SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Sang Penguasa

Sang Penguasa

1. Di Dalam Semesta Kehampaan.

Jutaan elemen asing  bergerak  seperti cahaya memenuhi semesta kehampaan yang gelap gulita tersebut, bergesekan dan saling bertabrakan, menghasilkan ledakan dahsyat yang terus memicu badai ruang dan waktu.

Di dalam semesta kehampaan tanpa batas itu,  sebuah bola transparan yang terlihat seperti gelembung air terus bergerak, melesat menuju pusat badai.

Sesekali gelembung air transparan itu terkena hantaman elemen asing, membuatnya  terpental, dan terombang-ambing dengan ekstrem.

" Dhuar...dhuar...." ledakan dahsyat terus bergema, menghadirkan percikan cahaya yang menyilaukan mata, namun tiga sosok yang  berada di dalam gelembung air itu tidak terpengaruh sedikitpun.

Mereka adalah Qing Ruo, Sang Penguasa Benua Teratai Biru, bersama sang istri,  Qing Ling yang juga seorang penguasa, dan pelayannya, Yu Jieru monster pelahap langit dari klan Dewa Ikan, Shen Yu.

Di dalam bola perisai Air Langit, Qing Ling  dengan tenang terus mengirimkan kekuatan penyembuhan pada Qing Ruo, sedangkan Yu Jieru yang duduk Lima meter dari mereka, dengan tenang menjaga bola perisai Air Langit yang terus begerak.

Tiba-tiba Qing Ling panik, saat kekuatan dalam tubuh Qing Ruo tiba-tiba menjadi kacau kembali.

" Penguasa putri, apa yang terjadi?" tanya Yu Jieru ikut panik.

" Lianghao, aku juga tidak mengerti..." ucap Qing Ling sambil meminta Yu Jieru untuk tetap mengendalikan bola perisai transparan itu.

" Apakah hati iblis telah muncul, tapi bukankah itu seharusnya muncul di tahap lima atau tahap enam semi abadi. Gege sadarlah...." Qing Ling membatin, menatap Qing Ruo dengan khawatir.

Di dalam Alam bawah sadar. Qing Ruo berusaha untuk tetap tenang, mengendalikan kemarahan dan kekecewaannya. Kemarahan atas kelemahannya yang harus mengorbankan banyak orang terutama melukai Qing Ling, Yuan Bai dan rombongannya memasuki Badai Ruang dan Waktu. Kemarahannya atas kehadiran Dalu Wang Heng, serta kekuatan jahat lainnya yang berusaha mengganggu ketenangan Benua  Teratai Biru, yang dapat menganggu dan membahayakan orang-orang yang dia sayangi.

Pada saat dirinya berusaha untuk menenangkan diri, Qing Ruo dikejutkan dengan  kenangan buruk mengenai lalunya, yang disertai muncul sosok yang menyerupai dirinya.

" Argh...,  Qing Ruo, diriku yang malang, apa yang kamu perjuangkan? Kematian di depan mata, tetapi apakah ada orang yang peduli? Kamu hanya manusia bodoh yang begitu Naif yang menganggap diri  begitu berarti untuk orang lain. Apakah kamu ingat saat masih berada di Kota perak, kamu selalu dihina, dan dilecehkan oleh orang-orang,  bahkan oleh anggota klan  yang kamu lindungi dengan nyawamu..." sosok bermata gelap seperti dirinya  itu  mengoceh, memprovokasi, dan  menggoyahkan tekad Qing Ruo.

" Pergi dan jangan ganggu aku!" ucap Qing Ruo pelan,  mencoba melawan penindasan sosok itu.

" Qing Ruo yang malang. Aku adalah  dirimu, dan dirimu adalah aku, lalu bagaimana bisa dirimu mengusir diriku.  Kita berasal dari tempat yang sama, sama-sama naif dan bodoh, yang selalu memaksa diri dan mengandalkan orang lain. Tanpa darah emas Luo Feng, kamu hanyalah orang cacat yang  lemah...."

" Argh..." Teriak Qing Ruo mulai ikut marah.

Di dunia luar.

" Suamiku, bertahanlah. Jangan biarkan kemarahan dan kebencian  menguasai hati dan  kesadaranmu," ucap Qing Ling sambil terus mengirimkan kekuatan penyembuhan, dan mengorbankan dirinya yang jug masih terluka.

Di dalam alam bawah sadar.

" Akhirnya. Kamu menunjukkan jati dirimu. Qing Ruo yang pemarah, pendendam dan sang pembantai tanpa ampun, keluarkan emosimu. Kamu yang begitu pemarah saat orang lain mengganggu ketenangan hidupmu, tetapi kamu tidak pernah  memikirkan orang lain saat mereka diganggu oleh dirimu..." sosok bermata gelap itu tertawa bahagia.

" Pergi!" teriak Qing Ruo kesal, karena sosok  itu  terus mengganggu konsentrasinya.

"  Qing Ruo, ternyata kamu mulai kasar, Aku suka itu. Selama ini kamu selalu menahan diri dan berperilaku sopan untuk menutupi kejahatan dan kekejamanmu, membangun citra diri yang baik agar dapat dianggap sebagai pahlawan. Qing Ruo, tanpa kekuatan yang diberikan oleh orang lain,  kamu hanya omong kosong,  bahkan pujian dan hormat yang kamu terima selama ini mungkin akan berganti dengan cacian dan hinanaan jika kamu itu lemah..."

" Jika tidak pergi, maka diam..." ucap Qing Ruo sekali lagi.

" Diam? Apakah ini  sebuah negosiasi? Dan aku setuju, tetapi dengan syarat...." tersenyum licik.

" Aku tidak akan pernah bernegosiasi dengan makhluk seperti dirimu. Jika ingin  bicara, silakan...." ucap Qing Ruo memejamkan matanya.

" Oh baik," jawab sosok itu lalu duduk di hadapan Qing Ruo.

" Dahulu kala,  ada seorang pemuda cacat yang  putus asa, menantang kematian dan berharap pada keberuntungan langit. Tiba-tiba langit mendengar, dan sang pemuda itu benar-benar bertemu dengan   keuntungannya, bertemu dengan orang lain yang rela membagi   kekuatan hidupnya, lalu bocah naif itu menjadi kuat, dan tiba-tiba di cintai semua orang, atau hanya   perasaannya saja. Jika pemuda itu  masih cacat, aku rasa dia hanya akan menjadi tukang sampah, bahkan wanita yang mengaku mencintainya, mungkin juga..." sosok itu tiba-tiba menghentikan kata-katanya saat merasakan aura kemarahan dari sosok Qing Ruo.

" Tutup mulutmu!"  ucapnya dingin.

" Ayo lepaskan kemarahanmu,"  ucapnya senang, karena mengetahui kelemahan Qing Ruo.

" Jangan sombong. Jika kamu tidak kuat, apakah kamu yakin dia akan menjadi ibu dari anak-anakmu?"

" Argh...." Qing Ruo kesal, hingga memuntahkan darah segar dari mulutbya, membuat sosok itu tertawa terpingkal-pingkal.

" Penguasa putri apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Yu Jieru panik.

" Lianghao, jangan mendekat..." ucap Qing Ling cepat, saat merasakan  ledakan aura marahan keluar dari tubuh Qing Ruo.

" Ini benar-benar serangan hati iblis.." Qing Ling membatin.

" Qing Ruo menyerahlah. Jika tidak,  aku akan membiarkan luka itu membunuhmu. Jika kamu menyerah, aku akan membantumu, bahkan membuatmu menjadi semi abadi tingkat sembilan..." sosok bermata gelap itu terus merayu.

Qing Ruo terdiam sesaat lalu meminta sosok bermata hitam itu mendekatinya.

" Swhus..." Qing Ruo meraih lehernya dan  mencekiknya.

" Ukh..." Qing Ruo tersedak dan erbatuk-batuk, sambil melepaskan cengkraman tangannya, membuat  sosok itu  tertawa terpingkal-pingkal. 

" Bodoh! kamu tidak bisa membunuh dirimu sendiri. Jika kamu mau, maka biarkan aku yang melakukannya..." sambil mengeluarkan pisau hitam dengan aura kematian.

Qing Ruo terdiam,  menatap sosok bermata gelap itu dengan tajam.

liam menit keheningan terjadi di antara mereka berdua, membuat suasana di dunia luar sedikit tenang.

" Aku tidak bisa membunuh diriku sendiri, tetapi sifat itulah yang akan membunuhku. Kemarahan, kebencian, dan keegoisan. Semua sifat yang berseberangan dengan kebaikan. Jika kamu adalah diriku, maka tinggalah bersamaku.  Memahami diri sendiri dan menerima kelemahan bahwa itu adalah kenyataan bukanlah hal yang buruk.  Kamu tidak bisa memaksa diri agar telihat kuat, apalagi memaksa diri agar disukai oleh banyak orang, dan kamu juga tidak bisa memaksa orang lain agar tetap mencintaimu. Dirikubyang lainnya, mari bersama bertarung melawan kepahitan dan memperjuangkan prinsip kebenaran tanpa pamrih,"  ucap Qing Ruo pelan, membuat sosok bermata gelap itu tiba-tiba lenyap. 

Tiba-tiba aura kekacauan,  kemarahan dan kebencian yang sebelumnya memenuhi bola perisai,  kini perlahan hilang dan menjadi tenang kembali.

" Akhirnya..." ucap Qing Ling lega, sambil menenangkan  Yu Jieru turut merasa senang.

👉👉👉

Teman-teman, author sudah membuka paket dukungan di **********. Bagi teman-teman yang berminat di persilahkan. Terima kasih.🙏🙏🙏

2. Kabar Dari She Mei Lu.

Lima hari kemudian Qing Ruo membuka mata, memalingkan wajahnya menatap Qing Ling yang duduk di belakangnya.

" Gege, tenanglah. Pulihkan dirimu..." dengan senyumnya yang manis.

" Ling er, terima kasih..." ucap Qing Ruo  sambil menjelaskan keadaannya yang sudah mulai pulih, serta meminta sang istri untuk memulihkan dirinya.

" Tapi gege..."

" Ling er, kamu juga terluka. Selain itu kamu juga harus  memulihkan kekuatan yang telah kamu gunakan memuluhkan diriku beberapa hari ini."  dengan wajah serius.

Tampak keengganan di wajahnya, tetapi Qing Ling hanya bisa menggangguk.

" Baik. Tapi bagaimana dengan gege?"

" Ling er, aku kini hanya memerlukan waktu untuk pulih kembali. Tenanglah. Aku ingin Ling er kembali ke dalam dunia jiwa, menemani An er..." ucapnya lembut.

" Baiklah." sambil memasuki gerbang dimensi dunia jiwa yang telah Qing Ruo buka sebelumnya.

Setelah Qing Ling pergi ke dalam dunia jiwa, Qing Ruo  lalu kembali memulihkan dirinya.

" Lianghao, jika kita sudah tiba di pusat Badai Ruang dan Waktu, kabari aku..."

" Baik penguasa," jawab Yu Jieru dengan hormat, yang ikut merasa senang saat melihat sang tuan yang kini telah sadar dan dapat memulihkan diri.

****

Di dalam Dunia Jiwa.

Qing Ling memasuki kamar utama istana emas dengan tergesa-gesa, untuk menemui Qing Lian An yang Sudah beberapa hari ditinggalkanya.

" Penguasa putri..." Huli Bai dan Huli Hei yang sedang mengasuh Hu Qing menyambut kedatangan Qing Ling.

" Huli Bai, bagaimana kabar An er..." sambil meraih Qing Lian An dari pelukan Huli Bai.

" Penguasa, putri Lian An untuk beberapa hari ini cukup tenang...." ucap Huli Bai laporkan pekerjaannya dengan rinci.

" Huli Bai, Huli Hei,  terima kasih. Kalian kembalilah ke istana Naga Emas  untuk beristirahat..." sambil menatap wajah mungil yang tertidur pulas itu.

" Tapi Penguasa..."

" Tenanglah, situasi sudah aman. Awasi Hu Shan dan yang lainnya...."

" Baik Penguasa putri," jawab Huli Bai dan Huli Hei lalu meninggalkan tempat itu.

Setelah Huli Bai dan Huli Hei pergi, Qing Ling lalu membaringkan Qing Lian An di atas tempat tidurnya, dan menggunakan kesempatan itu untuk  memulihkan diri.

****

Halaman Istana Naga Emas.

Hu Shan, Tu Hai, Tian Feng dan semua pelayan yang ada di dalam dunia jiwa,  yang sebelumnya ikut bertempur membantu Qing Ruo dalam pertemouran, duduk dengan tenang memulihkan diri.

Tidak jauh dari tempat mereka, duduk Zin, Zan, Liong Hei dan Jinse, yang sesekali menaburkan kristal jiwa di sekitar tempat itu.

" Saudara Zin, tampaknya saudara Yuan Bai dan Yuan Hei adalah yang paling berat lukannya..." ucap Liong Hei yang kini telah menggunakan tampilan tubuh manusia.

" Benar, jika saja mereka tidak menerima darah emas penguasa muda, mungkin saat ini kita tidak akan melihat mereka lagi," ucap Zin sedih.

" Tenanglah. Dengan sumber daya yang ada di dalam dunia jiwa ini, aku yakin mereka akan segera pulih..." Zan menimpali.

" Benar, kita hanya perlu bersabar..." ucap Liong Hei dengan wajah sedih, yang juga masih begitu kecewa karena tidak diikutsertakan oleh Qing Ruo  dalam pertempuran tersebut.

Pada saat mereka sedang berbincang-bincang, Huli Bai dan Huli Hei yang membawa Hu Qing tiba di tempat itu, menatap Hu Shan  dan yang lainnya yang sedang memulihkan diri. 

" Saudara Zin, penguasa putri telah kembali, dan saat ini berada di istana emas..." Huli Bai menjelaskan.

" Syukurlah, itu berati penguasa muda baik-baik saja," ucap Liong Hei.

" Sepertinya demikian," ucap Huli Hei sambil menantap sang suami, Tu Hai yang sedang memulihkan diri.

" Lalu apakah ada perintah lainnya?" tanya Jinse.

Huli Bai dan Huli Hei menggelengkam kepala.

" Pemguasa putri meminta kita untuk tetap mengawasi, dan mengobati mereka," jawah Hui Hei.

" Baik, silakan saudari masuk dan beristirahat di dalam. Serahkan mereka lada kami," ucap Liong Hei dengan hormat dan ramah.

" Terima kasih saudara," ucap Huli Bai dan Huli Hei sambil meninggalkan tempat itu.

*****

Jantung Benua Teratai Biru.

She Mei Lu yang sebelumnya  secara diam-diam pergi ke wilayah timur Benua teratai biru, akhirnya kembali tiba di jantung Benua Teratai Biru.

" Swhus...." tubuhnya muncul di atas gunung Xing Guang, yang kini menjadi tempat kediaman Klan Qing.

Dengan tenang sosok itu pergi ke gunung barat, yang merupakan kediaman khusus keluarga inti klan, lalu muncul di halaman istana barat.

" Youyu er," ucap Qing Ruyue menyambut kedatangannya.

" Nenek, aku ingin memasuki aula istana jiwa," ucap She Mei Lu, sambil berusaha menyembunyikan kekhawatirannya.

" Kebetulan sekali..." ucap Qing Ruyue membawa She Mei Lu ke dalam ruangan rahasia klan itu.

Di dalam ruangan. Telah hadir Qing Peng, Qing Xia, Qing Long, Zishu, Qing Duan Ren dan Ling Yun.

" Ayah, ibu..." ucap She Mei Lu menyapa Qing Peng dan Ling Yun, serta semua orang yang ada di dalam ruangan itu yang  tampak begitu cemas.

" Youyu er..." ucap Ling Yun dengan wajah sedih.

" Ibu tenanglah..." mencoba menenangkan Ling Yun, yang sebenarnya dia juga begitu khawatir.

" Kakak..." ucap Zishu menghamburkan diri memeluk She Mei Lu sambil menangis tersedu-sedu.

" Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja..." mengusap-usap punggung Zishu sambil menatap lencana giok jiwa Qing Ruo dan Qing Ling yang masih retak.

" Ayah, ibu, bagaimana kondisi lencana giok jiwa sebelumnya?"

" Ini lebih baik dari sebelumnya, bahkan lencana giok jiwa Ruo er bahkan hampir hancur..." Qing Peng menjelaskan, membuat jantumg She Mei Lu berdetak dengan kencang.

" Itu berarti mereka sudah aman..." ucap She Mei Lu  pelan.

" Sepertinya  kakak tahu. Kakak apa  yang sebenarnya terjadi?" tanya Qing Zishu dengan tatapan memohon.

She Mei Lu menghembuskan nafas panjang lalu menantap semua orang yang ada di dalam ruangan yang juga melihatnya dengan tatapan memohon.

" Adik Ruo dan adik Ling ternyata merahasiakan sesuatu yang sangat mengerikan dari kita," ucap She Mei Lu pelan, membuat semua orang ada di dalam ruangan itu terkejut

" Youyu er, apa itu?" tanya Qing Peng, cepat.

" Ayah, ternyata selama ini mereka memiliki musuh yang sangat kuat, bahkan salah satu dari mereka adalah  seorang pendekar semi abadi tingkat enam, dan seorang dewa.  Dalam pertempuran yang sangat mengerikan itu, Adik Ruo dan adik Ling, dan semua pelayannya begitu kewalahan, hingga akhirnya mereka menyeret sang lawan ke dalam badai ruang dan waktu..." ucap She Mei Lu sambil meneteskan air mata, menahan rasa sesak di dadanya, bahkan Zishu yang sebelumnya sudah tenang, kini menangis kembali.

" Kakak, lalu apa yang terjadi?" tanya Qing Zishu.

" Zishu er, tentu saja mereka melanjutkan pertempuran di dalam badai ruang dan waktu..."

" Tapi bagaimana kakak bisa tahu?" tanya Zishu.

" Karena kakak hadir dalam pertempuran itu, tapi Kakak terlambat, " ucap She Mei Lu pelan.

" Apa! Kakak di mana saat itu?"

" Gunung Dalu, Wilayah Makam Waktu..."

" Itu adalah wilayah Timur Benua Teratai Biru!" ucap Qing Ruyue.

" Nenek Agung Benar..." jawab She Mei Lu pelan.

" Tenanglah. Semuanya akan baik-baik saja," ucap Ling Yun dengan yakin, menatap lencana giok jiwa yang secara perlahan mulai membaik tersebut.

" Semoga kakak Ruo dan kakak Ling baik-baik saja," ucap Qing Zishu sambil menyeka air matanya.