SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
ADIK IPAR YANG BIKIN CANDU

ADIK IPAR YANG BIKIN CANDU

Bab 1

Alena menatap satu lelaki yang duduk tidak jauh dari meja nya. "Pantas saja Viona tergila-gila dengan nya, dia memang tampan." gumam Alena, menelisik penampilan Bastian.

Dia sudah mencari tahu semua latar belakang Bastian dan membuat nya sedikit merinding. kakak iparnya adalah salah satu CEO termuda dengan kekayaan yang melimpah ruah. Entah bagaimana caranya Viona bisa menikah dengan lelaki sesempurna Bastian.

Pernikahan mereka yang mendadak dan membuat nya sangat sulit mencari tahu seperti apa kehidupan kedua nya saat ini. Sudah di pastikan itu karna kekuasaan Bastian yang tidak bisa di tembus oleh organisasi nya.

Alena memiliki dendam kepada keluarga baru ayah nya karna kematian ibunya. Cindy mengalami depresi yang sangat berat akibat perselingkuhan suami nya dan membuat nyawanya menghilang setelah 3th mendekam di rumah sakit jiwa.

Sejak kematian ibunya, dia memutuskan pergi dari negara nya dan bergabung dengan salah satu organisasi pembunuh bayaran. Alena bisa saja membunuh mereka semua dengan tangan nya langsung, hanya saja mati terlalu cepat itu tidak sebanding dengan apa yang di alami ibunya.

Untuk itu dia memutuskan kembali ke negara asal nya, setelah mendengar kabar dari anak buah nya jika kakak tirinya telah menikah. Sedari lama Alena menunggu hari ini, dimana dia akan mengambil orang yang di cintai Viona dan membuatnya depresi seperti apa yang di alami oleh ibunya.

"Kau serius akan menggoda nya Al? Dia terlihat

sangat susah di dekati," ucap Cia-sahabat Alena. "Tentu Cia, aku akan membuat nya terjatuh dalam pesona ku, karna dia adalah jembatan untuk balas dendam ku,"

"Tunggu dulu, kau mau kesana sekarang?" Cia menahan tangan Alena dan menggeleng cepat.

"Dengarkan aku, kita harus menyelidiki nya dulu, jangan asal bertindak! Bahaya jika kita terkena masalah,"

"Kau tenang saja, aku hanya ingin menarik perhatian nya Cia sayang,"

Alena sangat tahu apa yang di khawatirkan sahabat nya, mereka baru sampai hari ini dan sama sekali belum mengerti kondisi sekitar seperti apa. Sangat bahaya jika ternyata Bastian memiliki anggota seperti mereka, bisa membuat rencana nya hancur seketika.

Dia melepas jaketnya dan menunjukkan penampilan nya yang sangat seksi malam ini, sejatinya Alena tidak nyaman dengan pakaian nya, tapi untuk melancarkan aksinya dia harus sedikit berkorban.

Alena berjalan ke ke arah bartender dan meminta minuman kadar beralkohol tinggi, suasana club sangat ramai dan membuatnya sedikit terbantu menghilangkan rasa malu nya.

Alena meneguk air minum nya dan melihat ke arah meja Bastian, dia melakukan gerakan bersulang pada teman Bastian yang melihat ke arah nya.

Kenzo beranjak dari duduk nya menghampiri Alena yang sedari tadi melihat ke arah nya.

"Kamu sendirian Nona?" tanya Kenzo, mengagumi penampilan Alena yang sangat cantik.

"Aku bersama teman ku, ada disana," Alena menunjuk ke arah Cia.

"Aku baru pertama melihat mu disini, apa kamu pendatang?"

Alena terkekeh pelan dan menggeleng cepat. "Sepertinya kau seorang pemain Tuan, sampai hafal gadis mana saja yang belum pernah berkenalan dengan mu." sindir Alena, terkekeh pelan.

"Itu tidak benar, hanya beberapa saja yang membuat ku tertarik, dan kamu salah satu nya,"

"Aku Kenzo, siapa nama mu Nona?"

"Alena, senang berkenalan dengan mu Kenzo, boleh aku langsung memanggil nama?"

"Tentu boleh, itu terdengar lebih enak, mau bergabung di meja ku?" tawar Kenzo, mengulurkan tangannya.

"Tepat sasaran, kau sangat pintar mengait seseorang Alena, aku bangga padamu, batin Alena, memuji diri sendiri.

Alena menahan rasa senangnya karna Kenzo membuka jalan nya untuk masuk. Dia mengangguk pelan dan menyambut uluran tangan Kenzo.

Ehm.. ehm..

Bastian dan Reno menatap ke arah sahabatnya yang mengandeng satu gadis cantik ke meja mereka.

Alena memilih duduk di depan Bastian dan tersenyum manis kepada kedua lelaki di hadapannya. "Mereka teman mu? Mengapa menatap ku seakan ingin menelan." Alena menarik bahu Kenzo dan berbisik pelan.

Bastian menatap penuh selidik gadis yang di bawa sahabatnya. Entah mengapa pesona Alena seakan menarik perhatian nya dan membuatnya tidak bisa mengalihkan atensi nya.

"Dia siapa Ken? Cepat sekali kau mendapat mangsa," sindir Reno.

Bastian mengeram kuat melihat tawa Alena. "Mengapa senyum nya tidak asing? Aku seperti pernah melihat nya." batin Bastian, berusaha mengingat.

"Jangan percaya omongan nya, kamu adalah gadis pertama yang aku bawa bertemu mereka,' "Kau manis sekali bertutur kata, Alena menyentuh bibir Kenzo dengan jari telunjuknya.

Alena semakin tertawa melihat wajah memerah Kenzo. "Aku harus pulang sekarang, sampai bertemu di lain waktu Kenzo, bye semua." Alena beranjak dan kembali duduk karna Kenzo menahan tangan nya.

Dia mengambil ponsel Kenzo dan memasukkan nomer nya. "Jangan menghubungi ku terlalu sering! Aku sangat sibuk."

"Tidak janji," sahut Kenzo.

Alena melangkah pergi dan sengaja menabrak seseorang. "Maafkan aku Nona, aku sedikit pusing." ucap Alena, pada wanita yang di tabrak.

"Lain kali pakai mata mul Jika tidak kuat minum

jangan bergaya," sahut Anne, melangkah pergi.

Alena menyunggingkan senyumannya dan berjalan ke arah toilet, dia tahu jika sedari tadi Bastian melihat ke arah nya.

Lama dia berada di toilet dan memutuskan untuk keluar. "Kau sangat menyedihkan Viona, kasihan sekali punya suami yang suka jajan." batin Alena, melihat Bastian menunggu nya di luar pintu. Dia membuat gerakan dengan menggeleng sesekali bahkan memukul kepalanya. "Kau menyusul ku?" Alena membuat gerakan seakan tengah mabuk berat.

Bastian menarik Alena kedalam dekapan nya. "Kau membuatku tertarik dengan mu, dan aku tidak menyukainya." sahut Bastian, menatap dalam mata Alena.

"Why? Aku cantik, dan itu sangat normal jika lelaki tertarik dengan ku, jika kamu tidak suka maka jangan melihat Tuan," Alena mengalungkan tangan nya pada leher Bastian dan seakan menantangnya.

Entah siapa yang memulai, saat ini mereka berdua sedang berciuman sangat intens, rasa manis dari bekas minuman mereka terasa di bibir masing-masing.

Bastian melumat dan menyesap sangat ganas seakan tidak akan berciuman lagi, dia mengigit bibir bawah Alena dan menerobos masuk membelit lidah Alena.

"Emhh.. ahhhhh,"

Alena mendesah dalam pangutan mereka, dia melepas ciuman nya dan mendongakkan wajahnya ke atas memberi akses Bastian untuk menyusuri lehernya.

Bastian tentu tidak melewatkan kesempatan nya, dia menyesap dan menjilat leher Alena hingga meninggalkan jejak merah di berapa tempat.

"Hei kalian, pergi ke lantai dua untuk memesan kamar! Bastian langsung tersadar mendengar perkataan seseorang, dia melepas hisapan nya dan mengeram kuat melihat wajah berantakan Alena. Gairah nya seakan meluap ke ujung kepala dan membuatnya ingin melahap gadis di depan nya saat ini juga.

Cia yang sedari tadi melihat kegiatan mereka hanya mendengus kesal karna menjadi obat nyamuk. Dia sengaja meminta seseorang untuk menghentikan aksi gila sahabatnya. "Tunggu Tuan, kamu mau membawa teman ku kemana?" Cia segera menghadang Bastian yang mengendong Alena. "Kau siapa?"

"Aku sahabat nya, apa Anda ingin memanfaatkan sahabat saya yang tidak sadar?"

Bastian menekan amarahnya karna benar apa yang di katakan Cia, jika dia tidak datang sudah di pastikan akan melahap Alena hingga tak tersisa.

"Tunjukkan dimana mobil mu, aku akan membantumu membawa nya keluar."

Cia mengangguk cepat dan berjalan duluan ke arah luar club, dia sudah mati-matian menekan rasa takut nya saat berbicara dengan Bastian, entah mengapa aura dominan nya sangat kuat seakan membuat tulangnya luruh semua.

Dia membukakan pintu samping dan memberikan ruang untuk Bastian meletakkan sahabatnya. Cia mengakui jika Alena sangat pandai bermain drama dan sudah sepantasnya memenangkan award.

"Lain kali jangan biarkan dia berkeliaran sendirian saat mabuk!" ucap Bastian, melangkah pergi.

Dia merasa aneh dengan dirinya sendiri, selama ini tidak ada satupun wanita yang bisa membuatnya tertarik pada pandang pertama, tapi Alena mematahkan semuanya. Gadis yang sangat cantik dengan kulit seputih susu, apalagi badan nya yang bagus seperti model, membuat gairah nya seakan meluap hanya dengan melihatnya.

Bab 2

"Kau benar-benar hebat Al, dia masuk kedalam perangkap mu," kata Cia, menggoyangkan lengan sahabat nya.

"Sudah aku katakan sebelum nya, pesonaku sangat luar biasa, aku yakin jika dia akan terbayang dengan ciuman hot kita,"

Alena menatap punggung Bastian yang kembali masuk kedalam club, dia sangat berterima kasih kepada Tuhan karna melancarkan aksinya di hari pertama kepulangan nya.

"Lalu setelah ini apa rencana mu?"

"Tentu bekerja di perusahaan nya, apalagi? Aku harus berdekatan dengan nya setiap hari, dengan begitu bisa membuatnya terjatuh dalam permainan ku,"

"Kau harus berhati-hati Al, dia sangat tampan dan membuat mata sulit di alihkan, aku takut kau yang terjebak dalam pesona nya,"

"Jangan asal bicara, kau tau aku tidak percaya tentang cinta, bagiku perasaan itu hanya milih orang bodoh, dan aku bukan bagian dari orang seperti itu," Alena mengepalkan tangannya mengingat cinta ibunya yang begitu besar hingga memutuskan untuk pergi dari nya.

Dret...

Drettt...

Alena mengambil ponselnya dan melihat panggilan dari kakek Zanuar, orang yang menolong Alena saat terpuruk dan membimbing nya masuk kedalam organisasi pembunuh bayaran.

"Halo, ada apa kek?"

"Kalian harus bergerak besok malam, salah seorang pengusaha menyewa jasa kelompok mu untuk menggertak salah satu rekan bisnis nya, Kakek sudah mengirim datanya pada email mu,"

"Baik Kek, aku akan mengirim pesan besok dan ku pastikan misi berhasil,"

"Itu bagus, adalagi yang ingin kakek sampaikan,

besok kamu sudah bisa bekerja di perusahaan

Alceno, sebagai sekertaris kakak ipar mu,"

"Terima kasih atas bantuan nya kek, Alena menutup panggilan nya dan memejamkan matanya.

Cia menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan menoleh ke arah sahabatnya. "Apa ada misi besar? Mengapa kau terlihat frustasi?" tanya Cia, merasa khawatir dengan Alena.

"Bukan, aku hanya pusing sedikit karna banyak minum, bangunkan aku jika kita sudah sampai,"

Cia kembali menjalankan mobilnya menuju apartemen mereka, keduanya sudah seperti adik kakak karna tidak mempunyai siapapun di dunia ini, mereka berdua bertemu di tempat pelatihan 3th yang lalu dan membuatnya menjadi bersahabat.

Kediaman Alceno, Bastian pulang dengan keadaan yang sangat berantakan, setiap malam selalu dia habiskan di club untuk menghilangkan rasa suntuk nya...

"Sayang kamu sudah pulang? Aku menunggu mu sedari tadi," Viona menghampiri Bastian dan berniat memapah tubuhnya.

Bastian menangkis tangan Viona dan menatap tajam. "Harus berapa kali aku katakan? Jangan menyentuh ku sesuka mu!" Dia melangkah sempoyongan meninggalkan istrinya.

Viona mengepalkan tangannya melihat kepergian suaminya, sedari lama dia sangat terobsesi dengan Bastian dan berhasil mendapatkan nya dengan cara menjebak.

Viona sengaja mendekati sekertaris Bastian dan meminta bantuan nya untuk melancarkan aksinya. Dia tidak segan memberikan bayaran yang banyak karna berhasil membuat mereka tidur bersama.

Awalnya Bastian marah besar dengan nya hingga memutuskan kerja sama mereka, bahkan dia juga memecat sekertaris nya saat itu juga. Tapi dia datang kembali satu bulan setelahnya dengan membawa kehamilan nya dan mengancam akan membuat nama keluarga Alceno hancur karna tidak bertanggung jawab atas perbuatannya malam itu.

Viona sangat senang karena Bastian menerima ajakan menikah dengan nya, meskipun dia tidak mendapatkan cinta dari Bastian tapi kekayaan nya yang selalu membuat silau mata Viona.

Tidak ada wanita yang bisa menolak pesona dari Bastian, Viona juga yakin jika di luaran sana banyak yang mengincar suaminya, bahkan bisa saja melakukan hal yang sama untuk mengikat suaminya.

Bastian memasuki kamar nya dan menguncinya, sejatinya dia sangat malas untuk pulang ke mansion karna ada istri ular nya. Dia langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur dan terkekeh pelan mengingat wajah Alena.

***

Alena merasakan mual yang luar biasa dan membuatnya harus bangun dari tidurnya. Dia berlari ke arah kamar mandi dan memuntahkan. isi perut nya, Alena sangat kuat minum tapi tidak untuk perutnya, selalu bermasalah di pagi hari.

Dia terengah-engah dan membasuh wajah nya. matanya tertuju pada leher jenjang nya yang terdapat banyak tanda merah perbuatan kakak iparnya.

"Sial! Sepertinya dia sangat ganas di ranjang."

Alena segera melepas seluruh bajunya dan membersihkan tubuhnya, hari ini dia akan mendatangi perusahaan Alceno sebagai sekertaris baru Bastian.

Zanuar sudah mengatur semua jalan nya untuk masuk kedalam perusahaan kakak iparnya, awalnya kakek nya tidak setuju dengan drama yang di buatnya, tapi dia mengancam akan keluar dari organisasi dan melancarkan dendam nya sendiri.

Selesai dengan mandinya, Alena memilih baju setelan kerja yang sedikit sopan, dia mengunakan celana kain panjang dengan kemeja wanita berlengan sesiku berwarna peach.

Dia juga memoles sedikit wajah nya agar terlihat fresh saat bekerja, Alena menguncir tinggi rambutnya dan membuat leher jenjangnya terlihat sangat cantik. Bahkan dia dengan sengaja menyisakan satu tanda merah di sisi kiri agar terlihat oleh Bastian.

"Wah.. kau sudah cantik saja," Cia menghampiri sahabatnya yang sedang bersiap.

"Aku tidak terlalu mencolok bukan? Bahaya jika membuat heboh satu perusahaan karna kemunculan princess pencabut nyawa bukan?"

Hahahaha...

Keduanya tertawa karna perkataan Alena yang benar adanya, mereka berdua sangat pantas dijuluki dengan princess pencabut nyawa, karna sudah banyak yang menyewa jasa mereka untuk mengeksekusi seseorang.

"Aku akan ke markas setelah ini membahas rencana nanti malam, kau langsung datang saja nanti di tempat yang aku kirimkan," ucap Cia, berjalan keluar apartemen nya.

"Emb, terima sudah menghandle semuanya, aku mencintaimu," sahut Alena, memeluk sahabatnya dari samping.

Mereka berdua berjalan menuju basement apartment dan memasuki mobil nya. Cia mengantar Alena terlebih dulu menuju perusahaan Alceno yang tidak jauh dari markas mereka.

"Kau yakin jika dia tidak akan curiga?" tanya Cia, yang fokus menyetir.

"Justru itu sangat bagus, aku sangat penasaran dengan respon nya saat mengetahui aku adalah adik iparnya,"

"Kau sangat gila Alena, ada cara yang gampang tapi memilih yang susah." Alena hanya terkekeh pelan, baginya tidak ada

kematian yang mudah untuk mereka yang telah membuat luka sedalam ini. Bahkan Laura wajib mendapat balasan yang setimpal dengan melihat anak tercinta nya memilih jalan seperti ibunya di ujung depresi nya.

Sesampainya di perusahan, Alena segera turun dan melambaikan tangan nya pada Cia, dia melangkah masuk kedalam gedung yang menjulang tinggi dan sangat megah.

Alena menyapa beberapa orang yang bersimpangan dengan nya, bahkan dia bisa melihat beberapa orang menatap penuh tanya saat melihat kedatangan nya. "Permisi Pak, saya sekertaris baru tuan Bastian, bisa meminjamkan kartu anda untuk saya masuk?"

"Maaf tidak bisa Nona, anda bisa langsung ke resepsionis untuk meminta kartu id,"

Alena mengangguk dan berjalan ke arah pihak resepsionis di lobi perusahaan, sejatinya ini adalah pengalaman pertama nya bekerja di sebuah perusahaan.

Alena menghela nafas beratnya karna sejatinya tidak menyukai hal ribet semacam ini, dia berjalan ke arah resepsionis dan melihat ketiga. wanita di depan nya dengan tatapan datar nya. Salah satu dari mereka merasa aneh dengan tatapan Alena, seperti akan menelan hidup-hidup. "Maaf Nona, ada keperluan apa?" tanya pegawai Resepsionis. "Saya Alena, sekertaris baru tuan Bastian, jawab singkat Alena.

""Tunggu sebentar Nona, pegawai resepsionis segera mengecek data dan benar adanya jika Alena adalah sekertaris baru CEO mereka, tepatnya sekertaris ke 5 dalam 1 minggu ini.

Kedua pegawai di sebelah sedang menelisik penampilan Alena, bahkan mereka berani membicarakan dengan sangat pelan.

"Apa pekerjaan kalian hanya bergosip? Jika seperti itu aku bisa saja mengatakan nya pada Bastian untuk memecat kalian berdua." Alena menatap tajam kedua pegawai resepsionis yang sedang bertaruh dengan masa kerja nya.

"Maafkan teman saya Nona, mohon jangan tersinggung, mereka selalu begitu karna tidak ada yang lama menjadi sekertaris bos," sahut pegawai Resepsionis yang melayani Alena sedari awal.

"Hal seperti itu bukan sebuah lelucon, jika tidak bisa menjaga lisan yang membuat mental orang jatuh, lebih baik tidak perlu berbicara!"

Alena mengambil kartu nya dan meninggalkan mereka yang sedang berdebat karna takut dengan aneaman yang di katakan Alena.

"Seperti nya dia mengenal tuan Bastian, bahkan dia berani memangil namanya langsung tadi." ucap Resepsionis A.

"Kau jangan menakuti kita!" sahut Resepsionis B, sudah panas dingin karna takut sekertaris baru

mengenal dekat atasan mereka. "Aku tidak menakuti kalian, aku juga merasakan takut saat ini," sahut Resepsionis B, menatap kepergian Alena.

Alena berjalan ke arah lift perusahaan dan melihat Bastian yang sedang berdiri di depan lift khusus dan sedang mengangkat panggilan. Dia segera mengubah mimik wajah nya untuk melihat reaksi kakak iparnya saat melihat keberadaan nya.

Terpopuler