SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Sweater Abu-abu

Sweater Abu-abu

Belajar di Taman~Kericuhan Di Meja Makan

Hana gadis itu seolah tak terlihat dimata kedua kakaknya.

Dya yang mengurus segalanya dirumah.

Dari menyiapkan makan, membereskan rumah, hingga melayani segala keperluan kedua kakaknya sebelum berangkat kerja dan juga kuliah.

Pendidikan Hana ??

Hana bahkan hanya mendapat pendidikan sebatas Sekolah Menengah Pertama.

Meskipun demikian Hana tak pernah berputus asa Ia mengikuti kelas gratis pelajaran Bahasa Inggris di taman.

Hana memiliki pandangan orang yang bisa Bahasa Inggris itu keren, hal itulah yang memacunya untuk bisa lebih mendalami bahasa tersebut.

"Maaf Tuan Guru, saya datang terlambat" ucap Hana menunduk dengan suara yang terdengar gugup.

"Tidak masalah Hana, segeralah duduk dan bergabung." pria itu kian ramah dan mempersilahkan Hana duduk dengan anak lainnya.

"Terimakasih Tuan" Hana membungkuk dan menuju kerumunan murid lainnya.

Namjoon terdiam serta melirik gadis yang baru saja menyapa dirinya, senyum simpul kembali terukir pada bibir pria dengan tubuh tinggi nan kekar itu.

Hana selalu mengikuti kelas Namjoon dengan antusias, selain parasnya yang manis Hana juga termasuk gadis yang cepat menguasai apa yang orang lain sampaikan.

Bukan hal baru lagi jika Namjoon menaruh perhatian lebih pada Hana

Bukan karena perbedaan fisiknya, Namjoon lebih mengagumi semangat dan antusiasme seorang Choi Hana.

Terlalu sering memperhatikan Hana dalam diam membuat Namjoon menyadari ada kebahagiaan tersendiri ketika mengenal muridnya itu.

"Gadis yang sungguh menarik" gumam Namjoon dengan mata yang setia tertuju pada Hana.

Hwang Namjoon merupakan lelaki karismatik yang memiliki IQ tinggi dan menjadi pengajar sukarelawan di Taman dekat Pasar lingkungan Hana tinggal.

"Tuan guru baik-baik saja ?"

Namjoon tersentak kaget saat salah seorang murid lelaki menyodorkan kertas hasil ulangan kepadanya.

"Yaaa tentu ..." jawab Namjoon

Senyum dimple nya terlihat ketika pria itu sedikit tertawa.

Seperti biasa Hana selalu berdiri dan menyerahkan tugasnya paling akhir

Gadis itu memang teliti.

Hal itu terbiasa Hana lakukan pada setiap pekerjaan apapun, terlebih lagi pekerjaan di rumahnya karena jika tidak cacian kedua kakaknya tidak akan pernah luput ia dapatkan.

"Tuan Guru, ini tugas saya" sapa ramah Hana ketika menyerahkan kertas ujian pada Namjoon

"Maaf, jika Tuan Guru selalu menunggu sedikit lebih lama untuk tugas saya" gadis itu lagi-lagi menunduk dan tak berani menatap mata Namjoon.

"Tidak masalah bagi saya"

"Kamu tenang saja Hana !" Namjoon nampak selalu memperhatikan Hana dengan senyum.

"Terimakasih Tuan Guru"

Hana pun pamit dan berlalu dari hadapan Namjoon.

Untuk sesaat Namjoon terpaku menatap Hana yang semakin menjauh dari pandangannya.

"Perasaan macam apa ini ?" pria yang memiliki lesung pipi itu berbicara seorang diri didalam hati

"Apa aku kasihan padanya ?" matanya masih tertuju pada arah langkah kaki Hana.

"Gadis manis, ramah, terlebih lagi senyum tulus di wajahnya" tanpa sadar sebuah senyuman kembali terukir indah dibibir nya.

"Ada apa dengan ku ?"

"Hana kenapa akhir-akhir ini kau menguasai pikiranku ?"

Namjoon berdebat dengan dirinya sendiri.

Terdorong oleh rasa penasarannya terhadap Hana, Namjoon pun beranjak mengejar gadis itu tanpa mengoreksi tugas-tugas yang telah dikumpulkan oleh anak didik nya.

"Terimakasih Bibi, maaf jika selalu mengganggu dan merepotkan bibi."

"Kenapa berbicara seperti itu ??" sahut seorang wanita paruh baya menanggapi ucapan Hana.

"Justru bibi senang kamu berkunjung setiap hari Hana,"

"Bibi jadi merasa anak bibi hadir disini." wanita yang telah berumur itu tampak muram dihadapan Hana.

"Baiklah Bibi,"

"Saya akan selalu datang dan merepotkan bibi." Hana berucap sembari tersenyum menggoda sang wanita paruh baya.

Tanpa disadari keduanya, ada sepasang mata lelaki yang tengah memperhatikan perbincangan antara Hana dan si Bibi paruh baya.

Terlihat Hana menenteng barang belanjaan yang ia titipkan dan bergegas kembali pulang menuju rumah.

Nampak seperti seorang kriminal Namjoon mengendap-endap mengikuti langkah Hana.

Sementara Hana, gadis itu sama sekali tidak menyadari seseorang telah mengikuti langkahnya

Namjoon kembali dibuat terkejut saat Hana berhenti dan masuk ke sebuah rumah yang terlihat cukup megah.

"Apa dia tinggal disini ?" pria itu tampak memperhatikan area sekeliling.

"Kenapa dengan diriku ?"

"Bisa-bisanya Aku membuntuti seseorang seperti ini" pria itu tersenyum dan berlalu pergi karena tak ingin ketahuan orang dan dianggap sebagai penguntit.

"Apa kau belanja ke negeri tetangga ?" ucap lelaki tampan berwajah pucat.

"Maaf Kak, tadi saya mengikuti sedikit pel ..." Hana tertunduk takut dengan suara bentakan dari kakak lelakinya.

"Kau pikir kau siapa ?" sahutnya kembali dan tak membiarkan Hana melanjutkan kalimatnya.

"Gadis sepertimu tak perlu hal semacam itu !!"

"Cukup bereskan rumah dan layani kami dengan baik" timpal seorang wanita bertubuh molek nan seksi.

Hana hanya menunduk dan bergegas menyiapkan makan untuk kedua kakaknya.

"Permisi Kak, hidangan sudah saya siapkan"

"Heeeeh anak dungu !!!"

"Apa saja sebenarnya yang kau lakukan di pasar ??"

"Bisa-bisanya kau membuat kami kelaparan seperti ini" Jihyo kembali berucap ketus dan meremehkan adik bungsunya.

"Aaaaaaahhh ... seharusnya kita memakluminya Kak !"

"Kaki Dia kan cacat !!" celoteh Jihyo panjang lebar serta tersenyum puas melihat kepayahan Hana.

"Maaf Kak, jika sudah tidak membutuhkan sesuatu, bolehkah saya ke kamar ?" gadis itu sama sekali tak menghiraukan ucapan Jihyo.

"Apa katamu ??"

"Jangan berani masuk kamar sebelum kami selesai makan !!!" ucap Jihyo kembali dengan nada semakin ketus.

Hana pun kembali tertatih-tatih menuju dapur

Buku merupakan hiburan tersendiri baginya, ia selalu mencoba membeli buku-buku bekas pada tukang loak di pasar.

"Apa kau tak makan ??" Yoongi muncul tiba-tiba.

Gadis itu seketika berdiri dan terkejut melihat kehadiran kakak lelakinya.

"Saya akan makan nanti setelah Kakak selesai makan" pandangan nya lagi-lagi tertunduk, tangannya ia sembunyikan dibelakang tubuhnya.

"Ada yang kau sembunyikan Hana ?"

"Tidak Kak ... Ini hanya buku resep."

jawab Hana menunduk tak berani menatap Yoongi kakak lelakinya.

Sebenarnya Yoongi mengetahui bahwa Hana mengikuti kelas Bahasa Inggris bersama anak-anak jalanan di taman.

Yoongi pun sebenarnya tidak keberatan asal Hana mampu membagi waktu hingga pekerjaan dirumahnya tak berantakan.

"Kak Sugaaa .... "

"Aku sepertinya akan pulang terlambat"

"Ada acara kampus soalnya !!"

"Kakak tidak akan melarang bukan ?" ucap Jihyo manja.

"Baiklah !!" balas Yoongi

Suga merupakan panggilan akrab dari seorang Choi Yoongi.

Yoongi terlalu sibuk mengurus perusahaan peninggalan sang Ayah, hingga ia memberikan kebebasan pada Jihyo adik perempuan pertamanya.

Alasan pekerjaan pula yang selalu membuat Yoongi harus pulang larut malam.

Malam itu semua tampak berantakan

Terlihat Hana masih berkutat membereskan pecahan gelas yang berserakan.

"Kenapa kau tak tidur ?"

"Ada apa ini, kenapa berantakan seperti ini"

Yoongi terkejut menyaksikan pecahan beling dimana-mana.

"Ini ..."

"Bukan apa-apa Kak,"

"Kakak tetaplah disana saya akan membereskannya terlebih dahulu !!" dengan telaten gadis itu memeriksa setiap sudut lantai dengan sapu ditangannya.

"Sebenarnya apa yang terjadi Hana ?" Yoongi menatap Hana dengan curiga.

"Apa Kakak ingin saya menyiapkan makan malam ?" gadis itu mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

"Aku bertanya kenapa balik tanya ???" wajah Yoongi yang serius membuat Hana kembali terdiam.

Gadis itu tampak bingung saat ingin menceritakan sesuatu pada Yoongi.

"Kak Jihyo ..."

"Dia mengamuk karena saya tidak segera menyiapkan air hangat untuknya"

"Apa Jihyo mabuk ?" Yoongi terkejut dan menaikkan satu alisnya.

Hana hanya mengangguk, Yoongi pun berlalu pergi menuju kamarnya.

Seperti itulah keseharian Hana.

Berbanding terbalik dengan Jihyo yang selalu mendapatkan apapun keinginannya.

Hana justru hanya bisa terdiam pasrah ketika keadaan menyudutkan dirinya.

Setiap malam sebelum menutup mata Hana selalu berharap esok pagi akan lebih baik dari hari ini, meskipun itu sekedar kalimat penghibur bagi dirinya sendiri.

Sementara Namjoon lelaki berdimple itu nampak semakin kebingungan di pembaringan.

"Kenapa Hana ??"

"Siapa dirimu sebenarnya ?"

"Kenapa kau mengikuti kelas ku ?"

"Gadis itu ... Kenapa harus gadis itu yang mengacaukan pikiranku ?"

Namjoon tampak berdebat seorang diri, hingga akhirnya ia memutuskan untuk memejamkan matanya.

Pagi hari merupakan waktu yang sangat sibuk bagi Hana , makanan harus selalu tersedia sebelum kedua kakaknya turun ke meja makan.

"Duduklah ... kau bisa sarapan disini Hana" Yoongi berucap begitu lembut pagi itu.

"Terimakasih Kak, saya sudah terbiasa makan di dapur "

mendengar hal itu entah kenapa dada Yoongi terasa sedikit sesak.

"Apa maksudmu ???"

"Kau memberikan makanan sisa untuk kami ?? "Haaaaa ...... ???" Jihyo membanting pisau serta garpu ditangannya serta berucap dengan sorot mata tajam.

"Kak Jihyo ..... tidak seperti itu Kak"

"Sungguh Saya hanya menyisihkan sedikit makanan untuk saya makan" Hana kembali mencoba untuk menjelaskan perkataannya.

"Hyaaaakkk ..."

"Itu sama artinya !!" Jihyo dengan suara lantang tetap bersemangat untuk memaki-maki Hana.

"Cukuupppp !!!"

"Aku hanya ingin makan dengan tenang !!" lelaki tertua pada tiga bersaudara itu nampak menggebrak meja.

"Kak Suga membelanya ??"

"Kakak tidak ingat gara-gara Dia ... !?"

"Cukup Jihyo, aku tidak ingin berdebat sekarang"

Semua orang terdiam, Yoongi memang segarang itu ketika naik pitam.

Pertemuan Tak Terduga~Kesan Pertama Di Perpustakaan Kota

Hari itu Namjoon membagikan bingkisan tanda selamat untuk para anak didiknya.

Ia bangga karena meskipun belajar di tempat yang tak semestinya, anak-anak jalanan itu mampu mendapatkan nilai yang hampir sama dengan anak sekolahan Elite dalam pengerjaan tugas Bahasa Inggris dari dirinya.

"Apa Dia tidak datang ?"

"Ada apa dengannya ?" gumam Namjoon karena tidak mendapati Hana pada kelas pelajaran nya.

Entah apa yang membuat Namjoon nekat ingin mengunjungi rumah yang dimasuki Hana.

Separuh jalan Namjoon mempercepat langkahnya

Lelaki itu tersenyum lega ketika mendapati Hana keluar dari salah satu Minimarket di seberang jalan.

"Kenapa tak datang untuk hari ini ?"

Sapa Namjoon dengan sedikit terengah-engah.

"Tuan Guru ???" Hana terpaku menatap Namjoon yang telah berdiri tegak dihadapannya.

"Mari Ku bantu" seketika Namjoon merebut barang belanjaan dari genggaman Hana.

"Apa Kau selalu belanja sebanyak ini Hana ?"

"Sayaa ... Iya Tuan" jawab Hana masih sedikit terkejut dengan kehadiran gurunya.

"Tuan Guru sedang apa disini ?"

Namjoon pun terdiam bingung.

"Akuuu ... sebenarnya aku sedang ingin mencari air mineral"

"Iyaa ... air mineral" lelaki itu tampak gugup sekarang.

Hana tersenyum dan mengambil kembali barang belanjaan ditangan Namjoon.

"Tuan hanya perlu masuk ke dalam,"

"Saya permisi Tuan Guru."

"Hana tunggu ... !!!"

"Mari Ku antar pulang !" ucapan Namjoon seketika menghentikan langkah Hana.

"Tidak Tuan ... Terimakasih,"

"Saya bisa pulang sendiri"

"Tuan pergilah membeli air minum !"

"Saya tahu Tuan sedang haus" elak Hana dengan senyum yang tak luntur di bibir.

"Sebenarnya ..."

"Aku mencari dirimu Hana ..!!" suara Namjoon kian lembut hingga hampir tak terdengar.

Gadis itu menampilkan raut wajah bingung karena tak bisa menangkap perkataan Tuan Gurunya.

"Nilai tugasmu paling bagus diantara yang lain ..."

"Jadi saya ingin memberikan sedikit hadiah" Namjoon tersenyum dan tertunduk menggigit bibirnya.

"Apa saya terlihat seperti anak kecil Tuan ?"

"Tidak .... bukan seperti itu"

"Aku hanya memberikan hadiah sebagai apresiasi atas kerja keras dan semangatmu."

Hana pun kembali tersenyum

Dan lagi-lagi Namjoon terpaku menatap wajah ramah dan tulus seorang Choi Hana.

"Terimakasih ...Tuan Guru memang orang baik "

"Tapi maaf Tuan, saya harus pulang sekarang"

"Saya juga minta maaf karena hari ini saya tidak mengikuti kelas tanpa izin sebelumnya ..."

"Tidak bolehkah aku mengantarmu Hana ?"

"Bukan seperti itu Tuan ..."

"Saya hanya tidak ingin Tuan kelelahan karena mengantar saya ..."

"Terlebih lagi ... Itu terlihat tidak sopan"

"Aku laki-laki dan aku juga lebih kuat dari Kamu bukan ??"

"Maaf Tuan ..."

"Sekali lagi terimakasih"

"Jujur saya tidak nyaman jika Tuan memperlakukan saya seperti ini"

"Baiklah ... Aku minta maaf !"

"Berhati-hatilah ... !!!" Namjoon melambaikan tangan dengan senyuman dan tetap memperhatikan Hana.

Selang beberapa langkah Namjoon kembali memanggil Hana.

"Hana ... !!"

"Untuk hadiahnya ..."

"Aku akan memberikannya nanti ... !"

"Tunggu saja ... !"

Hana pun mengangguk dengan senyum.

Hari itu Hana memang terlalu sibuk sehingga harus melewatkan kelas Bahasa Inggris bersama Namjoon.

Jihyo ..., Ia mengadakan pesta dirumah dan mengundang beberapa teman kampusnya.

Sementara Yoongi kakak tertua Hana sedang ada perjalanan bisnis di luar kota.

Itulah alasan Jihyo berani menggelar pesta di rumah.

"Pastikan tak ada satupun yang kurang !!!"

"Kau mengerti tolol ... !!!"

"Baik Kak ..."

"Satu hal lagi, ..."

"Jangan sampai Kak Suga tau tentang hal ini"

"Jika sampai bocor ke telinganya, Kau akan tanggung akibatnya ..."

"Saya mengerti Kak"

Hana mengunci pintu kamarnya, memastikan tak seorang pun mengetahui keberadaan dirinya.

Jihyo tak pernah menginginkan temannya atau siapapun itu mengenal Hana.

Dia benci harus satu rumah dengan Hana.

Tak berapa lama, Jihyo kembali menggedor pintu kamar Hana.

"Keluarlah ...!!!"

"Aku butuh ini semua ..."

Jihyo menyodorkan kertas dengan beberapa list barang yang tertera.

"Tapi Kak ... ini sudah sangat malam"

"Sepertinya Minimarket terdekat juga banyak yang sudah tutup"

"Diamm ... !!!"

"Kamu hanya harus berjalan lebih jauh untuk mencari itu semua ..."

"Jangan jadi pemalas hanya karena kakimu yang cacat ... !!!"

"Keluar dan jangan pulang sebelum kau dapatkan semuanya ... !!!"

Jihyo kembali menarik dan mendorong Hana keluar melalui pintu samping rumahnya.

Hana hanya bisa pasrah menerima perlakuan kakak perempuannya.

Dengan langkah gontai gadis itu terpaksa menyusuri jalan sunyi di hadapannya.

Setengah jam lebih Hana berkeliling, tak satupun Minimarket buka ditemukannya.

"Bagaimana ini ... ??"

"Kak Jihyo pasti marah jika aku tak mendapatkan satupun pesanannya"

Gadis malang itu terduduk lesu di pinggir jalan sembari memijit kaki lemahnya.

Situasi malam yang semakin dingin membuat Hana hampir menyerah.

Ia pasrah jika Jihyo kembali memaki dirinya,

hingga akhirnya sebuah sorot lampu mobil membuat silau pandangan Hana.

"Apa yang kau lakukan disini Hana .... ??"

"Kenapa keluar selarut ini ??"

Hana terdiam bingung namun dalam hatinya Ia lega karena itu Namjoon Tuan Gurunya.

"Masuklah ... disini terlalu dingin"

Namjoon menggenggam dan menarik perlahan tangan Hana untuk mengikutinya

Suasana yang semakin canggung membuat keduanya diam tak mengeluarkan kata.

"Mau Ku antar pulang ???"

Hana yang masih bingung membuatnya diam dan tak berani menatap Namjoon.

Raut wajah cemas seorang Choi Hana itu justru membuat Namjoon tersenyum.

"Tak apa jika Kau menolak"

"Aku mengerti ..."

"Tuan Guru ma'af ..."

"Kenapa kau selalu minta maaf ketika kita bertemu ??"

"Apa kau tak senang bertemu denganku di luar kegiatan belajar Hana ??"

"Tidak Tuan ... Saya sama sekali tidak punya pikiran seperti itu"

"Hanya saja, Tuan Guru datang disaat saya membutuhkan sesuatu"

"Saya benar-benar tidak enak hati terhadap Tuan"

"Mungkin Tuhan memang mengirimkan ku untuk membantumu Hana"

Hana kembali diam dan tak tahu harus bersikap bagaimana.

"Kamu bilang butuh sesuatu ??"

"Apa yang sebenarnya kau cari dimalam larut seperti ini ??"

Hana menunduk,

Menghela nafas panjang sebelum akhirnya memberanikan diri untuk bercerita.

"Ini ... ???"

"Kau mengkonsumsi alcohol Hana ??"

Namjoon terkejut membaca list kertas yang disodorkan Hana padanya.

"Tidak Tuan ... !"

"Hanya saja Kakak perempuan saya ..."

"Aaaaah ... baiklah aku akan mengantarmu mencari ini semua"

"Tuan Guru tidak keberatan ??"

"Maaf ..."

"Kenapa kau selalu memanggil ku dengan sebutan Tuan Guru ??"

"Panggil saja namaku diluar jam pelajaran"

"Bisakah ... ??"

Hana mengangguk dengan ragu.

"Namu, sebut saja begitu ..." senyum Namjoon

" lelaki ini kenapa Dya begitu hangat ?? " batin Hana bergetar.

Kesunyian kembali menerpa hingga akhirnya Namjoon memberhentikan mobilnya di salah satu Supermarket.

"Maaf Tuan Namu, Saya turun sendiri saja !?"

"Tuan Namu tunggulah di mobil"

Namjoon tersenyum mendengar perkataan Hana

"Gadis ini ..."

"Apa memang sepolos itu ?" ucap Namjoon dalam hati

Menyadari Hana yang kesulitan membuka pintu mobil seketika Namjoon turun sedikit berlari dan membukakan pintu untuk sang gadis.

"Tapi Tuan ..."

"Tenanglah Aku akan menemanimu"

Memasuki Supermarket Hana bergegas mencari barang pesanan sang kakak.

Hingga akhirnya sebotol Soju hampir jatuh dan mengejutkannya.

Beruntung Namjoon berhasil menangkap dengan tepat botol tersebut.

Sehingga tak menimbulkan keributan.

"Katakanlah padaku jika tak mampu menggapainya"

Namjoon sedikit berbisik di telinga Hana.

Hana yang terkejut pun semakin merinding karena tak menyadari Namjoon berada tepat dibelakangnya.

"Maaf"

"Kurasa ini cukup !."

"Apa Kau menginginkan sesuatu untuk dirimu sendiri Hana ??"

"Tidak Tuan Namu, kakak hanya menyuruh saya membeli ini."

Namjoon dengan santai mendorong keranjang belanja menuju kasir dan membayar semua untuk Hana.

"Pegang tanganku !!"

"Jalanan didepan sangat licin"

"Aku hanya tidak ingin Kau terjatuh"

Hati gadis itu kembali bergetar seketika saat menggenggam tangan sang Guru.

Tanpa bertanya Namjoon kembali melajukan mobil menunju rumah Hana.

"Bagaimana Tuan bisa tahu tentang alamat rumah saya ?" tanya Hana dengan penuh heran.

"Aaaah ... benarkah ini alamat rumah mu ??"

"Aku hanya asal berhenti saja"

Namjoon tampak menggaruk pelipisnya yang tak gatal.

"Terimakasih dan maaf saya terlalu merepotkan Tuan malam ini."

"Ini uang pengganti karena tadi Tuan yang membayar semua belanjaan kakak saya"

"Tidak Hana ..."

"Aku ingin yang lain sebagai gantinya ...!?" dengan sorot mata tajam pria itu berucap seraya memandangi wajah Hana.

"Apa yang Tuan inginkan ?"

"Jangan terlalu serius !!" jawab Namjoon setengah tertawa.

"Mungkin lain kali saya akan menagih nya"

"Masuklah ... Kakakmu pasti sudah menunggu"

"Sekali lagi terimakasih atas bantuannya Tuan"

"Saya permisi ..."

Hana masuk dengan raut wajah cemas dan juga bingung.

Sementara Namjoon,

Senyum lelaki itu tak luntur hingga ia kembali melajukan mobilnya.

"Ekspresi bingung nya,"

"Kenapa semanis itu ...?"

"Kenapa aku sebahagia ini ... ?"

Lelaki berdimple itu sepertinya begitu menikmati kebersamaannya bersama Hana malam ini.

"Darimana saja kau tolol ?"

"Sengaja Kau membuat Aku menunggu seperti ini ... haaaa ???"

"Maaf Kakak, Supermarket yang buka jam segini cukup jauh,"

"Jadi Saya ..."

"Tidak jauh, kakimu saja yang tidak bisa berjalan dengan normal ... !!!"

"Menyingkiirrr dariku !"

Bukan ucapan terimakasih dan seperti itulah perlakuan Jihyo terhadap sang adik.

Lelah tubuhnya membuat Hana bahagia bisa kembali ke kamar kecilnya.

"Apa sebenarnya yang diinginkan Tuan Guru ?"

"Apa aku bisa membalas bantuan nya ?"

Gadis itu berdebat dengan dirinya sendiri sebelum akhirnya memejamkan mata.

Beberapa Minggu berlalu.

Entah bagaimana kedua Insan yang saling mengagumi itu semakin akrab.

"Hana, kau ingat masih memiliki hutang padaku ?"

"Bagaimana saya bisa lupa Tuan ??"

"Aku ingin menagihnya sekarang !!"

Hana mengangguk pelan.

"Ayo pergi makan di restoran favorit ku,"

"Tempat nya kebetulan tak jauh dari sini."

"Baiklah Tuan, tapi tolong jangan memesan makanan yang terlalu mahal, Tuan tahu kan saya tidak memiliki penghasilan ?"

Namjoon tersenyum mendengar ucapan Hana.

"Tenanglah aku hanya butuh kamu menemani ku makan."

"Tunggu lah di sini !"

Namjoon berlalu pergi, namun tak lama lelaki itu kembali dengan sepeda yang dikendarai nya.

Sementara Hana hanya menatapnya bingung.

"Naik lah, Ini menyenangkan !"

"Tuan yakin bisa mengendarai sepeda ??"

"Apa kau meragukan kemampuanku ??"

"Mmmm ...tidak hanya saja saya tidak pernah melihat Tuan naik sepeda sebelumnya," senyum Hana cemas.

"Kenapa tidak jalan Tuan ??"

Namjoon meraih tangan Hana dan melingkarkan di pinggang juga perutnya.

"Berpegang lah yang erat, mungkin kita akan jatuh ..."

"Jadi Tuan benar-benar tidak bisa mengendarai sepeda ?"

"Entah lah, rasanya sudah lama dan aku baru memulai nya kembali."

"Setidaknya jangan libatkan saya dalam hal percobaan seperti ini Tuan ..." Hana terlihat semakin cemas.

"Hahaha ... tenanglah Hana"

"Aku hanya sebatas menguji kesetiaan mu."

"Tuan Guru ternyata tidak sebaik itu," ucap Hana menggerutu.

"Aku mendengar kalimat mu !"

"Maaf," Hana seketika menunduk saat mendengar ucapan Namjoon.

Namjoon terkekeh karena bisa menggoda Hana

Sementara Hana meskipun sedikit takut dan kesal, gadis itu tersenyum dan menikmati suasana.

"Haruskah kita ke Perpustakaan Kota ?"

"Kamu akan senang di sana, aku tahu kamu suka membaca."

"Tapi saya tidak memiliki kartu anggota untuk bisa meminjam buku Tuan."

"Rasanya akan percuma, karena saya tidak mungkin bisa berlama-lama di sana."

"Ini ... pake lah" Namjoon menyodorkan ID member milik nya.

"Namu ?"

"Tuan menjadi member di sana ?"

Namjoon tersenyum mengiyakan.

"Aku selalu berkunjung ke sana ketika butuh inspirasi."

"Kamu bisa memakai ID member ini"

"Ma'af ..., Apa ini tidak terlalu berlebihan ?"

"Tidak jika itu untuk membantumu Hana"

Hana tersenyum sekaligus berterimakasih.

Semenjak hari itu Hana menganggap Namjoon sebagai kakak sekaligus teman baginya.

Meskipun terbersit rasa suka pada lelaki ber dimple itu, Hana tak ingin berharap lebih

Ia sangat sadar siapa dirinya.

"Joon, Ibu akan berkunjung hari ini !"

suara telfon dari seberang membuat mata Namjoon terbelalak seketika.

"Ibu ada apa ?? kenapa mendadak ??"

"Kenapa ... ?? Apa kau tidak suka Ibu mu ini berkunjung ?"

"Bukan begitu Bu, hanya saja ..."

"Pokoknya Ibu akan datang"

"Kamu ini semakin di biarkan semakin sembrono dalam menata masa depan ... !!"

"Ingat Ayah mu sudah membutuhkan bantuan mu dan juga ingin segera memiliki menantu ..."

"Kami sudah tua Joon, sudah saatnya kami menimang cucu"

"Ibu akan datang dengan atau tanpa persetujuan dari mu," sambungan telfon terputus sepihak.

"Aaaaaaggghhhh ..." Namjoon berteriak frustasi.

Beberapa hari ini Nyonya Kim memang selalu mengirim pesan singkat pada Namjoon.

Berharap Namjoon lekas tinggal bersama Ayah juga Ibunya.

Sebagai anak tunggal, rasanya tidak heran jika kedua orang tuanya begitu mengharapkan Namjoon hadir menggantikan posisi Ayahnya di perusahaan.

Tak menghiraukan ucapan dari sang Ibu, Namjoon justru bersiap pergi menemui Hana dan juga anak-anak lain di taman.

"Apa kau sudah pergi, Hana ?"

Hana menoleh seketika

"Perpustakaan Kota ?"

"Ituu ..."

"Saya bahkan belum tahu letak Perpustakaan Kota Tuan ..."

"Ayo pergi ... !"

"Tapi saya ..."

"Sudah lah, aku antar pulang nanti"

Hana tidak bisa menolak , beruntung hari ini kedua kakaknya sedang sibuk dengan kegiatan mereka di luar , jadi ia tak perlu buru-buru untuk menyiapkan makan malam.

Kedua kalinya mereka berada dalam satu mobil yang sama.

Tidak seperti sebelumnya kali ini Hana lebih rileks berada di samping Namjoon.

Dan Namjoon ... lelaki itu berkali-kali tersenyum melihat Hana yang berada di sampingnya.

Tiba di depan Gedung Perpustakaan, Hana terlihat kagum dengan pemandangan yang ia dapati.

Ketika hendak memasuki gedung handphone Namjoon kembali berdering,

Ibunya kembali menelfon.

"Hana bisakah kau masuk terlebih dulu ?"

"Saya angkat telfon sebentar"

"Tidak masalah Tuan," Hana langsung memasuki perpustakaan dengan antusias sekaligus penasaran.

Beberapa staff perpustakaan diam-diam memperhatikan hingga akhirnya menghadang langkahnya.

"Tunggu !"

"Kamu siapa ?" nada tak ramah keluar dari mulut salah satu karyawan wanita di sana.

Wanita itu juga menatap sinis Hana dari ujung kaki hingga kepala.

"Maaf Nona, saya memang baru pertama kali datang kemari," Hana mencoba tetap tenang dan masih tersenyum manis.

"Kau tahu pintu itu hanya di peruntukan bagi member Eksklusif kami," ujar perempuan itu dengan jari telunjuk yang mengarah pada pintu dimana Hana masuk dan melewati nya.

"Saya,"

"Apa kau penyusup ?"

Hana menggeleng.

"Darimana kau dapatkan ini ?" dengan lancang karyawan wanita itu mengambil ID member milik Namjoon dari tangan Hana.

"Kau mencuri nya ?"

"Tidak nona, sungguh ..."

"Jangan membual, mana mungkin kau mampu menjadi member disini ?"

"Dilihat dari penampilan mu yang menyedihkan ini, rasanya sangat mustahil ... !!"

"Tuan Namjoon yang meminjamkan itu pada saya."

"Benarkah ... ? Saya tidak akan mudah percaya !"

"Kartu ini saya bawa, kamu pergilah dari tempat ini."

"Nona tolong, saya hanya ingin membaca disini."

"Saya bilang pergi, atau saya panggil security ?"

Karyawan wanita itu kembali menarik kasar tangan Hana dan memaksanya keluar.

Bruuugh.

Hana terjatuh karena tarikan dan dorongan dari karyawan perpustakaan.

"Pergi lah, dasar cacat menyusahkan saja !"

"Maaf ..."

Mendapat perlakuan tak menyenangkan di depan umum membuat dada Hana sesak.

"Ayolah Hana ... ini bukan pertama kalinya bukan ?" ucapnya menenangkan diri.

Sedikit memar di lututnya membuat Hana berjalan semakin tertatih.

Ia pergi meninggalkan gedung mewah Perpustakaan itu tanpa memikirkan Namjoon.

"Haruskah aku naik bus ?"

"Tapi berapa uang yang kumiliki ?"

Hana merogoh saku sweater abu-abunya dan akhirnya tersenyum.

"Sepertinya ini cukup."

Ketika menunggu bus pada jalur menuju arah rumah nya, Hana memperhatikan dua anak kecil yang terlihat saling menjaga.

"Naik lah, Kakak akan menggendong mu,"

"Tidak Kakak akan lelah nanti, aku akan jalan sendiri."

"Tak masalah untuk adik kecil cantik ku, kakak akan selalu menjagamu !" keduanya berlalu melewati Hana.

"Gadis kecil cantik yang beruntung"

"Aku iri ..." gumam Hana tersenyum.

Namjoon yang kembali dan memasuki area perpustakaan pun seketika panik karena tak menemukan Hana di sana.

Dan ketika salah seorang karyawan mengembalikan ID member milik nya, pria itu seketika menginterogasi karyawan di sana.

"Dimana gadis yang membawa ID ini sebelumnya ?"

"Gadisss ? Maksud Tuan Muda gadis pincang tadi ?"

"Apa yang kau katakan haaaa ... ?"

Namjoon tak lagi dapat membendung emosi.

"Dimana dya ?" ucapnya dengan tangan yang sudah mengepal sempurna.

"Dia, maaf saya telah mengusir nya Tuan"

"Apa ??"

"Saya tidak tahu jika dia datang bersama Tuan,"

Namjoon membanting pintu dan berlalu tak menghiraukan penjelasan karyawan di sana.

Ia berlari kesana-kemari, menelisik setiap sudut jalan untuk menemukan Hana.

Tapi sayang Hana tak muncul juga di dalam pandangannya.

"Hana, Kau dimana ?"

"Maafkan Aku Hana," Namjoon tampak mengacak-acak rambutnya.

Tak berselang lama bus jalur tujuan yang dinanti pun tiba.

Hana bergegas naik, namun pijakan kaki yang lumayan tinggi membuat Hana hampir jatuh karena kehilangan keseimbangan.

Beruntung Hana mampu meraih pegangan tangan dengan tepat.

Ini pertama kalinya bagi Hana pergi lumayan jauh dari rumahnya dan menaiki kendaraan umum sendirian.

Hana merasa lega ketika melihat pemberhentian terdekat dengan rumah nya.