SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Iblis Wanita Jenius

Iblis Wanita Jenius

Takdir

Malam semakin larut, seorang gadis dengan surai indigo membuka matanya.

Dia dengan cepat bangkit dari kasur miliknya dan mengganti pakaian dengan pakaian hitam ketat, rambut indigonya diikat ekor kuda dan mengenakan topeng yang hanya menutup wajah bagian atasnya.

Mengambil semua senjata miliknya, dan duduk dengan tenang menatap cincin yang ada di tangannya.

"Kaa-san, doakan Hinata agar berhasil menghabisi para cecunguk itu dan menyelamatkan Neji-nii"

Dia menutup matanya dan kembali membuka. Iris lavender yang tadinya penuh kelembutan kini hanya niat membunuh yang tercermin di mata itu.

Hinata dengan cepat melompat keluar jendela, dan memanggil burung elang miliknya yang ukurannya sangat besar.

"Bao-bao tolong jadi sayapku."

Elang itu menempel di punggung Hinata dan membawanya terbang membelah pekatnya malam.

Hinata membiarkan Bao-bao untuk bersembunyi, sedangkan dia sedang mengamati gudang tua yang tidak layak disebut.

"Jadi di sini?"

Hinata melompat turun dari atap gedung yang lumayan tinggi dan menerobos masuk, yang pertama dilihatnya adalah segerombolan pria besar dengan berbagai senjata sedang menyandera seorang pemuda yang tampak tak sadarkan diri.

"Hoo, Devil Princess akhirnya tiba. Ingin menyelamatkan orang ini?"

Hinata tidak berbicara, aura membunuhnya semakin pekat. Matanya bersinar dingin memandang sekelompok orang tak berguna.

"Aku tidak peduli pada siapa yang kalian sandera, tapi karena kalian telah mengusikku, maka matilah!!"

"******, aku akan membunuhmu."

Sekumpulan pria besar itu maju serentak menerjang Hinata, Hinata dengan lihai menghindar dan menyerang musuh terdekat. Di kedua tangannya, belati tajam bersinar tampak menakutkan.

Srek

Srek

3 orang telah jatuh, darah mereka membasahi pakaian Hinata, Hinata menyeringai sambil menjilat belatinya yang dipenuhi darah.

Salah satu musuh maju ingin menebas leher Hinata, Hinata dengan sigap menunduk dan menikam belatinya ke jantung orang tersebut.

Dia kembali berputar dan menendang musuh yang berada di belakangnya dan dengan cepat memotong leher musuhnya.

Saat pedang akan menusuk keningnya, dia menghalaunya dengan belati , dan memberikan tendangan pada musuhnya hingga tak bisa bergerak.

Perkelahian atau lebih tepat pembantaian yang dilakukan Hinata terus berlanjut, hingga tak ada lagi musuh yang berdiri menyisakan dirinya sendiri.

"Heh, kalian hanya cecunguk dan ingin mengusikku? Kalian sungguh punya nyali."

Pandangannya beralih ke arah pemuda yang tengah pingsan, dia berniat ingin menyelamatkannya, tapi tidak menyadari 1 musuh masih belum tewas dan menikam dirinya tepat di jantungnya. Tepat saat Hinata terjatuh, suara langkah kaki panik terdengar di luar hingga menampilkan seorang pemuda dengan surai raven yang merupakan sahabat dari pemuda yang pingsan melihat Hinata ditikam, ia langsung menebas leher pria yang menikam Hinata.

Hinata mencabut pedang yang menembus jantungnya, darahnya menyirami cincin pemberian sang ibu. Sebelum kesadarannya menghilang, dia merebahkan kepalanya di pangkuan pemuda yang ingin diselamatkan, membuat pemuda dengan surai raven tertegun, dia tahu siapa gadis ini, tapi dia tidak tahu identitas aslinya.

"Syukurlah Neji-nii tak apa, aku bisa lega."

Hinata melepas topengnya, menampilkan wajahnya yang cantik dengan darah mengalir keluar dari sela-sela bibirnya.

Neji yang pingsan akhirnya sadar saat Hinata menyentuh pipinya sambil tersenyum.

"Nii, aku menyerahkan Clan padamu! Tolong lindungi mereka semua."

"Hi..hinata ka..kau?"

"Nii, inilah diriku yang sebenarnya, seorang gadis berdarah dingin yang membunuh tanpa ampun hanya untuk melindungi Clan, aku saat siang hanyalah ilusi belaka."

Pemuda bersurai raven dan beberapa pemuda serta gadis lainnya terkejut dengan pengakuan Hinata yang dengan berani membunuh hanya untuk melindungi Clan dan keluarganya.

"Tak perlu sedih karena ini sudah menjadi takdirku semenjak Kaa-san pergi, aku bahagia karena kau tak apa-apa, jadi aku bisa pergi dengan tenang."

Dengan ucapan terakhirnya, Hinata menghembuskan napas terakhirnya dengan senyum lembut menghiasi bibirnya, membiarkan Neji menangis dengan Histeris.

Adik perempuan yang selalu dibencinya, karena sangat pemalu dan lemah, bahkan berbicara pun tergagap adalah seorang gadis yang selalu melindungi Clan dalam kegelapan? Yang bahkan semua penghuni Clan tidak mengetahui kebenarannya.

Pemuda raven memegang pundak Neji dan menggeleng lemah.

"Jangan biarkan dia pergi dengan sia-sia, karena dia menyerahkan semua padamu, jadi kau harus mengembannya. Ayo bawa Hinata ke kediaman Hyuuga dan menguburkannya dengan layak!"

Sejujurnya dirinya juga sering membully Hinata, beruntung Hinata tidak membunuhnya detik itu juga.

...

Jiwa milik Hinata terus melayang di ruang kosong hingga sosok bercahaya menghampirinya.

"Hinata, buka matamu sayang."

Mendengar suara lembut yang dikenalnya, Hinata membuka matanya memandang wanita bercahaya itu.

"Kaa-san, apa aku ada di surga?"

Hinata tersenyum miris, bagaimana mungkin dia tiba di surga dengan tangannya yang telah basah oleh darah?

"Tidak sayang, kau saat ini terpilih oleh surga untuk mengabulkan permohonan seorang gadis."

Perlahan sosok gadis yang memiliki wajah hampir serupa dengan Hinata mendekati mereka.

"Apa yang bisa aku bantu?"

"Tolong gantikan aku, kau bisa menempati tubuhku dan membuat semua orang yang menyakitiku menyesali semuanya. Serta carilah kedua orang tuaku, aku yakin mereka masih hidup, tapi keberadaan mereka tidak diketahui."

Hinata berpikir sejenak, dan memandangi sang ibu yang tersenyum tulus.

"Baiklah."

Gadis itu tersenyum dan memegang kening Hinata, mentransferkan semua ingatan dan kenangan miliknya.

Hinata tidak merasakan apa pun dan dengan lembut tersenyum.

"Aku bisa lega sekarang, kehidupan yang kau hadapi akan lebih keras dari kehidupanmu dulu. Jaga dirimu!!"

Gadis itu mengecup pipi Hinata, kemudian menghilang menyisakan Hinata dan sang ibu.

"Sayang, saat kematianmu apakah cincin itu melekat di jarimu?"

Hinata mengangguk dan tersenyum kecil.

"Mana mungkin aku melepasnya, itu adalah harta berhargaku yang diberikan Kaa-san."

"Bagus, maka cincin itu saat ini berada di jari gadis itu. Hinata, cincin tersebut bukanlah cincin biasa, tapi merupakan ruang dimensi kecil. Kau akan mengerti jika telah sampai di sana. Pergilah dan penuhi takdirmu, Kaa-san menyayangimu."

Wanita itu mengecup kening Hinata mentransferkan pengetahuan bahasa dan cara menulis serta membaca sesuai dengan bahasa di dunia yang akan Hinata datangi.

"Kaa-san tunggu aku, aku menyayangimu."

Hinata perlahan menjadi transparan, hingga kembali membuka matanya dan mendapati dirinya tertidur dengan perut kelaparan.

Dia mencoba bangun, tapi ingatan yang ditransferkan oleh gadis misterius tersebut menyerbu masuk ke dalam kepalanya, membuatnya sangat kesakitan, hingga menyebabkan dirinya kembali tak sadarkan diri.

Saat berikutnya, mata Hinata membuka menampilkan iris ungu yang memesona. Dia melihat keluar dan ternyata hari masih gelap, ia ingat semua ingatan pemilik asli. Pemilik asli merupakan seorang Nona muda ke empat dari keluarga Nalan, tidak bisa berkultivasi dan tubuhnya sangat lemah, bahkan tidak ada pelayan yang ingin melayaninya.

Dia selalu ditindas, bahkan jarang diberi makanan sehingga membuat tubuhnya yang berusia 15 tahun tampak seperti gadis 13 tahun. Hinata melihat cincin di tangannya, dan mengingat kembali apa yang dikatakan oleh ibunya.

Dia tidak tahu bagaimana membuka ruang dimensi cincin tersebut, yang ada di kepalanya sekarang adalah dia ingin mengisi perutnya.

"Karena kalian ingin membiarkanku mati kelaparan, maka aku akan mencari makananku sendiri."

Hinata berdiri merapikan sedikit pakaiannya yang kumal dan berjalan menuju dapur. Meski tubuhnya saat ini lemah, tapi dia masih memiliki kelincahan di kehidupan sebelumnya.

Saat dia ingin melangkah keluar, tiba-tiba dia melihat pemandangan berubah cerah dengan hamparan rumput hijau, ada juga danau yang memiliki air sangat jernih.

Hinata tampak bingung melihat sekeliling, hingga dia dikejutkan oleh suara yang seolah menyambutnya.

"Selamat datang di ruang antariksa 7 lapis. Nona, biarkan aku melayani kebutuhan Anda."

Hinata terkejut dan memandangi seorang gadis kecil mengenakan hanfu putih, rambutnya diikat dengan gaya sederhana membuatnya cukup lucu.

"Siapa kau?"

"Aku adalah penjaga ruang antariksa 7 lapis ini dan tidak memiliki nama, tolong Nona memberiku nama."

Hinata berpikir sebentar dan dia tersenyum jahil menatap gadis kecil tersebut.

"Baiklah, mulai sekarang kau akan dipanggil Zi Mo."

Gadis kecil itu tersenyum bahagia dan menarik Hinata.

"Nona ikut aku, aku akan menjelaskan semua yang ada di sini."

"Baik."

"Secara alami ini merupakan Ruang antariksa 7 lapis, saat ini kita berada di lapisan pertama yang hanya menyajikan tanah lapang dengan danau. Nona dapat menanam apa pun di sini yang diambil dari luar dan kesegaran dan kualitasnya akan berbeda 10 kali lipat dengan apa yang di tanam di luar."

Hinata menyeringai mendengar apa yang dikatakan Zi Mo dan dia mengangguk.

"Lalu danau itu apa ada ikan di dalamnya?"

Zi Mo menatap bodoh pada Hinata, tapi dia tersenyum sesaat.

"Di dalam sana tidak ada ikan, air danau tersebut memiliki keistimewaannya tersendiri, karena air di danau dapat menumbuhkan tanaman lebih cepat serta dapat memulihkan energi roh yang terkuras, dan menyembuhkan energi roh yang terluka."

Hinata membuka mulutnya tak percaya mendengar penjelasan Zi Mo.

"Nona, aku lihat tubuh Anda sangat lemah dan itu banyak racun di dalam tubuhmu yang telah menumpuk."

Hinata belum sempat memeriksa kondisi tubuhnya. Saat dia mendengar Zi Mo mengatakan jika dia adalah pot racun berjalan, Hinata tidak membuang waktu lagi dan memeriksa denyut nadinya. Benar saja, terlalu banyak racun dan tubuh ini hampir mencapai batas.

"Nona, ada baiknya Anda berendam dalam danau itu untuk menghilangkan racun di tubuh Anda, tapi ini akan sedikit sakit."

Hinata tersenyum lembut dan mengelus kepala Zi Mo.

"Tidak masalah, yang terpenting adalah untuk menghilangkan racun di tubuh ini."

"Setelah Anda berendam, Zi Mo akan membawa Anda ke pondok untuk melihat-lihat berbagai buku pengetahuan, kemungkinan akan berguna."

Hinata berbinar dan mengangguk. Tanpa membuang waktu lagi, Hinata memasuki danau.

Begitu kakinya melangkah, Hinata meringis dalam benaknya dan berusaha untuk tidak mengeluarkan suara. Saat seluruh tubuhnya sepenuhnya tenggelam di danau, rasa sakit itu semakin intens layaknya ribuan semut merangkak di setiap inci dagingnya. Hinata berkeringat dingin, wajahnya yang pucat kini tampak semakin pucat.

Air danau yang tadinya jernih kini berubah menjadi hitam, menandakan semua kotoran dan racun yang ada di dalam tulang telah dikeluarkan secara bersamaan. Cairan hitam itu berbau busuk, tapi anehnya beberapa cairan berwarna hitam itu tenggelam dan menghilang sebagiannya berputar dan berkumpul menjadi 1 dan membentuk pil hitam.

Zi Mo mengerutkan alisnya melihat kejadian yang tidak pernah dilihatnya, dan menatap Hinata yang masih tidak mengeluarkan suara.

Kretek

Kretek

Suara patah tulang serta beberapa meridian miliknya yang tersumbat secara paksa membuka, membuat Hinata membuka sedikit mulutnya dan mengerang rendah.

Saat itu pula pil hitam pekat menyerbu masuk ke dalam mulut Hinata dan dengan cepat larut.

Selain bunyi tulang yang diperbaharui, Hinata merasakan darahnya dialiri oleh sesuatu berwarna hitam dan segera bercampur. Aliran hitam tersebut merupakan racun yang telah dibentuk menjadi pil oleh air danau. Meski itu bercampur dengan darahnya, tapi tidak membahayakan tubuh mungil Hinata

Zi Mo terdiam melihat kejadian itu, tapi tidak merasakan jika Hinata dalam bahaya jadi dia lega. Namun, keningnya kembali berkerut hingga lengkungan indah terbentuk di bibir mungilnya.

"Darah milik Nona saat ini merupakan racun yang sangat berbahaya, Nona juga secara alami kebal terhadap semua jenis racun."

Merasakan tubuhnya sangat ringan dan bertenaga, Hinata membuka matanya dan tersenyum manis melangkah keluar dari danau.

Dia melihat Zi Mo berdiri di pinggir danau menantinya, membuat dirinya hangat.

"Nona, ayo ikut aku ke pondok, di sana ada 1 set pakaian untuk Anda kenakan.”

Hinata mengangguk sedikit dan mengikuti Zi Mo menuju pondok kecil. Zi Mo memberikan Hinata 1 set pakaian untuk dikenakan, setelah mengenakan pakaian, Hinata melihat isi dari pondok tersebut yang sangat rapi.

Lemari yang menempel di dinding memiliki banyak buku yang berjejer rapi, lemari yang berhadapan dengan lemari buku tersusun beberapa botol porselen dan yang Hinata tidak tahu apa isinya.

Dari ingatannya, Hinata tahu jika di dunia saat ini dia berada sangat menjunjung seni beladiri. Siapa pun yang tidak mampu berkultivasi akan dianggap sampah yang tidak berguna, terlepas seberapa cantik dan tampannya Anda.

Hinata mengerti dengan dirinya saat ini, dia masihlah sangat lemah dibandingkan dengan remaja seusianya. Meski racun sudah dikeluarkan, dia masih harus melatih tubuhnya untuk mengembalikan kelincahan dan kemampuan puncaknya.

"Hah, ini akan menjadi perjalanan panjang."

Hinata mengambil sebuah buku di mana tertulis 'pelatihan Kultivasi untuk pemula', Hinata membacanya dengan saksama dan sangat fokus menghafal setiap kata yang ada di buku itu.

Hinata mengambil posisi lotus seperti yang dijelaskan di buku dan mulai menyerap Qi spiritual di sekitar.

Dia memejamkan matanya dan menyerap semua Qi Spiritual yang menyerbu masuk. Hinata merasa bahagia, tapi beberapa saat kemudian Hinata membeku.

Qi Spiritual yang diserapnya lenyap begitu saja? Dia mengulangi dan mulai menyerap Qi Spiritual, tapi hasilnya sama.

"Sialan ada apa dengan tubuh ini?"

Dia sangat marah, tapi dia dengan cepat menenangkan diri, ia ingin tahu penyebab yang mengakibatkan semua Qi spiritual yang menghilang begitu saja.

Dia kembali menyerap terus menerus tanpa lelah meski akan menghilang tanpa jejak, membuatnya sangat frustrasi.

Jiwa Misterius

Tiba-tiba Hinata membuka matanya dan tersenyum lebar.

"Qi yang aku serap menghilang seolah itu ada sesuatu di dalam tubuhku yang menyerapnya."

Hinata kembali menutup matanya dan mulai menyerap Qi sebanyak mungkin, dia juga memasukkan kesadarannya ke dalam tubuhnya ingin melihat apa itu.

Hinata melihat sekelilingnya di mana setiap meridiannya dialiri Qi spiritual, dan menuju arah tertentu, tapi arah itu bukan menuju dantiannya.

Dia mengikuti arah ke mana Qi Spiritual itu mengalir, dan mendapati sepasang mata merah menatapnya.

"Jadi kau yang membuatku tidak bisa berkultivasi e."

Sepasang mata merah itu berkedip bodoh melihat gadis kecil di depannya.

"Kau tahu, karena dirimu aku dianggap sampah yang sia-sia, bagaimana kau akan bertanggung jawab?"

Sepasang mata merah itu masih menatap Hinata dengan pandangan memohon maaf.

"Katakan! sampai kapan kau akan menyerap semua Qi spiritual yang aku serap?"

"Karena aku telah menyerap banyak Qi Spiritual dari danau tadi, aku hanya membutuhkan waktu sehari lagi. Bisakah Anda kembali ke danau? Aku tidak ingin membebanimu lagi, setidaknya setelah aku tumbuh sedikit lagi, maka aku bisa keluar dari sini dan melindungimu dan terus berada di sisimu."

Hinata berpikir berusaha menimbang keuntungan apa yang akan dia dapatkan.

"Apakah selain melindungiku, kau tidak memiliki hal lain?"

"Aku bisa membuatmu menjadi seorang Alkemis, master persenjataan ataupun penjinak binatang."

Hinata mengelus dagunya, ia belum mengetahui apa keuntungan menjadi alkemis atau pun yang lainnya. Yang dia ketahui hanyalah kekuatan lebih utama serta penindasan yang dilakukan keluarga Nalan pada Nalan Zi Hua.

Sejujurnya Hinata sangat menyukai nama ini, karena sangat menggambarkan dirinya yang menyukai warna ungu dan sejenisnya.

"Apa manfaat menjadi seorang alkemis atau yang lainnya?"

"Gadis, Alkemis di benua ini sangatlah jarang. Hanya ada 1 dari 10 orang, begitu pula dengan master persenjataan. Meskipun Penjinak binatang agak langka, tapi tidak selangka Alkemis maupun master persenjataan."

"Oke aku setuju, baiklah aku akan kembali berendam di danau hingga kau pulih, tapi aku harus mengisi perutku dan menguras habis semua harta yang ada di dalam keluarga Nalan hahahahaha."

"Kalau begitu aku akan membantumu untuk menyembunyikan aura, agar Anda tidak ketahuan."

"Benarkah?"

"Tentu, cepatlah selesaikan masalah perutmu, agar kau dapat segera berkultivasi."

Hinata mengangguk dengan senyum lebar di bibirnya, meninggalkan mata besar itu menatap kosong di mana Hinata berdiri tadi.

"Karena kita ditakdirkan untuk bersama semenjak Anda baru lahir. Maka biarkan tuan ini membantumu dan melindungimu."

Hinata secara alami tidak mendengar apa yang dikatakan oleh jiwa yang berada dalam tubuhnya. Dia membuka matanya dan mendapati Zi Mo menatapnya.

Hinata memfokuskan dirinya untuk keluar dari dalam ruang antariksa 7 lapis, dan mendapati dirinya berdiri di pondok tua dan usang.

Melihat matahari belum terbit, Hinata dengan cepat berlari menuju dapur, ia mengambil semua bahan mentah serta bumbu dan rempah-rempah, kemudian memasukkan ke dalam ruang antariksanya.

Dengan cepat meninggalkan dapur, Hinata menuju perbendaharaan keluarga. Melihat penjaga tertidur, Hinata melangkah dengan tenang membuka kunci tanpa diketahui.

Saat memasuki perbendaharaan, Hinata melihat banyak sekali perak dan emas berserakan. Tanpa membuang waktu dia membawa semuanya ke dalam ruangnya. Melihat sekitar dan mendapati banyak herbal berkualitas bagus, ia langsung melempar semua ke dalam ruang.

Setelah mengosongkan perbendaharaan, Hinata keluar tanpa diketahui oleh siapa pun dan kembali ke pondok kecilnya, kemudian melanjutkan tidur dengan senyum lebar hingga melupakan mengisi perutnya yang kosong.

Saat matahari terbit, beberapa pelayan yang bertugas di dapur dan penjaga perbendaharaan dibuat heboh, karena kedua tempat itu telah di kosongkan.

"Pemilik..pemilik..pemilik.. sesuatu terjadi.."

Nalan Hong yang merupakan kepala keluarga Nalan yang seni kedokterannya sangat terkenal di kerajaan kecil Qu. Saat ini Nalan Hong memeriksa beberapa permasalahan keluarga dan belum mengetahui apa yang terjadi di dapur dan perbendaharaan.

Dia mengerutkan dahi saat mendengar suara pelayan di luar ruang kerjanya, segera dia memerintahkan pelayan tersebut untuk masuk.

"Ada apa sehingga kau membuat keributan seperti ini pagi-pagi?"

"Saat ini semua isi dapur dan persediaan selama beberapa hari untuk keluarga lenyap tanpa tersisa, awalnya kami berpikir itu bukan masalah, tapi ketika staf dapur ingin meminta uang untuk membeli kembali persediaan dapur. Sesuatu yang sama juga terjadi di perbendaharaan, semua perak dan emas hilang, bahkan herbal langka yang telah dikumpulkan juga hilang hanya menyisakan beberapa pil tingkat rendah dan persenjataan."

Bang

Nalan Hong langsung memukul mejanya hingga terbelah menjadi 2 ketika mendengar apa yang dikatakan oleh pelayan tersebut

"Apa ada jejak pencuri yang tertinggal?"

"Kami tidak menemukan petunjuk apa pun."

"Beritahu Nalan He, Nalan Shu dan Nalan Ye untuk datang menemuiku. Oh dan bagaimana keadaan nona keempat?"

Pelayan tiba-tiba menjadi gugup saat mendengar pertanyaan tentang nona keempat.

"Kenapa kau diam? Bagaimana keadaan nona keempat?"

"Pe..pemilik, ini sudah hari keenam tidak ada seorang pun yang mengunjungi halaman nona keempat, bahkan tidak ada yang membawa makanan padanya."

Bang

Nalan Hong yang sangat emosi semakin emosi saat mendengar laporan tersebut.

"Dasar kalian semua pelayan yang tidak tahu terima kasih, bahkan majikan kalian tidak kalian urus sejak aku pergi."

Nalan Hong buru-buru berjalan ke halaman terpencil yang sangat bobrok. Tepat saat akan memasuki halaman bobrok tersebut, Nalan Hong melihat seorang gadis yang sedang menggali ubi jalar liar.

Nalan Hong memperhatikan dari jauh dengan hati menyakitkan menyaksikan salah satu cucunya diperlakukan seperti ini. Bahkan dirinya sendiri tidak bisa mengendalikan semua orang yang dengan diam-diam menganiaya Nalan Zi Hua.

Setelah menggali, Hinata mencari dahan kering dan menyalakan api menggunakan 2 batu.

Api memercik ke dahan dan menyala, Hinata memasukkan beberapa ubi jalar untuk dibakar hingga seekor bola bulu putih muncul di hadapannya, menatapnya dengan mata lebarnya.

"Kecil, kau juga lapar? Kemarilah, kita tunggu ubi ini matang dan makan bersama. Jika berharap seseorang mengantarkan makanan, mungkin kita akan mati kelaparan tanpa ada yang mengetahuinya."

Karena melihat Nalan Zi Hua sehat meski lemah, Nalan Hong lega dan kembali ke ruang kerjanya. beruntung dia meminta beberapa orang untuk menanam ubi jalar di sekitar halaman Nalan Zi Hua.

Hinata menyeringai saat merasa jika Nalan Hong telah pergi, ia tidak tahu harus bersikap seperti apa pada kakek itu. Di permukaan dia tampak menyayangi Nalan Zi Hua, tapi dia membiarkan keluarga lain dan pelayan menggertaknya.

Hinata secara alami mengabaikan ubi bakar tersebut dan mengeluarkan 2 ekor ayam panggang serta beberapa hidangan. Dia menatap bola bulu kecil di depannya yang masih tidak bergerak.

"Jangan takut, aku tidak akan memakanmu dan orang itu juga sudah pergi dan lagi ada banyak makanan di sini."

Bola putih kecil itu sedikit ragu, tapi dia mendekat dengan perlahan. Setelah menyelesaikan makanannya, Hinata mengambil jubah hitam yang terlihat kusam dan menyelinap keluar.

Bola bulu itu juga semakin terbiasa dengan Hinata dan juga tidak ingin berpisah dari Hinata.

Tujuannya adalah pasar, dia ingin membeli pasir, kawat, tali tambang, kuali lebar dan kompor besar. Dia juga membeli beberapa bibit tanaman serta herbal untuk di tanam dalam ruang antariksa 7 lapis serta membeli banyak pakaian, dia juga tidak melupakan untuk mencari toko yang menyediakan 1 set jarum perak.

"Apa lagi yang kurang?"

Hinata berpikir mengingat apa lagi yang dia inginkan.

"Oh iya, aku juga harus memiliki senjata."

Hinata melangkahkan kakinya menuju toko senjata untuk mencari senjata sementara yang cocok dengannya.

Saat memasuki toko senjata, matanya dimanjakan oleh berbagai senjata tingkat rendah dan menengah.

Dia sangat tidak puas dengan senjata-senjata tersebut, hingga Hinata memilih belati kembar secara acak dan membayarnya.

Dengan kecewa dia terus memandang belati di tangannya dan melangkah kembali ke kediaman Nalan tanpa diketahui.

Begitu sampai, Hinata langsung memasuki ruang antariksa 7 lapis bersama bola bulu putih. Dia mengatur semua yang dibelinya menjadi beberapa peralatan latihan. Zi Mo dan Bola bulu bingung dengan area pelatihan yang Hinata buat.

"Yosh akhirnya selesai, saatnya aku berendam."

Hinata melepas pakaiannya dan kembali memasuki danau, tapi sebelum itu, ia memberikan bibit tanaman serta herbal pada Zi Mo agar menanam semuanya.

Hinata tidak tahu jika waktu di ruang antariksa sangat berbeda jauh. 1 jam di dunia luar sama dengan 1 hari di dalam ruang.

Hinata berendam dengan sabar dan berusaha menyerap Qi spiritual.

Qi Spiritual yang diserap Hinata mengalir di meridiannya, setiap Qi spiritual yang mengalir membuat perasaan Hinata merasa rileks dan segar.

Lagi-lagi Qi spiritual tersebut tidak bergerak menuju dantian miliknya, tapi menuju jiwa yang tidak dia ketahui apa itu.

Dengan cepat 1 hari berlalu di ruang antariksa 7 lapi,s tapi Hinata belum membuka matanya dan masih terus menyerap Qi Spiritual.

Terlalu fokus dalam berkultivasi, Hinata tidak menyadari jika kabut secara samar keluar dari tubuhnya. Perlahan kabut tersebut mengambil bentuk, hingga memperlihatkan bentuk seorang pemuda tampan, tapi dengan cepat sosok tersebut berubah menjadi Naga Kecil, ia memandang Hinata yang masih terus berkultivasi dengan serius.

2 hari berlalu di dalam ruang antariksa, setelah jiwa tersebut tidak lagi berada di tubuh Hinata, Hinata yang terus berkultivasi merasa semua Qi yang mengalir di meridiannya perlahan menuju dantian miliknya, tapi dia merasa seberapa pun banyaknya dia menyerap, itu tidak akan cukup dan terus menyerap dan tidak menyadari perubahan tersebut hingga 2 hari berlalu.

Bang

Hinata berhasil menerobos ke Qi dasar tingkat 1. Dia membuka matanya dengan penuh kebahagiaan, karena berhasil menerobos. Melihat sekeliling, Hinata mendapati Zi Mo, Bola Bulu kecil dan naga kecil di pinggir danau menatapnya dengan raut kebahagiaan.

Hinata memiringkan kepalanya bingung saat melihat Naga kecil, karena seingatnya dia tidak memiliki naga.

"Tunggu! Jangan-jangan itu jiwa yang berada dalam diriku."

Hinata berbinar bahagia, karena memiliki 2 binatang kecil yang lucu. Hinata keluar dari danau dan mengambil pakaiannya yang berada di tangan Zi Mo. Naga kecil tidak tinggal lama, saat melihat Hinata ingin keluar dari danau, dia langsung pergi entah ke mana.

Hinata selesai mengenakan pakaiannya, dan tidak menunggu lama langsung melakukan latihan fisik di area yang telah dibuatnya hingga 5 jam. Keringat bercucuran membasahi tubuhnya.

"Nona, silakan minum."

"Terima kasih, Momo."

Hinata meminum air yang diberikan Zi Mo dan merasakan dirinya kembali segar. Dia berdiri dan menuju pondok kecil untuk kembali mengganti pakaiannya lalu mencari 2 binatang kecil, karena ia berniat untuk memberi nama pada kedua binatang imut itu.

Mencari kedua binatang itu sambil mengamati semua sekelilingnya, Hinata dapat melihat tanaman dan herbal yang telah tumbuh, ia sangat senang hingga kedua binatang kecil itu menghampirinya.

Bola bulu kecil tanpa pemberitahuan apa pun dengan cepat melompat ke pelukan Hinata mencari posisi nyaman, dan diam-diam menggigit telunjuk Hinata hingga berdarah. Beruntung tidak setetes pun darah Hinata tertelan olehnya. Jika tidak, entah apa yang terjadi.

"Ah."

Hinata kaget melihat bola bulu di pelukannya menggigitnya, begitu darahnya akan menetes, bola bulu langsung menempelkan keningnya di jari Hinata yang berdarah.

Tiba-tiba di benak Hinata terdengar suara gadis muda.

"Gadis, siapa namamu?"

"Nalan Zi Hua."

"Nalan Zi Hua, melalui kontrak darah ini, mulai saat ini Anda adalah masterku, hidup dan mati kami akan selalu bersama."

Wusshh

Angin meniup rambut ungu Hinata, manik keunguannya tampak bersinar, dan tato rubah berekor 9 terbentuk di kening antara alis Hinata.

Melihat kejadian itu, Naga kecil terkejut, tapi tetap diam, ia dengan cepat melompat ke pundak Hinata.

"Gadis, beri kami nama!"

Hinata akhirnya tersadar dan memandang bola bulu di pelukannya dengan penuh makna, lalu memandang Naga kecil di pundaknya.

"Apa itu tadi?"

"Zi Hua itu tadi kontrak darah yang akan menyatukan dirimu dan rubah berekor 9 di pelukanmu, sedangkan aku dan dirimu, kita telah melakukan kontrak semenjak dirimu lahir."

"Ah??"

"Jadi bisa beri kami nama?"

Hinata kembali sadar mendengar suara dari bola bulu di pelukannya.

"Aku tidak terlalu pandai membuat nama, tapi jika kalian menginginkannya, maka kau akan di panggil Zi Long."

Naga kecil melihat tubuhnya yang sama sekali tidak berwarna ungu terperangah.

"Dan kau di panggil Zi Bai."

Bola bulu mengangguk dengan tak peduli, tapi dia telah menangis dalam hati.

"Aku sama sekali tidak ungu."

"Nona, ayo makan dulu."

Hinata berbalik memandang Zi Mo dan mengangguk.

"Terima kasih."

Ketiganya mengikuti Zi Mo ke meja makan dan mulai menikmati makanan. Hinata berpikir untuk pergi ke gunung, dia ingin melatih tubuhnya dalam pertempuran dan mengkonsolidasikan kultivasinya agar fondasinya kuat.

Setelah menyelesaikan makanannya, Hinata keluar dari Ruang antariksa 7 lapis dan berkeliling di manor Nalan.

Hinata mengangkat alisnya tak mengerti, pasalnya saat ini keluarga Nalan seolah-olah sedang ingin menjamu seseorang yang penting.

Karena keberadaannya selalu diabaikan, jadi tidak ada pelayan yang menegurnya bahkan dianggap tak ada.

Hinata mengendikan bahu dengan tak peduli, dia terus berjalan hingga di mencapai taman yang cukup menarik di kediaman Nalan, bahkan ada kolam teratai serta paviliun kecil di tengahnya.

Di paviliun, dia bisa melihat seorang gadis dan pemuda saling berciuman membuat Hinata jijik.

Hinata berpikir betapa menyedihkannya Nalan Zi Hua, sepupunya berselingkuh dengan tunangannya.

"Menjijikkan."

Hinata terlalu malas melihat tindakan tak bermoral itu dan ingin pergi, tapi kakinya terhenti. Hinata menyeringai dan kembali melihat pasangan tak tahu malu itu.

Hinata mengambil daun dan menyuntikan Qi Spiritualnya, dia melemparkan daun itu untuk membuka sabuk celana keduanya.

"Pfff."

Tanpa rasa bersalah, Hinata melenggang dengan santai sambil mengunyah daun di mulutnya.