewek itu.
"Maaf sebelumnya ya, Gi. Tapi sumpah, jalanmu itu kayak cowok," tukas Yaya.
"Hush! Kenapa kau ngomong gitu sih? Terserah Anggi dong mau jalan gimana. Lagian kita kan bukan jurusan model." Acha menyenggol Yaya dengan sikunya.
"Santai aja, Ya. Aku memang sebenarnya agak tomboy. Cuman kakakku aja yang maksa aku buat pakai bando pink ini," jelas Angga yang langsung melakukan pembelaan logis.
"Tuh kan. Pasti ada alasannya," ujar Yaya.
"Ya udah. Ayo kita ke kantin! Aku udah lapar," imbuh Acha sembari menarik Yaya dan Angga secara bersamaan.
Angga ikut saja kemana Acha membawanya. Sampai akhirnya dia melangkah masuk ke kantin di sekolah itu.
Angga dibuat berdecak kagum. Karena kantin di sekolah itu sangat mewah. Makanannya bahkan lengkap sekali. Angga langsung berlari memasuki antrian karena tidak sabar ingin memilih makanan. Acha dan Yaya sampai dibuat tercengang akan hal itu.
"Dia seperti orang kaya, tapi sikapnya tidak begitu," komentar Acha.
"Itu sangat jelas," tanggap Yaya. Dia dan Acha saling nyengir, lalu segera ikut ke dalam antrian.
Sementara itu, Angga sudah mengambil piring. Dia mengambil seluruh lauk yang dirinya suka dan jarang dimakan. Dari mulai daging, ayam dan juga ikan salmon.
'Anjir! Anjir! Anjir! Kantin di sini luar biasa,' batin Angga. Jiwa miskinnya jadi menggebu saat melihat sesuatu yang mewah diberikan secara gratis.
Setelah mengambil makanan, Angga duduk bergabung bersama Acha dan Yaya. Kedua gadis itu tercengang melihat banyaknya makanan yang diambil oleh Angga.
"Apa kau biasanya makan sebanyak itu?" tanya Acha.
"Iya. Aku pemakan yang lahap!" sahut Angga yang mulai memakan makanannya dengan lahap.
Yaya mendekatkan mulutnya ke telinga Acha. "Dia makan dengan porsi kuli," bisiknya.
"Gila sih," tanggap Acha.
Angga memang memiliki kehidupan yang pas-pasan. Namun dia selalu berusaha sekolah sambil bekerja agar bisa menghidupi adiknya. Angga kebetulan hanya tinggal bersama Silvia di sebuah kontrakan.
Selain menjadi dubbing, Angga juga seringkali mencari uang dengan menipu. Dia melakukannya bersama temannya Aries. Angga kebetulan memiliki keahlian dalam hal komputer. Kemampuannya sudah setara seperti seorang hacker.
Ketika Angga sibuk makan, lima cewek cantik baru saja masuk ke kantin. Kedatangan mereka langsung menarik perhatian semua orang. Karena mereka juga, semua orang di kantin berhenti bicara. Kini yang ada hanyalah hening.
Angga satu-satunya orang yang tak peduli. Karena dia begitu menikmati makanannya.
"Gi! Berhenti!" Acha mencoba memberitahu Angga. Dia bicara dengan berbisik.
"Ada masalah? Kenapa kalian melongo aja? Ayo makan! Kantin kan tempat untuk makan," kata Angga sambil mengunyah makanannya. Ia bersuara sangat nyaring hingga memecah kesunyian yang ada. Sikap tak tahu malunya sebagai cowok memang sulit untuk disembunyikan.
Kelima cewek yang baru datang itu sontak menatap Angga. Dua di antara mereka lantas menghampiri Angga, dan duanya lagi mengambil makanan. Sementara gadis yang sepertinya ketua geng itu terlihat duduk lebih dulu.
Kelima cewek itu merupakan geng elit dan berkuasa di SMA Kartini. Nama geng mereka adalah Cleopatra. Mengingat para anggotanya memiliki paras yang cantik-cantik.
Angga menoleh, saat dua anggota geng Cleopatra mendekatinya. Dia terpaku sejenak karena kecantikan mereka. Angga bahkan berhenti makan karena dua cewek itu, kemudian tersenyum lebar bak seorang penggoda. Sepertinya Angga lupa kalau dirinya sekarang sedang menyamar.