Cahaya Dalam Kalbu
" Ami, kapan kamu mau bangun? Ini udah jam 6. Ini hari pertama masuk sekolah sekolah Ami. "seru Ibu Ami ketika melihat gadis kecilnya masih bergulat dengan selimut di kamarnya. Padahal mentari sudah naik.
" Ibu besok saja ya sekolah nya, Ami masih ngantuk nih. "jawab Ami dengan mata belum terbuka.
" nggak ada kata besok Ami, bangun sekarang atau Ibu bawa kamu langsung ke kamar mandi! Hmm"kata Ibu Ami dengan sedikit berseru.
"eh ya ya ya, Aku bangun," jawab Ami, kemudian dia bangun dan bergegas ke kamar mandi untuk melaksanakan ritual paginya.
Setelah selesai, Ami langsung pergi ke ruang makan untuk sarapan bersama keluarganya.
"PAGI SEMUA"teriak Ami saat baru memasuki ruangan tersebut.
"NGGAK USAH TERIAK INI RUMAH BUKAN LAPANGAN. " sahut Amdan dengan teriakan juga.
Amdan ini adalah kakak laki laki Ami dengan selisih 5 tahun lebih tua dari Ami.
" sudah sudah, masih pagi juga udah teriak teriak. Simpan tenaga untuk sekolah nanti, okey. "jawab Ayah Ami dan Amdan menengahi teriakan mereka berdua." okey boskuyy" jawab Amdan dan Ami dengan kompak.
Lalu mereka melanjutkan acara sarapan pagi mereka yang diselingi dengan perdebatan kecil dari Ami dan Amdan, yang membuat keluarga ini semakin sejahtera. Sepi rasanya jika tidak ada pertengkaran mereka berdua. Meskipun mereka terkadang bertengkar, mereka sangat menyayangi dan melindungi satu sama lain.
"Bu Amdan dah selesai, berangkat duluan." kata Amdan setelah menyelesaikan sarapannya. "Iya hati hati dijalan." sahut Ibu. Setelah bepamitan kepada orang tuanya Amdan pergi ke sekolah dengan sepedanya. Karena tidak terlalu jauh juga karak antara rumah dan sekolahnya. Oh ya disekolah itu juga Ami akan bersekolah.
Ami sekolah diantar oleh Ibunya. Karena Ibunya tahu Ami pasti akan kesulitan menemukan teman baru disana makanya dia menemani ami untuk hari pertamanya.
Saat masuk kelas..
"kamu duduk disini aja ya, itu kenalan dulu sama temennya,"Kata Ibu Ami.
"Hai namaku Ami," kata Ami dengan sedikit kaku. Maklum saja ini adalah hari pertama ia duduk di bangku sekolah dasar yang lumayan terkenal di daerah K, dan para orangtua boleh mengantar sampai ke dalam kelas.
"Hai juga, aku Zira. Salam kenal ya. Kamu duduk disini aja sama aku, aku belum punya temen disini." kata Zira.
"hmm boleh, makasih ya." jawab Ami. "Ya sudah Ami Ibu pulang dulu ya, kamu baik baik disini nanti Ibu jemput kamu ya." kata Ibu Ami karena sebentar lagi jam belajar akan di mulai. " Iya ibu," jawab Ami. Setelah kepergian Ibunya Ami diam saja tak berani bertanya sebelum orang lain bertanya. Dan muncullah beragam pertanyaan dari Zira yang membuat Ami kewalahan menjawabnya.
" Oh ya Ami, Kamu dari sekolah mana? Rumahmu dimana? Aku pengen main ke rumahmu boleh nggak? Kayanya seru deh main bareng." ucap Zira dengan semangat.
" Aku dari TK Hidayah, Rumahku di gang pandawa, kamu boleh main ke rumahku, asal kamu izin duku ke Ibumu yaa." jawab Ami singkat. "Huwaa, aku di gang diponegoro, cukup dekat dengan rumahmu, ah nanti aku minta izin ke bunda untuk main ke rumahmu ya, hari ini. Ingat habis pulang sekolah aku kerumahmu okeh." kata Zira lagi. " okeh. " jawab singkat Ami.
Begitulah kisah singkat pertemuan antara sahabat klop Ami dan Zira. Ikuti terus kisahnya yaa.
Saat kelas 5 SD
Zira baru saja terpilih menjadi anggota inti pramuka. Maklum saja Zira mempunyai bakat pada bidang itu jadi dia ikuti saja, untuk menambah pengalaman juga. Zira masuk golongan siaga (yang pernah ikut pramuka tahu dong apa itu siaga) karena umurnya masih 10 tahun saat itu. Dan 2 bulan lagi akan di adakan lomba pesta siaga yang akan di ikuti oleh Zira dan anggota lainnya.
Dimana Ami? Ami tidak ikut dalam pramuka ini. Alasannya, yaitu Ami tidak di izinkan oleh Ibunya. Ibu Ami khawatir Ami akan kelelahan mengikuti kegiatan itu, dan saat itu juga Ami baru saja sembuh dari sakitnya. Memang tidak terlalu parah namun cukup membuat ibunya kewalahan untuk mengurus Ami yang sakit.
Zira berlatih dengan giat, agar Dia dan anggota lainnya mendapatkan juara. Ini juga merupakan lomba pertama yang di ikuti Zira. Ami pun tak lupa memberikan semangat kepada Zira dan terkadang membantu Zira dalam beberapa hal. Yang satu berjuang, yang satu memberi semangat ( uuu couple friend deh).
2 minggu sebelum lomba di mulai...
Ami dan Zira sedang belajar di kelas. Saat guru sedang keluar kelas, Zira ingin ke toilet dan meminta izin kepada ketua kelas. " Zia, aku izin ke toilet yah. Udah kebelet nih." " ya udah, nggak usah lama - lama, " jawab Zia si ketua kelas." Mau di temenin ra? " kata Ami." nggak usah aku cuma bentaran kok, dah. " Zira pun pergi ke toilet dengan tergesa gesa. Untunglah dia sampai dengan selamat di toilet. Setelah menuntaskan maksudnya, Zira pun segera kembali, namun langkahnya terhenti ketika Kakak kelas mengahadang jalannya.
"oh jadi ini, pemimpin regu putri yang katanya bagus banget, di puji sana sini, eh ternyata tampangnya kek gini, ih ga level banget deh buat jadi pemimpin. Udah deh mundur aja, nggak guna tahu nggak. " kata kakak kelas itu yang di ketahui bernama Chika." bener tuh Chik, mendingan kamu yang jadi pemimpinnya. Udah cantik, tinggi, putih,kaya. Kurang apalagi coba di banding dia yang nggak ada apa apanya. "kata teman chika yang merupakan satu genk. Zira pun mencoba untuk tenang dan mengendalikan emosinya yang hampir meluap karena mendengar kata kata kakak kelasnya ini." permisi kak, saya mau kembali ke kelas," kata Zira dengan sopan. Ia masih mencoba untuk sopan di depan kakak kelasnya meskipun mereka telah merusak mood nya hari ini. " cih baru jadi pemimpin aja udah sombong, liat aja nanti." kata chika seraya memandang punggung Zira yang sedang berjalan meninggalkan mereka. *sabar Zira, kamu nggak boleh kepancing sama kata kata busuknya itu, huh sabar sabar* kata Zira dalam hati. Akhirnya Zira sampai di kelasnya dan mendapatkan ocehan dari Ami. " kamu kemana aja si ra? Tadi guru nyariin, untung kamu dah izin ke Zia. Kalu nggak bisa habisAku sama Pertanyaan guru tadi. Ihh kok malah diem si, aku lagi ngomong ini."
* cerita nggak yah soal tadi, emm ga usah aja deh ntar Ami nambah ngocehnya. Kapan kapan aja deh.* Batin Zita" udah ngocehnya? " jawab Zira. Yah pantas saja Zira mendapat ocehan Ami karena Zira kembali ke kelas saat jam pelajaran telah usai. " ishhh apaan coba. Dah lah aku mau ke kantin, bye." balas Ami dengan ketus. " yayaya ayoo," jawab Zira. Ami dan Zira pun pergi dari kelas dengan Zira merangkul Ami. Tahu kan kalau Zira lebih tinggi dari Ami. (yah walaupun cuma sedikit).
"kamu mau beli apa Mi? " tanya Zira saat sampai di kantin sekolah." mmm batagor aja deh, " jawab Ami setelah memikirkan apa yang ingin dia makan. " ya udah, alu ke tukang cilok ya. "kata Zira kemudian berkalu meninggalkan Ami.
" udah Ra? "tanya Ami setelah selelsai membeli batagornya." udah, yuk ke kelas lagi. " sahut zira. Dan mereka berlalu menuju kelas mereka.
Saat jam pulang sekolah....
"mi, Aku kebelet lagi. Mm titip bentar ya tasnya, tungguin di sini aja ya." kata Zira. " ya ela, jangan lama lama." jawab Ami.
Zira pun pergi ke kamar mandi, setelah selesai Zira ingin langsung menemui Ami tetapi nasib baik belum berpihak padanya. Kakak kelas yang tadi pagi mencegahnya kembali. "Belum ngundurin diri juga kamu? Haruz berapa kali sih di bilangin ngeyel banget sih. Kamu tu nggak cocok buat jadi pemimpin, ngerti nggak si!!" kata Chika. * Ya allah kuatkan lah hambamu ini*batin Zira. "Nggak, aku nggak akan ngundurin diri!! "jawab Zira dengan pasti.
" ih kamu yaa!! "
.....