SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Ikhlas Menjadi Tumbal

Ikhlas Menjadi Tumbal

Bab. 1.

Pada suatu malam hari, di ruang mushola di rumah mewah keluarga Hasto Dewo Broto. Ada seorang gadis manis yang masih memakai mukena terisak isak menangis.

“Hiks... hiks... hiks...hiks...” suara isak tangis gadis itu sambil mengusap air mata yang terus meleleh.

Di belakang gadis itu ada seorang perempuan setengah baya yang baru saja melepas mukenanya melangkah mendekati gadis itu...

“Nis, sudahlah jangan bersedih lagi, iklaskan Hananto pergi untuk selama lamanya. Dia pantas mendapat hukuman itu karena dia pun telah membunuh Mas Dewa orang yang sangat baik.” Ucap perempuan setengah baya itu yang tidak lain adalah Ibu kepala pelayan sambil duduk di sebelah gadis manis itu.

“Kamu juga harus bersyukur tidak jadi diperistri oleh Hananto orang yang tampak baik tapi ternyata sangat kejam.” Ucap Ibu kepala pelayan itu pada gadis manis itu yang bernama Anisa, dia adalah salah satu pelayan di keluarga Hasto Dewo Broto.

Anisa belum berkata apa apa, dia masih terisak isak menangis, hingga sebagian mukena nya basah oleh air mata.

Semua penghuni rumah mewah itu sudah mendapat kabar berita tentang vonis yang diterima oleh Hananto, sekretaris pribadi Pak Hasto yang telah menjadi otak pembunuhan Dewa Anggara Putra, anak dari Pak Hasto.

“Iya Bu, saya iklas Mas Hananto pergi untuk selama lama nya. Dia memang pantas mendapat hukuman itu. Saya tidak menangisi kepergiannya tetapi saya menangisi nasib saya... hu...hu...hu...hu...” ucap Anisa lalu kembali menangis tersedu sedu..

“Sabar Nis, aku maklum kamu sangat kecewa Hananto sudah berjanji akan memperistri kamu dan akan membahagiakan kamu, sabar ya Nis..”

“Bu, apa saya memang tidak pantas hidup bahagia, tidak pantas mendapat kasih sayang? Sejak kecil kedua orang tua saya pergi untuk selama lamanya, saudara saudara pun tidak punya hu... hu...hu...hu... “ ucap Anisa sambil terus menangis tersedu sedu, Anisa memang sejak kecil tinggal di panti asuhan kedua orang tuanya sudah meninggal secara misterius di saat Anisa masih balita, Anisa tidak tahu apa apa saat itu. Dan setelah kedua orang tuanya meninggal, Anisa dibawa oleh pelayannya ke panti asuhan dan ditinggal begitu saja.

“Sudahlah sejak dulu aku minta kamu menganggap aku sebagai ibu kandung mu. Keluarga Hasto juga baik sama kamu, mereka menganggap kita sebagai saudara mereka sendiri.”

“Sudah jangan bersedih masih banyak laki laki yang baik di dunia ini. Ayo nanti kalau ada yang melihat kamu menangis tidak enak dikira kamu malah mendukung Hananto.” Ucap Ibu kepala pelayan. Dan Anisa pun menurut lalu kedua perempuan itu melangkah menuju pintu mushola.

Akan tetapi kedua nya tampak kaget saat ada angin berembus dengan sangat kencang di luar musholla..

“Ya Allah kenapa angin sangat kencang.” Gumam Anisa sambil menutup muka dengan kedua telapak tangannya karena sangat kaget.

“Apa roh Hananto ya, apa dia sudah dieksekusi? Atau pangeran jin mencari Mbak Fatima lagi.. Hiii....” gumam ibu kepala pelayan sambil mengusap tengkuknya.. Merinding dan takut. Kedua perempuan itu pun cepat cepat pergi meninggalkan tempat itu. Karena ingat Fatima menantu Pak Hasto adalah perempuan incaran Pangeran Jin yang sudah dua kali gagal menikah.

Sementara itu masih di rumah mewah itu di salah satu kamar, kamar Sang pengantin baru yang tidak lain adalah pasangan Ndaru dan Fatima..

“Mas, sudah lega ya Andien sudah pulang selamat. Hananto juga sudah mendapat hukuman setimpal.” Ucap Fatima yang telah berbaring di atas tempat tidur bersama Ndaru suaminya.

“Iya Sayang.. aku dengar dengar orang tua Andien memberi lampu hijau pada Pungki. Sungguh sungguh tidak aku kira Pungki bisa menyelamatkan Andien dan mengobati orang sakit. Sakit Mas Syahrul yang mengobati Pungki. Rico dikutuk jadi monyet yang bisa mengembalikan wujud aslinya juga Pungki.. Hmmm benar benar tidak menyangka..” ucap Ndaru

“Iya Mas, tapi usaha dia juga hebat kok puasa dan berbuka dengan makan kunyit.. “ ucap Fatima sambil memiringkan tubuhnya kini menghadap pada tubuh suaminya..

“Moga moga Andien berjodoh lah sama Mas Pungki macam kita...” ucap Fatima selanjutnya.. Ndaru pun juga memiringkan tubuhnya menghadap wajah cantik istrinya..

“Iya Sayang.. semoga mereka juga bahagia macam kita..” ucap Ndaru sambil memencet hidung mancung Fatima..

“Sakit Mas...” ucap Fatima sambil mengusap usap hidung yang baru saja dipencet oleh Ndaru..

“He... he... he... maaf.. sini aku obati.” Ucap Ndaru dengan nada lembut sambil mendekatkan wajahnya pada wajah Fatima.. dengan lembut dia kecup ujung hidung mancung Fatima, kecupan nya pun akhir nya menurun pada bibir manis Fatima.. Dan kecupan itu berlanjut pada ciuman yang semakin menuntut.... tidak menunggu lama pasangan pengantin baru itu pun telah bergulat memadu kasih cinta dan asmara...

Akan tetapi beberapa menit kemudian.. keduanya berteriak dengan sangat keras..

“Aaaaaaaaa....” teriak keduanya dan cepat cepat saling melepaskan diri.. teriakan keduanya bukan teriakan kenikmatan tetapi teriakan kesakitan..

“Mas kenapa sakit sekali.” Ucap Fatima sambil memegang bagian tubuh intinya.

“Iya Sayang aku juga merasa sakit sekali.” Ucap Ndaru sambil memegang juga bagian tubuh vitalnya. Yang terasa sangat sakit dan panas..

Dan betapa kagetnya Ndaru saat melihat burungnya memerah dan bengkak..

“Hah? Kenapa burungku bisa seperti ini?” teriak Ndaru dengan panik..

“Mas, ini ku juga sakit sekali hu....hu.....hu.....” ucap Fatima sambil menangis tersedu sedu dan mengusap usap tubuh bagian intinya untuk mengurangi rasa sakit.

Di saat keduanya masih kesakitan terdengar pintu kamar diketuk ketuk dengan sangat keras..

TOK

TOK

TOK

“Nak, ada apa?” Suara Pak Hasto dan Bu Hasto dengan nada khawatir dan panik. Mereka berdua yang belum tidur mendengar suara teriakan anak dan menantunya.

“Nak cepat buka pintu!” teriak bu Hasto dengan tidak sabar.

“Iya Ma, sebentar! Sakit banget ini ku!” teriak Ndaru dia cepat cepat meraih bath robe dan mengenakan asal di tubuhnya. Sambil berjalan tertatih tatih dan mekekeh kekeh menahan rasa sakit Ndaru melangkah menuju ke pintu kamarnya..

Saat pintu dibuka Pak Hasto dan Bu Hasto tampak kaget melihat Ndaru anaknya meringis menahan sakit dan Fatima sang menantu di atas tempat tidur menangis terisak isak dengan tubuh tertutup selimut dengan rapat.

“Ada apa kalian? Jangan pakai gaya macam macam kamu Ru!” ucap Pak Hasto sambil menatap tajam Ndaru.

“Pa aku tidak pakai gaya macam macam aku dan Fatima juga pelan pelan melakukannya karena aku khawatir jika sudah ada yunior ku di perut Fatima, karena Fatima bilang harusnya sudah haid dia belum juga haid.” Ucap Ndaru sambil masih memegang burung nya yang sakit.

“Alhamdulillah...” gumam Pak Hasto dan Bu Hasto secara bersamaan saat mendengar Fatima belum haid di jadwal haidnya.

“Terus kenapa kalian teriak dan Fatima menangis?” tanya Bu Hasto

“Pa lihat ini.” Ucap Ndaru sambil menunjukkan burung nya pada Papanya..

Bab. 2.

“Astagfirullah Ndaru.. kamu kenapa Nak? Apa kamu waktu di luar negeri berbuat macam macam hingga sekarang kena akibat nya?” tanya Pak Hasto yang sangat khawatir Ndaru terkena penyakit kelaminn.

“Pa, sumpah Pa aku melakukan pertama kali dengan Fatima dan aku tidak ada niat untuk melakukan dengan siapa siapa. Hanya sama Fatima istri ku satu satunya Pa..” ucap Ndaru dengan serius dan sungguh sungguh.

Sementara Bu Hasto melangkah menuju ke tempat tidur untuk mendekati Fatima yang tertutup oleh selimut.

“Fat apa yang sudah terjadi?” tanya Bu Hasto dengan lembut.

“Hiks... hiks... tidak tahu Ma, tahu tahu aku dan Mas Ndaru merasa kesakitan, sakit sekali rasa nya perih dan panas, sangat melebihi waktu pertama kali melakukan dengan Mas Ndaru dulu.” Ucap Fatima yang masih tertutup kain selimut sebab malu dilihat oleh mertua nya.

“Ma, tolong ambilkan salep ya.. Mas Ndaru juga kesakitan itu..” ucap Fatima lirih tangan di dalam selimut masih mengusap usap barangnya.

“Iya iya..” ucap Bu Hasto lalu bangkit berdiri dan akan melangkah menuju ke tempat kotak obat.

“Pa, telpon dokter saja suruh ke sini dan periksa anak anak. Aku khawatir kalau ada apa apa. Jangan sampai calon cucu ku kenapa napa.” Ucap Bu Hasto yang yakin jika Fatima sudah mengandung.

“Iya iya..” jawab Pak Hasto dan segera menghubungi dokter keluarga.

Sementara itu di lain tempat di kost tiga gadis manis yang kini dihuni oleh dua gadis manis. Karena Fatima sudah ikut dengan suaminya...

Andien dan Ningrum masih berbincang bincang di ruang depan...

“Bersyukur banget ya Ndien, laku batin Pungki sukses bisa mengobati Mas Syahrul dan bisa menyelamatkan kamu.” Ucap Ningrum sambil menatap wajah Andien yang berseri seri karena sedang jatuh hati pada Pungki. Sejak tadi Andien terus saja membicarakan Pungki padahal Ningrum sudah sangat mengantuk..

“Iya Mbak bersyukur banget coba tidak ada Mas Pungki.. hiiii aku sudah menjadi istri jin. Dan tinggal di alam gaib..” ucap Andien yang masih penuh energi meskipun malam sudah larut.

“Mas Pungki sekarang hebat ya Mbak. Mbak Ningrum tidak kecewa kan tidak jadian sama mas Pungki dan iklas kan jika aku jadian sama Mas Pungki. Papa dan Mama ku menyuruh aku jadian sama Mas Pungki katanya demi keamananku. Mama bilang kalau belum siap menikah ya tunangan dulu, kalau aku menikah kasihan Mbak Ningrum nanti sendirian di kost ini.” Ucap Andien sambil tersenyum bahagia karena kini di pelupuk matanya hanya ada sosok dan wajah Mas Pung Pung.

“Aku senang jika kamu jadian dengan Pungki Ndien, aku juga sudah mantap dengan Mas Syahrul kok, tapi belum juga ada rencana nikah, katanya Mas Syahrul mau bekerja dulu baru siap untuk menikahi aku.” Ucap Ningrum yang kedua matanya sudah tampak mengecil..

“Tidur yuk Ndien besok kan sudah kuliah lagi..” ajak Ningrum..

Akan tetapi belum juga Andien menjawab terdengar di luar ada suara hembusan angin yang sangat kencang, suara dahan dahan dan ranting ranting bergoyang goyang bahkan sampai ada ranting ranting yang mengenai genting rumah..

Mata Andien dan Ningrum melotot saat melihat korden jendela sampai berkibar kibar...

“Mbaakkkk..” teriak Andien sambil memeluk tubuh Ningrum yang duduk di sampingnya ..

Sesaat terdengar suara perempuan tertawa ...

“Ha.... ha.... ha.... ha.....” suara tawa seorang perempuan namun hanya sebentar dan menghilang. Korden pun sudah tidak lagi melambai lambai dan suara hembusan angin pun telah hilang.

“Mbak aku takut...” ucap Andien yang masih memeluk erat Ningrum.

“Kamu tidur di kamar ku saja.” Ucap Ningrum sambil mengusap usap pundak Andien untuk menenangkan.

“Mbak aku mau menelpon Mas Pungki biar dia tidur di sini ya.. di kamar Fatima ya Mbak..” ucap Andien yang kini masih terus saja kepungki pungkian.

“Iya boleh..” ucap Ningrum yang sebenar nya dia juga takut akan kejadian baru saja itu.

Akan tetapi di saat Andien akan mengambil hand phone yang berada di atas meja.. tangannya tidak jadi mengambil hand phone malah menggaruk garuk bagian tubuh intinya karena di bagian itu tiba tiba terasa sangat gatal.

“Ndien cepat telepon Pungki.” Ucap Ningrum sambil heran menatap Andien yang garuk garuk bagian tubuh bawah nya.

“Mbak ini anu ku kok gatal banget ya..” ucap Andien sambil terus menggaruk garuk anu nya.

“Kamu tadi duduk di luar tidak? Jangan jangan kamu duduki ulat bulu.” Ucap Ningrum sambil menatap Andien. Andien yang merasa anu nya sangat gatal sampai menggaruk garuk dengan membabi buta..

“Ndien, ganti celana dan ganti baju saja. Lecet nanti barang kamu itu kalau kamu garuk garuk sangat kuat gitu.” Ucap Ningrum..

“Ayo Mbak temani aku ya.. tidur di kamar ku saja Mbak.” Ucap Andien sambil melangkah cepat menuju ke kamarnya sebab sudah tidak tahan dengan rasa gatal di tubuh vital nya.

Meskipun Andien sudah ganti semua pakaiannya dan sudah diberi salep anti gatal tetap saja tubuh bagian inti nya itu terasa sangat gatal hingga dia dan Ningrum tidak bisa tidur.

Andien pun sampai menangis karena kebingungan..

“Hiks hiks..Mbak ini bagaimana, malu kalau mau menelpon Mas Pungki.” Ucap Andien yang masih garuk garuk terus.

“Beli ctm dulu saja ya Ndien di apotek yang buka 24 jam secara on line.” Ucap Ningrum sambil meraih hand phone miliknya karena sudah kehabisan ide, ide terakhirnya minum obat tidur agar tidak merasakan gatal.

“Iya dech Mbak.” Ucap Andien pasrah..

“Tapi hati hati ya Mbak sudah larut malam jangan sampai nanti yang mengantar malah hantu.” Ucap Andien yang masih trauma dengan hantu.

Sementara itu di lain tempat di kerajaan Jin, Sang Ratu tertawa bahagia....

“Ha... ha... ha... ha... rasakan kalian semua yang sudah menggagalkan pernikahan anakku, kalian semua akan mandul dan tidak akan punya keturunan ha... ha... ha....” ucap Sang Ratu sambil tertawa terbahak bahak...

“Semua obat, dokter, dukun dan tabib tidak akan bisa menyembuhkan kalian.” Ucap Sang Ratu lagi dengan nada penuh dendam.