Pewaris Tak Dianggap
Arrgghh….arrrgghh…..
Teriakan terus terdengar di seluruh ruangan tersebut. Suara teriakan serta merintih kesakitan berasal dari seorang wanita terpandang dari keluarga inti Zenin sedang melahirkan anak mereka yang pertama.
“Nyonya, ayo dorong terus, ayo nyonya,” ucap bidan yang membantu nyonya muda keluarga Zenin yang sedang melakukan persalinan untuk anak pertamanya.
Arrgg… arrgg….
Wanita itu berusaha sedang mendorong bayinya dari dalam perutnya sehingga membuatnya keringatnya membanjiri keningnya. Sementara pelayan yang memang khusus untuk melayani dirinya mengelap keringat dirinya serta memegang tangan dirinya agar dirinya kuat mengeluarkan bayinya.
“Nyonya usahakan untuk mendorongnya karena kepala bayi sudah terlihat,” ucap bidan yang sedang membantu mengarahkan wanita tersebut untuk mendorong lebih kuat.
Ahh… argh… ini s—sakit sekali….
Teriaknya sembari terus mengeluarkan tenaganya hingga dirinya lemas sembari masih berusaha tetap mendorong bayinya untuk keluar.
Tidak hanya orang-orang di dalam ruangan tersebut panik dikarenakan bayi belum juga keluar, di luar ruangan wanita tersebut beberapa pria sedang menunggu proses persalinannya dengan rasa cemas sembari menanti pihak keluarga pasien diperbolehkan masuk.
“Ogi, apakah proses persalinannya lancar? Mengapa sampai sekarang istrimu tak kunjung bisa mengeluarkan bayi kalian?” tanya sang ayah yang sangat mencemaskan kondisi cucunya ketimbang kondisi istri anaknya.
”Aku tidak tahu tetapi aku mencemaskan kondisi mereka berdua,” ucap Ogi yang merupakan kepala keluarga Zenin sekarang yang terlihat mencemaskan kondisi istri dan anaknya.
Semua orang di keluarga Zenin mencemaskan dan menantikan kelahiran penerus keluarga Zenin.
Hingga hampir sejam tanda-tanda bayi belum juga keluar, istri Ogi sudah kehabisan tenaganya ditambah lagi juga kehabisan darah diakibatkan banyaknya darah yang keluar dari tubuhnya pada saat melahirkan anaknya.
“Gawat! Sepertinya nyonya sudah tidak bertahan lagi, kalian cari sesuatu agar nyonya bisa sadarkan diri,” ucap kepala pelayan nyonya yang melihat nyonyanya sepertinya hendak pingsan karena tidak kuat.
Wanita tersebut meski kesadarannya hampir melemah, dirinya masih berusaha bertahan untuk memperjuangkan mengeluarkan bayinya.
Ugghh…argg….
“Tahan nyonya dan dorong sebentar lagi akan keluar,” ucap bidan yang sudah hampir berhasil mengeluarkan bayi tersebut dan memberikan arahan kepada wanita yang terlihat sekali kesakitan hingga teriakannya keluar dan terdengar ke seluruh penjuru ruangan.
Oekkk…ooeekk….
Perjuangan yang panjang akhirnya membuahkan hasil. Bayi mungil pada akhirnya berhasil keluar dengan selamat di tangan sang bidan yang berhasil mengeluarkan bayi pertama tersebut.
“Selamat nyonya, bayi Anda dan tuan Ogi sudah berhasil keluar,” ucap bidan tersebut sembari melihat dengan saksama untuk memeriksa jenis kelamin bayi yang baru saja keluar.
Wanita tersebut terlihat sedikit lega namun beberapa saat kemudian dirinya berteriak kencang seperti masih belum selesai perjuangannya.
“Arrgghh… ugghh… ii—iinni.. s—sakit sekali…” teriak wanita tersebut membuat bidan kembali panik dan segera memberikan bayi tersebut kepada pelayan untuk dimandikan terlebih dahulu.
“Tahan nyonya, kamu lekas bersihkan bayi ini, saya akan melihat kondisi nyonya lagi,” ucap bidan tersebut sembari memanggil salah satu pelayan yang berada paling dekat dengannya.
Pelayan tersebut dengan cepat tanggap menghampiri dan menerima bayi tersebut serta menjawab ucapan sang bidan, “Baik, akan saya lakukan.” Setelah menerima bayi tersebut, dia membawa bayi tersebut ke ruang mandi untuk memandikan agar tidak kotor dan bersih dari segala yang menempel pada tubuh mungil tersebut.
“Dorong sekuat tenaga nyonya karena ada bayi lagi dalam kandungan nyonya,” ucap bidan yang terkejut jika wanita tersebut mengandung dua bayi dalam kandungannya.
Arrrgg… uuggh…
Jerit wanita tersebut membuat para pria makin cemas karena mereka juga mendengar suara isak tangis bayi yang baru saja lahir beberapa detik yang lalu.
“Mengapa operasinya belum selesai juga, apakah istrimu mengandung bayi kembar pada saat itu?” ucap ayahnya dan tetua yang bertanya kepada Ogi dengan nada selidik membuat Ogi tidak mengetahui apa-apa karena yang dia tahu jika bayi mereka sehat-sehat saja dalam kandungan sang istri.
“Aku tidak tahu apa-apa mengenai berapa bayi dalam kandungan istriku. bukannya bagus jika pewarisku ada dua?” tanya Ogi yang kala itu tidak mengerti mengenai larangan bayi kembar di keluarga Zenin.
Ayah Ogi dan tetua hanya bisa terdiam karena mereka mengerti jika bukan waktu yang tepat untuk membahas bayi kembar tersebut dan juga menjelaskan kepada Ogi yang sudah menjadi ayah serta kepala keluarga Zenin yang sah sejak berhasil mendapatkan keturunan untuk keluarga mereka.
“Dorong lagi nyonya, yang kecil sudah mau keluar,” ucap bidan yang kembali mengarahkan persalinan nyonya besar keluarga Zenin yang rupanya mengandung bayi kembar.
“Apa nyonya mengandung bayi kembar?” tanya pelayan yang sedang mengurus bayi baru saja mengetahui kabar tersebut dari sesame pelayan yang mengabari kabar tersebut dikarenakan terkejut.
“Kejadian itu sangat langka di keluarga klan besar ini dan apalagi keluarga klan Zenin sangat anti terhadap bayi kembar,” ucap pelayan senior yang sudah lama melayani klan Zenin dan juga leluhurnya merupakan pelayan setia klan Zenin.
“Mengapa bisa begitu? Bukannya bayi kembar membawa keberkahan ya?” tanya pelayan sembari mengurus dan memakai selimut kepada bayi tersebut setelah dirinya memandikan dengan lembut kepada bayi yang baru lahir beberapa menit yang lalu.
Pada saat mereka bergosip, sementara wanita muda tersebut sekuat tenaganya mengeluarkan anak keduanya hingga pada akhirnya anaknya juga berhasil keluar dengan selamat membuat wanita tersebut langsung lemas tak berdaya dan pada akhirnya pingsan karena sudah tidak memiliki tenaga melihat kedua anaknya yang baru lahir ke dunia penuh dengan perjuangan.
Oeekk…oeekk…
Terdengar suara tangisan bayi yang kencang membuat kakaknya ikut menangis mungkin karena ikatan persaudaraan yang kental.
Oekkk..ooekk…
“Nyonya besar? Astaga, nyonya, Anda pingsan,” ucap pelayan yang mendampingin nyonya melahirkan dan langsung saja keluar memberi tahu tuan Ogi mengenai kabar anak yang baru saja dilahirkan oleh istri tuan Ogi.
Kreett…
“Tuan Ogi, nyonya pingsan setelah melahirkan anak kedua dan selamat tuan, anak tuan dan nyonya kembar,” ucap pelayan serta bidan memberi tahu kepada tuan Ogi dan para tetua membuat mereka bingung apa yang akan mereka lakukan untuk tindakan selanjutnya.
Sementara Ogi yang mendengar jika istrinya pingsan akibat kehabisan tenaga serta darah langsung berlari masuk kediaman istrinya dan melihat jika istrinya tidak dalam kondisi baik-baik membuatnya menghampiri sang istri serta mengecup dengan mesra kening istrinya.
“Sayang, untung kalian selamat dan terima kasih sudah berjuang melahirkan anak-anak kita,” ucap Ogi sembari menggenggam lembut tangan istrinya yang sudah berkeringat akibat perjuangan istrinya yang merasakan kesakitan melahirkan anak mereka.
Sementara Ogi tidak memperhatikan kedua bayinya dikarenakan bayi keduanya juga diserahkan kepada pelayan untuk dimandikan dan ditidurkan dengan saudara kembarnya yang sudah tenang di pelukan pelayan yang memandikan dengan lembut dan penuh kasih sayang.
...----------------...
Akhirnya terbit juga kisah Maki Zenin. Gomen jika bahasa yang digunakan Auhtor adalah bahasa Indonesia biar paham. Auhtor fans beratnya Jujitsu Kasein, dukung terus karya Author ya. Arigatou gozaimasu.
“Sayang, untung kalian selamat dan terima kasih sudah berjuang melahirkan anak-anak kita,” ucap Ogi sembari menggenggam lembut tangan istrinya yang sudah berkeringat akibat perjuangan istrinya yang merasakan kesakitan melahirkan anak mereka.
Sementara Ogi tidak memperhatikan kedua bayinya dikarenakan bayi keduanya juga diserahkan kepada pelayan untuk dimandikan dan ditidurkan dengan saudara kembarnya yang sudah tenang di pelukan pelayan yang memandikan dengan lembut dan penuh kasih sayang.
Ogi terus menemani sang istri yang masih pingsan akibat perjuangannya melahirkan kedua anaknya dan merawatnya dengan penuh kasih sayang.
Sementara bidan dan dayang-dayang istri dari kepala keluarga Zenin yang baru menuju ke ruang bayi yang sudah dipersiapkan oleh pasangan muda ini sejak pertama kali mengetahui jika mereka akan menjadi orang tua untuk melihat kondisi bayi yang baru saja lahir serta mengecek jenis kelamin bayi tersebut agar bisa disampaikan kepada tetua dan juga kepala keluarga Zenin.
“Gawat, bayi kembar ini berjenis kelamin perempuan dan tidak cocok untuk menjadi penerus keluarga Zenin,” ucap bidan tersebut gemetar setelah mengetahui keduanya berjenis kelamin perempuan yang bertanda akan terjadi hal yang buruk pada masa depan keduanya.
“Tetapi belum pasti bukan? Jika mereka dikarunia teknik waris klan Zenin mungkin akan berubah atau memiliki energi kutukan,” ucap dayang-dayang yang ketakutan mengenai nasib yang akan menimpa kedua bayi yang tidak berdosa pada masa depan.
“Semoga saja begitu, aku berharap jika kedua bayi ini tidak sampai masa depannya buruk karena kelahiran mereka berdua saja,” ucap bidan yang mengharapkan yang baik kepada kedua bayi yang tertidur lelap di kasur empuk.
“Apa kau akan memberi tahu kepada tertua?” tanya pelayan tersebut kepada bidan karena ingin jika bidan berbohong kepada tertua untuk mengenai cerita kelahiran bayi yang baru saja lahir.
“Iya, aku akan memberi tahu kepada tertua,” ucap bidan tersebut yang tidak ingin nyawanya melayang jika berani membohongi para tertua dan juga mantan kepada keluarga Zenin karena dirinya masih mencukupi kebutuhan keluarga yang bergantung kepadanya.
Pelayan tersebut mendengar ucapan bidan yang cukup tegas menolak untuk melakukan hal seperti itu. Karena terkejut, pelayan bertanya kepada bidan apa alasan hingga sampai tidak mau berbelas kasih membantu kehidupan bayi polos dan tidak berdosa.
::::::
Sementara di ruangan lainnya yang digunakan untuk tempat perkumpulan para tertua keluarga Zenin, terkumpul para tertua untuk merencanakan kejadian yang baru saja dialami oleh keluarga Zenin.
“Apa kamu tahu jika bayi kembar di keluarga Zenin dianggap tabu?” tanya mantan kepala keluarga Zenin sekaligus kakek Ogi kepada para tetua lainnya setelah mengetahui cucu pertamanya adalah kembar.
“Kami mengetahuinya tetapi sepertinya Ogi saat ini tidak mementingkan kedua jika kembar padahal itu adalah hal yang tabu,” ucap tetua lainnya yang menyetujui ucapan ayah Ogi mengenai kelahiran anak kembar Ogi dan istrinya.
“Tidak bisa dibiarkan, kita harus memusnahkan salah satunya,” ucap ayah Ogi yang terkenal sangat kolot serta berpikiran sempit.
“T—tetapi tuan, kita masih belum mengetahui jenis kelamin anak tersebut jadi saya harap tuan jangan terlalu terburu-buru,” ucap salah satu yang berusaha menghentikan kegilaan ayah Ogi untuk membunuh bayi yang tidak berdosa.
“Iya, siapa tahu salah satu anak tersebut bisa berguna untuk keluarga Zenin kita,” cegahnya lagi karena dia hanya ingin memanfaatkan potensi anak yang masih satu keluarga dengannya.
“Iya benar juga ya,” ucap ayah Ogi yang pada akhirnya mengalah untuk tidak langsung mengeksekusi kedua cucu yang baru saja lahir beberapa jam yang lalu.
“Setuju!” ucap seluruhnya serempak menjawab begitu ayah Ogi menghentikan aksinya dalam melakukan pembunuhan secara dini.
“Kalau begitu, kamu bisa panggilkan bidan dan pelayan yang melayani kedua anak tersebut,” ucap ayah Ogi yang memanggil kepala pelayan yang kebetulan melayani dirinya karena menyuguhkan teh untuk menghormati tuannya.
“Baik tuan, akan saya panggilkan bidan dan pelayan yang melayani cucu tuan,” ucap kepala pelayan tersebut dengan membungkukkan badannya untuk menghormati seluruh anggota keluarga Zenin.
::::::
Pada saat bidan dan pelayan yang masih beradu debat mengenai penyelamatan nyawa dari makhluk yang tidak berdosa karena kekejaman mantan kepala keluarga, Ogi yang baru saja keluar dari kamar utamanya mendengar keributan dan langsung saja menghampiri dan melihat jika kedua perempuan sedang meributkan sesuatu sehingga membuatnya langsung bertanya.
“Apa yang kalian bahas sehingga membuat keributan? Apa kalian tidak mengetahui jika istri dan kedua anakku membutuhkan istirahat?” tanya Ogi dengan tatapan tajam membuat keduanya langsung tidak bisa berkutik dan diam seperti patung begitu mengetahui jika tuan besar mendengar peributan yang dilakukan oleh mereka berdua.
“Mengapa kalian berdua diam saja? Apa tidak bisa berbicara lagi?!” bentak Ogi tetapi tidak mengeraskan suaranya karena mengetahui jika istri dan kedua anaknya masih memerlukan istirahat yang cukup karena kondisi tubuh mereka yang lemah.
”M—maafkan kami, tuan besar, maafkan kami yang telah membuat kekacauan dan mengganggu istirahat nyonya dan nona kecil,” ucap mereka berdua yang tidak sengaja keceplosan mengucapkan jenis kelamin anak dari tuan besarnya membuat Ogi sedikit terkejut dan langsung bertanya mengenai kalimat terakhir yang diucapkan keduanya baru saja.
”Barusan kalian mengucapkan apa?” tanya Ogi yang keliatannya ingin diulangi oleh kedua perempuan yang melayani istrinya membuat kedua perempuan tersebut langsung tersadar jika mereka membuat kesalahan besar yang membuat tuan Ogi terlihat ingin marah besar.
”Maafkan kami, tuan besar, kami bersalah,” ucap mereka berdua yang langsung memohon ampun kepada tuan besar mereka.
Ogi yang mendengarnya langsung memijat pelipis hidungnya dan menyuruh mereka untuk masuk ke dalam ruangan kerjanya karena takut ada yang mendengar dan mengetahui rahasia anaknya yang baru saja membuatnya terkejut.
”Nah katakan apa yang tadi kau katakan itu benar?” tanya Ogi yang duduk di sofa yang berada di dalam ruangannya yang terletak di meja kerja pribadinya.
”Iya benar, tuan besar, barusan saya memeriksa jika anak anda keduanya berjenis kelamin perempuan,” ucap bidan yang memberi tahu kepada Ogi mengenai jenis kelamin anak pertamanya yang rupanya kembar.
Ogi yang mendengar cukup senang karena pada awalnya dia mendambakan memiliki seorang putri tetapi tidak menyangka jika dirinya diberi langsung dua putri yang pastinya akan cantik seperti ibunya.
”Apa benar-benar mereka putri?” tanya Ogi yang masih tidak percaya akan pendengarannya karena dirinya mendambakan putri yang memiliki teknik kutukan yang diwariskan oleh keluarganya yang sudah lama tidak muncul lagi di keluarga mereka.
Kedua pelayan tersebut sedikit terkejut yang mengetahui jika tuan besar mereka tidak membenci atau membunuh anaknya sendiri sehingga mereka berharap jika tuan besar bisa menyayangi dan mencintai kedua putrinya terlepas mereka dapat berguna atau tidak.
...----------------...
Akhirnya terbit juga kisah Maki Zenin. Gomen jika bahasa yang digunakan Auhtor adalah bahasa Indonesia biar paham. Auhtor fans beratnya Jujitsu Kasein, dukung terus karya Author ya. Arigatou gozaimasu.