SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
You'Re Not A Monster

You'Re Not A Monster

Prolog

Klak!

Ada tiga cahaya yang bersinar secara bersamaan di atas dan di sekeliling cahaya itu dihiasi dengan sebuah cup yang menghalangi ketiga cahaya tersebut menyebar ke berbagai arah, dan memfokuskan cahaya-cahaya tersebut ke arah bawah.

Cahaya-cahaya tersebut telah menyinari seseorang yang telah terbaring dengan tubuh telanjangnya. Tangan, kaki dan tubuhnya tertahan oleh sesuatu dan beberapa selang kecil masuk ke setiap tubuhnya dan termasuk hidungnya, sehingga itu membuat ia sedikit sesak napas. Bahkan ia meronta-ronta sehingga membuat ranjangnya bergoyang cukup keras.

Grak! Grak!

"Hmm!!! Hmm!!! Hmm...!!!"

Matanya yang melotot penuh ke arah atas dan mulutnya tertutup oleh sesuatu. Terdengar ia merengek di balik mulut yang ditutupinya itu, tampak matanya mengisyaratkan kepada mereka untuk berhenti melakukan sesuatu pada tubuhnya.

"Subjek eksperimen nomor 0-4-2-1 telah menunjukkan reaksi yang sangat mengejutkan."

Tampak beberapa orang telah berdiri di sampingnya dengan jas putih panjangnya. Ada yang mengatur sebuah cairan hijau dan memasukkan sebuah jarum suntik ke dalam cairan tersebut, sehingga terhisap oleh suntik itu. Serta beberapa lainnya memperhatikan sebuah monitor yang menunjukkan beberapa garis yang bergelombang yang tak beraturan, serta beberapa angka yang sering berubah-ubah kadang naik atau pun turun.

"Denyut jantung subjek naik ke 110 menjadi 121 permenit. Kondisi paru-paru subjek sedikit tidak normal, ada sedikit komplikasi sehingga paru-parunya mengalami pembengkakan, sehingga membuat pernapasan subjek perlahan-lahan menurun dan kondisi aliran darah semakin menurun karena tidak beraturnya oksigen masuk ke otak. Suhu tubuh subjek naik menjadi 47°C dan naik lagi secara perlahan. Jumlah karbondioksida yang dikeluarkan subjek sebanyak ini yaitu 125 mmHg dalam satu menit."

Mendengar laporan itu, seorang pria tua dengan jas hitam mewahnya. Ia mengawasi semua yang ada di balik kaca tebal yang transparan ini, dan ia tampak cukup puas apa yang dilihatnya ini.

"Kalau begitu, tambah lagi dosisnya. Kita lihat berapa lama lagi ia akan bertahan. Sejauh ini, dialah subjek ketiga yang masih bertahan sampai sekarang."

"Baik, Pak."

Seseorang mengambil sebuah jarum suntik yang sudah terisi penuh oleh cairan hijau itu. Ia berjalan ke arah sebuah tabung kecil transparan yang berisi cairan jernih di dalamnya, dan sebuah selang kecil terhubung ke tabung tersebut ke tubuh orang yang berbaring itu. Lalu ia menyuntikkan jarum suntik tersebut ke salah satu lubang ke tabung tersebut.

Sesaat berhasil disuntik, yang tadinya isi tabung kecil tersebut berisikan cairan jernih dan bening, kini tercampur sepenuhnya dengan cairan hijau kental yang baru dimasukkan. Perlahan-lahan cairan baru tersebut mengalir ke dalam sebuah selang kecil dan berjalan mengikuti di mana arah selang kecil tersebut tertancap ke sesuatu.

"Hmm!!! Hmm!!! Ahmm...!!!"

Deg! Deg! Deg!

Pip! Pip! Pip!

Seketika tubuh orang itu semakin meronta dan garis yang bergelombang dan angka dalam monitor tersebut semakin tak beraturan. Reaksi orang ini semakin menjadi-jadi, sesaat cairan asing yang masuk ke dalam tubuhnya melalui selang kecil yang menancap ke dalam tubuhnya ini.

Irama jantungnya semakin kencang dan mata yang melotot itu mengeluarkan air mata yang sangat banyak. Terlihat tatapan mengisyaratkan untuk berhenti dan memohon kepada mereka untuk berhenti. Tapi semua itu dihiraukan oleh mereka, dan mereka masih sibuk mengacak-acak tubuhnya.

...Hentikan!!!...

...Hentikan!!!...

...Kumohon! Hentikan!!!...

...Tolong!!! Hentikan!!! Ini sakit sekali!!!...

Berbagai suara hati yang ia lontarkan dan sangat berharap agar semua hal kejam ini segera dihentikan.

Pip... Pip... Pip...

Setelah menunjukkan reaksi yang sangat mengejutkan, membuat orang-orang yang ada di sana cukup terkejut. Sesaat garis bergelombang pada monitor tersebut, kini hanya menunjukkan sebuah garis lurus saja dan sebuah angka nol serta suara bising yang dihasilkan monitor tersebut.

"Subjek eksperimen 0-4-2-1, telah mengalami penghentian fungsi organ dalam. Siapkan AED sekarang!" Perintah orang yang memimpin eksperimen ini.

Seketika orang-orang yang beroperasi pada eksperimen ini langsung bergerak dan menyiapkan alat yang diperintahkan.

Jrak!

Sesaat alat sudah siap, mereka langsung meletakkan kedua alat kejut jantung tersebut ke dada subjek eksperimen tersebut.

Deg! Pip...

Seketika monitor menunjukkan tanda perubahan pada garis dan angkanya.

"Lakukan lagi."

"Baik!"

Jrak!

Mereka meletakkan lagi alat yang dialiri listrik tersebut ke dada orang itu.

Deg! Pip...

Hal ini diulangi sampai tujuh kali.

Pip... Pip... Pip...

Sesaat data yang ditampilkan monitor tersebut berubah seketika dan menjadi hidup.

"Luar biasa. Cepat bawah orang itu, aku tak ingin menyia-nyiakan benda seluar biasa ini," ucap pria tua berjas mewah itu.

Sang pemimpin lab eksperimen langsung memerintahkan seluruh anak buahnya untuk membawa subjek tersebut ke ruangan aman.

Subjek tersebut di bawah ke sebuah tempat dan tampak ada banyak tabung-tabung raksasa. Isi tabung tersebut ada banyak macam-macam makhluk aneh dengan bentuk anehnya juga dan di bawah tabung tersebut ada berbagai tulisan angka.

"Baiklah, ini subjek paling hebat kita miliki. Aku jadi penasaran, bentuk apa kali ini ia tunjukkan pada kita."

Subjek tersebut dimasukkan ke dalam sebuah tabung raksasa, dan dipasangkan berbagai selang lagi di tubuhnya dan hidungnya. Setelah itu, tabung tersebut ditutup rapat dan dimasukkan banyak cairan hijau yang mengelilinginya. Tampak tabung ini seperti hiasan boneka salju dalam sebuah bola kaca yang sering dipajang di mana-mana.

"Baiklah, kerja bagus semuanya. Sekarang kalian boleh pul--"

Buk! Buk! Buk!

Tiba-tiba subjek baru tersebut meronta-ronta di dalam tabung tersebut, tampak ia seperti seekor ikan yang menggeliat tanpa henti di dalam aquarium.

Blup...! Blup...! Blup...!

"Profesor! Bagaimana ini?!"

Semua orang yang berada di sana terlihat panik, sebab subjek perlahan-lahan menunjukkan sebuah perubahan yang tak di duga.

"Bagaimana bisa ini terjadi? Biasanya setiap subjek akan menunjukkan perubahan secara perlahan dan butuh waktu satu minggu untuk perubahan stabilnya. Tapi, subjek ini... bagaimana bisa?"

Ada banyak pertanyaan di benaknya untuk ditanyakan oleh pemimpin lab eksperimen tersebut. Dia langsung meminta seluruh bawahannya untuk melakukan tindakan darurat sekarang.

Crang...!

Tiba-tiba tabung tersebut pecah dan mengeluarkan cairan hijau yang sangat banyak dan bukan hanya itu saja, sesuatu mengerikan telah lepas dari sangkarnya.

Grrrg...!

Terlihat sosok mengerikan dengan tinggi dua setengah meter lebih dengan postur tubuh membungkuk seperti gorilla dan bulu-bulu seputih cahaya bulan di seluruh tubuhnya, dan kepalanya menyerupai seperti hewan liar siap memangsa mangsanya di hadapannya.

Grrrg...! Harrrh...!

Raungan mengerikannya telah membuat suasana semakin berdarah, orang-orang yang melihat makhluk ciptaannya telah lepas langsung melarikan diri dan menjauh darinya.

Tapi... tampaknya tak mudah bagi mereka untuk bisa lepas dari tatapan buas makhluk mengerikan tersebut.

Grrrg...! Harrrh...!

Crak! Crak! Crak!

Darah, tangan, kaki dan berbagai tubuh manusia telah berserakan di mana-mana. Ini akibat kekuatan makhluk mengerikan tersebut, dengan cakar dan tangannya yang besar, mampu menangkap siapa pun yang ada di hadapannya.

Grrrg...! Auuuwww!!!

Tanggal 20-11-1990, pukul 01.22 dini hari.

Telah menjadi sebuah peristiwa yang sangat mengerikan pada waktu itu. Sebuah kebun binatang ternama yang sangat terkenal dan disukai banyak orang dewasa maupun anak-anak, telah ditutup sepenuhnya.

Tidak ada yang tahu pasti kenapa kebun binatang terkenal ini bisa tutup, tapi satu hal yang membuat terkejut dan terjadi secara bersamaan juga. Yaitu hilangnya binatang-binatang dalam kebun binatang tersebut, serta hilangnya seluruh staf pekerja dalam kebun binatang juga.

Ditambah, terjadi sebuah ledakan cukup besar di sebuah rumah sakit di dalam kebun binatang tersebut. Rumah sakit itu hanya dikhususkan bagi hewan saja dan untuk penanganan darurat bagi pengunjung yang terluka akibat hewan dalam kebun binatang.

Setelah kejadian menggemparkan itu, pihak kepolisian mulai menyelidiki tempat ini dan setelah itu, kebun binatang ini telah ditutup selamanya dan garis polisi telah menjadi penghalang dan sekaligus peringatan bagi siapa pun untuk tidak memasuki tempat ini lagi.

Tapi... sebuah kejanggalan telah terjadi di sekitar masyarakat. Setiap dua minggu akan terjadi hilangnya orang-orang satu-persatu, tapi selama sebulan ini kejadian hilangnya orang-orang sudah tidak terjadi lagi. Pihak polisi yang tidak bisa menemukan satu pun petunjuk mengenai hilangnya orang-orang ini--setelah kejadian aneh ini membuat pihak kepolisian menjadi sulit menemukan petunjuk lagi, sebab pihak berlawanan tak menunjukkan tindakan lagi.

Ditambah lagi, keanehan semakin terjadi lagi. Orang-orang tidak ada yang menghilang selama satu bulan penuh ini, semenjak insiden yang terjadi pada kebun binatang tersebut.

Misteri apa yang tersembunyi di dalam kota yang dijuluki "Lautan api" ini. Sesuatu hal yang mengerikan telah bersemayam di suatu tempat dan menunggu siapa pun untuk datang kepadanya.

Sebatang kara

...12-03-2004...

Pukul 05.55

Cik... Cik...

Suara kicauan burung di pagi hari membuat pendengaran ini semakin menyegarkan. Embun pagi yang dingin selalu membuat kulit terasa lembut dan sejuk. Serta ayam berkokok yang menandakan bahwa pagi ini akan sangat cerah dan tidak ada hambatan sama sekali mengejar impian dan rezeki yang halal.

Dring...! Dring...!

Trak!

Tepukan lembut dari tangan seorang gadis muda terhadap teman yang selalu membangunkannya tepat waktu. Ia mengambil jam beker itu dan melihat jarum jam yang masih berputar dengan tatapan setengah sadar.

"Hm..."

Ia terus mengucek matanya yang masih lelah itu dan masih memandangi jarum yang terus berputar itu.

"Hoahmm..."

Setelah melihat beberapa saat teman pengingat itu, ia pun segera bangkit dari surga empuknya itu dan meregangkan setiap otot-otot tubuhnya dan mengeraskan setiap saraf-saraf di tubuhnya yang sedikit kaku.

"Selamat pagi Bu, Ayah..."

Melihat sebuah foto dengan gambar sepasang suami-istri yang tampak sangat bahagia, hal itu sudah terlihat jelas dari senyuman tulus yang mereka tunjukkan.

Gadis muda ini memandangi foto itu beberapa saat sembari tersenyum walau dari tatapannya tampak sedikit kesedihan, tapi hal ini tak akan membuatnya goyah untuk bersemangat untuk hidup demi kedua orang yang sangat dicintainya, agar mereka tidak khawatir pada dirinya.

"Baiklah! Saat bersiap-siap ke sekolah!"

Tak ingin kesedihan mengambil waktu pagi cerahnya, ia bergegas bangkit dari kasurnya dan bersiap-siap melakukan rutinitas pagi harinya yang ia lakukan setiap paginya, atau mungkin semua orang selalu melakukan hal sama seperti dirinya? Entahlah, semua manusia punya privasi tersendiri, dan kamu pun demikian.

Menyiapkan pakaian yang sudah di setrika, menyiapkan buku-buku mata pelajaran hari ini serta beberapa alat tulisnya, setelah itu bergegas melepas seluruh kain yang ia pakai setiap tidurnya dan diganti selimut handuk nan lembut untuk menemaninya di tempat yang dingin dan menyejukkan--yang disertai bau harum dan selalu membuat bersih setelahnya.

Setelah mandi, ia berusaha merapikan diri dengan sedikit wewangian di tubuhnya dan memakai pakaian khas sekolah umumnya, dengan pakaian putih dan rok biru tua yang melewati lututnya.

Setelah melakukan persiapan untuk mengejar impian, ia tak lupa untuk mengisi perut yang kosong dengan beberapa lembar roti tawar disertai selai coklat kesukaannya.

"Aku berangkat dulu Bu, Ayah."

Setelah mengisi perut ia bergegas berangkat mengejar impiannya dan tak lupa berpamitan pada orang-orang yang sangat dicintainya yang pernah tinggal di rumah yang sudah dianggap seperti istana oleh mereka.

Klak!

Gadis muda ini segera mengunci pintu rumahnya dan melangkahkan kaki menuju alam bebas dan segar ini.

Berjalan di jalan beraspal panas dan dibarengi teriknya panas matahari pagi, membuat langkahnya sedikit cepat. Ia berjalan menuju ke sekolahnya dan kebetulan jarak dari rumah ke sekolahnya tidak jauh, ia hanya perlu melewati 10 rumah saja dan dan sudah terlihat gedung sekolahnya.

Sebelum ke sana, ia disapa oleh orang-orang setiap ia lewat lorong rumahnya.

"Lagi ke sekolah ya, Neng," sapa seorang ibu yang menjual roti bakar.

"Iya, Bu. Kalau begitu saya permisi dulu..."

"Heh... tunggu dulu, nih buat kamu," sembari memberikan sesuatu.

Gadis muda itu mengambilnya dan melihat isi dari kantong itu.

"Ya ampun, Bu. Tidak perlu repot-repot memberikan ini saya sudah sarapan dari tadi, kalau begitu saya bayar--"

"Tidak perlu," ibu itu langsung menyela kalimat gadis itu.

"Tapi Bu..."

"Itu buat kamu dan itu juga rasa terima kasih dariku karena sudah membantu Ibu kemarin, ambil saja sekalian itu bekal ke sekolah."

Gadis muda itu hanya bisa tersenyum karena masih ada orang-orang yang sangat baik pada dirinya, ia berterima kasih pada ibu itu lagi dan melanjutkan perjalanan menuju sekolahnya.

"Itu Rina ya?" tanya seorang ibu yang datang untuk membeli roti bakar.

"Iya itu dia."

"Padahal ia masih muda tapi sudah kehilangan orang tuanya dengan cepat."

"Ya mau bagaimana lagi Bu, sudah takdir dari Tuhan," ucap ibu penjual roti bakar itu sembari menyiapkan pesanan pelanggannya. "Tapi setidaknya, gadis muda sepertinya tidak bergaul bebas seperti gadis-gadis pada umumnya."

"Menikmati masa mudanya bakalan sulit baginya, karena setiap pulang sekolah selalu mampir di warungku untuk membantuku, dan tentu saja aku juga membayarnya walau aku tak membutuhkan bantuan sih. Tapi aku kasihan dengan dirinya yang harus berjuang keras seorang diri."

Kedua ibu-ibu kompleks ini sangat prihatin dengan nasib naas yang menimpa gadis muda itu, semua warga di di sekitar kompleks sangat mengenal gadis yang hidup sebatang kara ini. Mereka kadang selalu membantu gadis muda ini dan tak lupa juga gadis muda ini tak ingin menerima bantuan secara gratis, ia ingin bekerja seadanya walau bayarannya sedikit dan menurutnya itu cukup untuk menghidupi kehidupannya.

"Oh iya, sebentar lagi akhir bulan, mana lagi harus bayar iuran listrik dan tagihan air ledeng pula. Tapi aku penasaran bagaimana Rina melewati hal ini? Padahal selama ini semua uang ia sisihkan hanya cukup untuk uang makannya dan sekolahnya," tampak ibu yang membeli roti bakar ini bertanya-tanya mengenai nasib malang gadis yatim piatu ini.

"Kamu tidak perlu khawatir, hal ini Pak RT sudah mengurusnya dan katanya semua biaya listrik dan airnya akan ditanggung olehnya."

"Syukurlah kalau begitu, setidaknya masih ada banyak orang-orang di sekitarnya peduli padanya, mana lagi dia anaknya sangat manis pula. Aku jadi tak sabar saat dia dewasa dan segera menjodohkan Putraku padanya."

"Nih ambil! Gak usah banyak berkhayal."

Tampak ibu pembeli roti bakar ini sedikit cemberut, setelah itu ia berpamit pada ibu penjual roti bakar itu.

"Kalau Rina di sini masih ada banyak orang yang peduli padanya, tapi aku sedikit khawatir pada kehidupan sekolahnya, apa ia baik-baik saja ya?"

Ibu penjual roti bakar masih terus bertanya-tanya atas kebingungannya, tapi ia langsung menepis semua pikiran negatifnya itu sembari menggelengkan sejenak kepalanya.

"Ah! Jangan berpikiran negatif, mungkin ia akan baik-baik saja di sekolahnya."

...•••...

Sesaat sampai di sekolah...

Namaku Rina Rosmara, berusia 14 tahun dan sekarang aku menginjak kelas dua di SMP Negeri 1 Bandung.

Aku bisa masuk ke sekolah elit ini karena aku mendapatkan beasiswa prestasi karena semua nilai-nilai rapor milikku semasa SD semuanya sangat baik, ditambah aku juga mendapatkan biaya bantuan siswa kurang mampu dari pemerintah sebab aku sekarang hanya seorang yatim piatu, tanpa pegangan apa pun dan hanya bisa mengandalkan diri sendiri dan bekerja yang secukupnya hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja.

Tapi...

"Kyaaa!!!"

Kehidupan sekolahku tidak berjalan mulus seperti yang kuharapkan sejak dulu.

"Hahaha!!"

Tiba-tiba tiga orang wanita seumuran dengan Rina mendorongnya hingga jatuh.

"Kalau jalan lihat-lihat dong!"

"Tau nih! Punya mata sih?!"

Ketiga wanita ini terus mengusik ketenangan hidup sekolah gadis malang ini, tiada hari hanya perlakuan kasar yang ia dapatkan di sekolahnya. Teman-teman yang lainnya hanya bisa memandang dirinya dengan kasihan dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Karena ketiga gadis ini adalah anak dari pejabat pemerintahan dan orang tua mereka telah membantu anak-anak kurang mampu dengan menyekolahkan mereka dengan uang pemerintahan.

Hal inilah yang ditakutkan dari Rina, jika hidup tanggungan sekolahnya dicabut maka ia tidak akan bisa bersekolah lagi, karena membiayai hidup sehari-hari sangat kurang apalagi harus ikut membiayai uang sekolahnya, hal itu akan sangat mustahil baginya yang hanya bisa bekerja seadanya karena masih dibawa umur untuk bisa bekerja berat dan kasar.

Rina harus bertahan dari semua ini demi masa depannya, walau hal mengerikan selalu terjadi dalam hidupnya... terutama untuk ke depannya.

Terpopuler