SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Pengantin Iblis

Pengantin Iblis

Amelie

Langit Paris mulai menunjukkan semburat biru muda ketika Amélie Vittoria De Laurentis melangkah keluar dari pintu apartemennya yang mewah di kawasan Avenue Montaigne, salah satu jalan paling bergengsi di kota ini. Apartemennya berada di lantai teratas gedung art-deco, dengan pemandangan langsung ke Menara Eiffel. Tempat tinggalnya memiliki segalanya: dinding kaca besar yang membiarkan sinar matahari masuk sepanjang hari, perabotan minimalis modern, serta koleksi seni mahal yang dipajang di setiap sudut ruangan. Kemewahan tampak dalam setiap detil, mulai dari marmer Carrera yang melapisi lantai hingga lukisan-lukisan abstrak dari seniman terkenal.

Amélie melangkah dengan anggun, mengenakan gaun rancangan Elie Saab, salah satu desainer favoritnya. Sepasang sepatu Christian Louboutin berwarna nude menghiasi kakinya, sementara tas kulit buaya dari Hermès menjuntai ringan di lengannya. Rambut coklat gelapnya tergerai di belakang, memancarkan kilauan lembut setiap kali ia melangkah.

Pagi ini, Amélie menuju kantornya di Tour Saint-Jacques, salah satu gedung pencakar langit yang menjulang di pusat La Défense, distrik bisnis Paris yang sibuk. Gedung itu menjadi simbol modernitas di tengah lanskap klasik Paris, dengan fasad kaca yang berkilau saat terkena cahaya matahari. Di sinilah Amélie bekerja sebagai Eksekutif Senior di sebuah perusahaan real estate internasional yang berpengaruh, Beaumont  Global Investments.

Setiap pagi, Amélie duduk di belakang mobil sedan hitam Mercedes-Benz S-Class yang disopiri, melintasi jalan-jalan Paris yang penuh pesona. Perjalanan dari Avenue Montaigne ke La Défense menjadi waktu baginya untuk memeriksa jadwal harian, mengecek email penting dari klien besar, dan mempersiapkan mental untuk berbagai rapat penting yang akan ia hadapi.

Di dunia korporat, Amélie adalah sosok yang tak tertandingi. Usianya yang 37 tahun tak mengurangi kecerdasannya yang tajam dan intuisi bisnis yang luar biasa. Dengan gelar Sarjana dari University College London dan Magister dari HEC Paris, dia memiliki pendidikan terbaik yang bisa dibayangkan. Pengalaman internasionalnya mengasah kemampuan negosiasinya, menjadikannya ahli dalam menyelesaikan proyek-proyek besar dan memimpin tim lintas benua.

Amélie sangat dihormati di kalangan profesional karena kemampuannya dalam merancang strategi bisnis yang cerdas dan inovatif. Setiap keputusan yang diambilnya penuh perhitungan, dan dalam dunia yang didominasi oleh pria, dia mampu berdiri sebagai sosok yang kuat dan tidak tergoyahkan.

Setibanya di kantor, Amélie selalu disambut oleh pemandangan luas dari lantai ke-30 gedung Tour Saint-Jacques, tempat kantornya berada. Dinding kacanya memberikan pandangan panorama ke seluruh Paris, menegaskan statusnya sebagai salah satu wanita paling sukses di kota ini. Ruang kerjanya dihiasi dengan sentuhan modern dan elegan, dengan meja kayu ek yang besar dan kursi kulit hitam yang selalu rapi. Di salah satu sisi, koleksi buku bisnis dan keuangan berjajar, menambah aura intelektual di ruang tersebut.

Hari-hari Amélie di kantor biasanya dipenuhi dengan pertemuan bersama para klien besar dan investor. Pagi ini, ia akan bertemu dengan perwakilan dari Grand Horizon Developments, perusahaan konstruksi asal Timur Tengah yang sedang merencanakan pengembangan properti mewah di Prancis. Dalam ruangan rapat yang berlapis kaca, Amélie dengan tenang mempresentasikan strategi perusahaan untuk melibatkan Grand Horizon dalam salah satu proyek terbesar Beaumont Global. Dengan suara yang tegas namun lembut, ia berhasil memenangkan hati para klien dan menjamin kesepakatan bernilai miliaran euro.

Setelah serangkaian rapat yang sukses, Amélie biasanya akan makan siang di Le Cinq, restoran bintang lima yang berada di jantung Paris. Restoran ini menjadi tempat favorit para eksekutif seperti Amélie, di mana makanan haute cuisine dan suasana elegan menambah kesan prestisius. Makan siangnya tak pernah lebih dari satu jam, tetapi cukup untuk menjalin hubungan profesional dan sosial dengan kolega atau klien.

Namun, meskipun kehidupannya terlihat sempurna dari luar, ada sesuatu yang terus menghantui Amélie sejak kecil. Simbol yang tidak pernah hilang dari pikirannya, sesuatu yang dia lihat berulang kali dalam mimpinya. Simbol itu berbentuk pentagram, dengan seekor ular melilit obor yang menyala di tengahnya. Amélie tidak tahu apa arti simbol tersebut, namun bayangan itu selalu menghantuinya, bahkan saat ia duduk di ruang rapat atau bersosialisasi dengan para eksekutif papan atas.

Selama bertahun-tahun, Amélie mencoba mengabaikan mimpi itu. Namun, semakin ia menutupinya, simbol itu semakin sering muncul. Seolah ada pesan atau peringatan yang sedang menunggu untuk diungkap. Terkadang, ketika Amélie sendirian di apartemennya pada malam hari, ia merasa seolah-olah bayangan ular itu berkelebat di sudut matanya, atau obor yang menyala tampak sekilas dari jendela.

Mimpi ini semakin lama semakin mendalam, dan terkadang bahkan mempengaruhi kehidupan sehari-harinya. Saat sedang berdiri di lift gedung kantornya yang megah, Amélie merasakan detak jantungnya mempercepat tanpa alasan jelas. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, dan pandangannya mulai kabur ketika ia mengingat mimpi itu. Ia mencoba untuk tetap tenang, tetapi sesuatu di dalam dirinya mengatakan bahwa ini bukan sekadar mimpi biasa. Ada sesuatu yang lebih besar yang sedang menantinya.

Malam itu, setelah menyelesaikan pekerjaan, Amélie kembali ke apartemennya. Dia melepaskan gaun kerja dan menggantinya dengan piyama sutra lembut, berusaha untuk merilekskan diri setelah hari yang panjang. Namun, bahkan dalam kenyamanan apartemennya yang mewah, bayangan mimpi itu terus mengganggu pikirannya.

Di tengah malam, saat ia akhirnya terlelap, mimpi itu kembali datang dengan intensitas yang lebih kuat. Amélie berdiri di tengah kegelapan, dikelilingi oleh bayangan hitam. Di hadapannya, pentagram besar bercahaya, dan di tengahnya, ular melingkari obor dengan api yang membara. Kali ini, suara-suara aneh terdengar di sekelilingnya, seolah ada bisikan-bisikan yang mengundang. Obor itu menyala lebih terang dari sebelumnya, sementara ular melingkar semakin erat. Cahaya obor itu menerangi sepasang mata yang berkilauan di kegelapan, memandang langsung ke dalam jiwanya.

Ketika Amélie terbangun dengan napas tersengal-sengal, jantungnya berdetak keras. Ia berusaha mengatur napasnya dan menenangkan pikirannya, tetapi simbol itu—pentagram, obor, dan ular—terus membekas di pikirannya.

Ada sesuatu di balik simbol itu. Sesuatu yang lebih dari sekadar mimpi buruk. Apa hubungan simbol ini dengan hidupnya? Dan mengapa simbol itu muncul lagi dan lagi?

Amélie tahu, dalam waktu dekat, ia harus mencari jawaban sebelum semuanya terlambat.

Mimpi yang menakutkan

Amelie berlari dengan kencang. Dia merasa heran, mengapa dia selalu berlari di hutan ini? Suasana hutan yang remang remang, pepohonan tinggi menjulang terlihat seperti bayangan hitam berbentuk tangan yang nampak  ingin mencengkeram jiwanya. 

Amelie berlari tanpa henti hingga nafasnya terengah engah dan serasa paru parunya mau pecah. Dia bingung kemana,  harus kemana?  Hutan ini adalah tempat asing yang berulang kali dia masuki. Begitu seringnya mimpi ini terjadi, sehingga dalam tidur pun Amelie tahu bahwa dia sedang bermimpi. Aneh bukan? 

Daun daun berguguran di area hutan itu, meninggalkan bunyi gemerisik setiap kali kakinya melangkah. Anehnya  Amelie selalu mengenakan baju pengantin warna hitam setiap kali mimpi ini muncul dalam tidurnya. Baju pengantin hitam yang tampak indah, dengan Veil yang juga berwarna hitam Transparan. 

Amelie merasa jantungnya berdegup lebih kencang dan nafasnya mulai susah. Tepat ketika tenaganya sudah terkuras habis karena pelarian yang entah kemana dan mengapa  hal itu dia lakukan,, tiba tiba saja dia berada  didepan pintu gerbang besi yang sangat besar, dengan Logo misterius itu di sana. Logo yang aneh. Seekor ular membelit sebuah obor yang sedang menyala. Pintu pagar itu tertutup, tetapi logo itu…seperti memanggil manggil dirinya untuk masuk dan membukanya.

Biasanya, mimpi itu berhenti di sini, tetapi kali ini tidak, mimpi berlanjut. Amelie berjalan menuju arah pintu pagar besi. Disentuhnya logo itu dengan takut. Dirasakannya  sisik ular yang terpahat pada besi bersepuh emas itu. Dirasakannya pagar besi itu begitu dingin dan beku. Tiba tiba tanpa sengaja didorongnya pagar itu dan terbuka. Seketika Amelie melangkah masuk dan tiba tiba…wuus Amelie seperti terperosok masuk ke dalam lorong, dan….tiba tiba matanya terbuka, dia bangun dari tidur.

Tersentak kaget Amelie terduduk, nafasnya terengah engah, keringat dingin mengucur deras persis seperti gambaran dirinya dalam mimpi itu yang juga sedang berkeringat karena pelarian yang entah untuk apa. Ketakutan kembali menghantui dirinya, karena mimpi yang terus berulang dengan Skenario yang sama tetapi perlahan dan pasti memiliki alur yang maju dan bertambah setiap tahun. 

Amelie telah mengalami mimpi yang aneh ini sejak usia akil balig. Dan hingga saat ini usianya sudah mencapai 32 tahun. Mimpi itu selalu hadir dengan skenario yang bertambah setiap waktu. Sungguh sebuah hal yang aneh. Apa yang diingatnya dari mimpi itu adalah pagar besi yang menjulang tinggi dengan simbol aneh yang tertempel disana. Simbol menakutkan yang selalu membayangi. 

Amelie memaksa  tubuhnya bangun, lalu dia mengambil air putih yang tersedia di sisi tempat tidurnya. Rasa takut dan nafas yang pendek terengah engah belum kunjung hilang darinya. Hingga beberapa saat. Setelah tenang, diteguknya air putih itu. Rasa lega pun datang menghampiri. Nafasnya kembali normal, lalu perlahan diambilnya kertas dan bolpoin, digambarnya simbol aneh yang cenderung melekat dalam ingatannya. Simbol yang berasal dari dunia mimpi. Simbol yang entahlah apa makna dan rahasia yang ingin disampaikannya. 

Setelah tuntas menggambarnya, Amelie lalu meraih laptopnya dan mengetikkan beberapa kata dengan harapan akan menemukan  simbol yang sama  seperti yang sering muncul dalam mimpinya. Setelah mencari beberapa saat di internet. Tanpa sengaja Amelie mengKlik sebuah link yang mengenalkannya pada simbol simbol okultisme. Dan menurut link tersebut, logo yang dilihatnya adalah logo yang mengarah pada satu entitas gaib yang dipercaya oleh banyak kalangan spiritual sebagai Lucifer, The Fallen Angel.

Seketika  Amelie merasa gusar dan takut, Amelie lalu mengingat masa lalunya bersama orang tuanya, dia merasa tidak ada hal dari kehidupan bersama orang tuanya yang mengarahkan dia pada keyakinan bahkan kepercayaan seputar iblis dan teman temannya. Tapi mengapa dia dihantui oleh hal ini ?  Pertanyaan itu menggantung di benaknya hingga pagi menjelang.

***

Pagi itu di kantornya sedang ramai melakukan persiapan kedatangan dari CEO Induk Perusahaan mereka yang ada di  Italia, yaitu Mr Lucian Beumont. Kabarnya Mr Lucian tidak menyukai hal hal yang tidak rapi. Hemm Pastilah dia orang tua yang sangat cerewet dan tidak menyenangkan. Demikianlah Amelie menggambarkan dalam benaknya tentang Lucian Beumont. 

“Mengapa kita harus sesibuk ini mempersiapkan kedatangan CEO tua itu?” ujar Amelie pada rekan kerjanya. 

“Yah bagaimana pun dia CEO dan sekaligus pemilik perusahaan ini. Aku kira wajar jika dia ingin tahu banyak hal tentang perusahaan ini, pasca meninggalnya tuan Alex. Tentu Tn Alex menserah terimakan Perusahaan ini pada Mr Lucian sebagai satu satunya saudaranya, dengan tidak banyak penjelasan. Tugas kita lah yang menjelaskan padanya besok,” Jawab Anna pada Amelie.

Amelie segera memasuki ruang kerjanya  yang asri dan Astetik. Ruang kerja yang telah menjadi rumah keduanya selama dia tinggal dan hidup di Paris. Ada sebersit kekhawatiran Si Tua Lucian itu akan mengambil alih ruang kerjanya dan mengusirnya dari sana entah kemana. Amelie membuka buka lembar surat yang datang serta memeriksa Email yang masuk. Dia tidak terlalu mempercayai Rossie sekretarisnya dalam hal melakukan cek terhadap surat menyurat. 

Setelah menggerakkan krusor nya kebawah dan ke atas, Amelie berhenti pada sebuah Email yang datang dari seseorang bernama Lita. Hemm nama yang tidak Asing, dibukanya Email tersebut. Dibacanya pelan, Ah ternyata Email tersebut dari Sahabat lamanya di perguruan tinggi dulu, ketika dia masih menempuh pendidikan di London. 

“Hai Amelie, ini Lita. Teman sekamarmu di London Collage dulu. Bisakah aku sekedar menjalin kontak kembali denganmu? Jika kau tidak keberatan, mohon balas Emailku ini dan sisipkan nomer Whatsappmu agar aku bisa menghubungimu. Berikut ini adalah nomor Whatsappku (sebuah nomor ditulis di sini) Semoga kita bisa segera bertemu. Terimakasih, Salam penuh cinta dari sahabatmu, Lita.

Amelie tersenyum, segera diraihnya ponsel pribadinya dan disimpannya nomor kontak Lita. Lalu tak lama dia pun melakukan chat

“Hai, Selamat pagi. Apa kabar Lita. Aku Amelie,”kata Amelie membuka chatting pertamanya dengan Lita. Tak berapa Lama Lita pun menghubungi Amelie lewat telepon langsung. 

“Hai Amelie, Apa kabarmu? Ada dimana kau sekarang? Aku ada di Paris Prancis. Kudengar kau juga ada di sini. Apakah benar?” tanya Lita. 

“Hai Lita, ya benar aku ada di Paris Prancis. Hemm bagaimana jika kita melanjutkan pembicaraan dengan jumpa darat? Bagaimana jika di Le Cygne Noir yang beralamat di 12 Rue des Ombres, yang terletak di daerah Maris? Caffe ini sangat nyaman untuk berbincang santai, dengan nuansa Vintage yang kental. Cocok untuk merayakan persahabatan kita,” balas Amelie

“Ah aku tau tempat itu. Ya ya itu tempat yang Cozy untuk bersantai. Oke, aku menunggumu di sana saat makan siang ya, sekitar jam 12.00. Bagaimana?” sahut Lita kembali

“Deal, kita ketemuan di sana ya?” oke bye,” Amelie mengakhiri percakapannya.

Tepat jam 12.00 Amelie meluncur ke Caffe yang disepakati. Disana dia melihat Lita sedang duduk menyendiri di pojok ruangan. Segera dihampirinya sahabat lamanya itu. 

“Hai Lita. Senang bertemu dengan mu? “ Amelie berkata sambil memeluk sahabatnya itu. 

“Hai Amelie, wowo kamu terlihat sukses dan cantik,” sahut Lita membalas pelukan Amelie. Mereka lalu saling peluk dan terlibat dalam pembicaraan yang hangat dan bersahabat. 

Selayaknya dua sahabat yang sudah lama tak bertemu, siang itu pun mereka isi dengan cerita cerita lama tentang kondisi mereka ketika masih menempuh pendidikan di London Collage. Sehingga sampailah pada kehidupan personal mereka. Ternyata Lita sudah menikah dan suaminya adalah seorang Profesor dalam bidang Okultisme yang mengajar di Institute Superieur de Philosophie de Paris yang beralamat di 27 Rue du Savoir  Paris. 

Karena itulah Amelie berani menceritakan tentang teror mimpi yang dialaminya selama bertahun tahun. Lita mendengarkan dengan seksama apa yang menjadi keluhan Amelie. Sebagai seorang Psikolog yang juga mendalami Filsafat Okultisme, Lita menyarankan agar Amelie bertemu dengan suaminya dan membicarakan mimpinya agar dia memperoleh kepastian terkait apa yang menjadi makna simbol dari Logo yang dia sering temui di alam mimpinya itu. Mereka pun sepakat, untuk bertemu lagi nanti malam, sepulang Amelie dari tempat kerjanya. Lita akan datang bersama suaminya. Mereka membuat janji temu sekitar pukul 7 malam. Sebuah pertemuan yang bisa jadi akan menguak banyak hal terkait mimpi mimpi Amelie yang kelam. 

Terpopuler