SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Seption Online

Seption Online

Prolog : World in Development

???????, 5 Februari 2012 (waktu sore hari)

“Aarrgh!!!” teriak si Naga hijau kesakitan. Dia menjatuhkan senjata Kapak (Axe) miliknya. Untungnya tempat itu adalah jembatan dengan jalanan luas dan pondasi yang kokoh sehingga kapak itu tidak jatuh menembus jembatan. 

Naga hijau itu basah kuyup, bertelanjang dada seperti makhluk-makhluk di hadapannya, dan bercelana panjang biru tua tanpa alas kaki. Di sekujur tubuhnya terlihat banyak bekas luka goresan, luka bakar, dan lebam yang mewarnai tubuh naga hijau itu. Dia roboh akibat serangan skill dari lawan-lawannya. Dia berniat bangkit, namun saat dia masih berjongkok dua sosok makhluk lain yang sepertinya bawahan dari Naga abu-abu dengan cepat mencengkeram kedua tangannya sehingga dia tidak bisa melawan balik dan meraih kembali kapaknya. Dia hanya bisa meraung mencoba melepaskan diri. Ada sejumlah darah yang mengalir dari dadanya namun dengan cepat tersapu oleh hujan yang membasahi tubuhnya. 

“Jangan melawan!!” perintah Naga abu-abu dengan lantang. 

Postur tubuh Naga abu-abu itu hampir identik dengan lawannya si Naga hijau. Perbedaan mencolok dari keduanya adalah tubuh dari Naga abu-abu itu bersih dari luka apa pun dengan tinggi yang lebih pendek. Naga abu-abu itu bercelana panjang putih dan menggenggam senjata Tombak (Spear) dengan kedua tangannya. 

“Kau tidak memiliki Mobius dan kalah jumlah!!” seru si Naga abu-abu. “Kuharap kau menyadari posisimu dan mengerti kalau kami bukan musuh.”

“Pro-profesor Sepith!!” panggil sosok anjing coklat muda kerdil di sebelah kiri naga itu. Dia menggenggam senjata Seruling (Flute) dengan celana panjang hitam seperti bawahan yang lain. “Postur tubuhnya itu, kau yakin dia...”

“Tidak salah lagi Hamelin,” sela Sepith. “Yang bisa mengakses dunia virtual ini seharusnya hanya kita berempat sekarang. Dia tamu tak diundang.”

“Bagaimana bisa??” tanya sosok Golem putih, makhluk mirip gorila bertubuh batu yang menahan tangan kiri si naga hijau. “Bukankah kita seharusnya bisa mengontrol kesadaran mereka??”

“Rook, dunia ini ada hukum alam tersendiri dan dialah yang bisa melawan hukum alam itu,” jawab Sepith tegas.

“Pendragon, the Immortal Beast,” kata Naga biru muda yang menahan tangan kanan si naga hijau. “Aku tidak pernah menyangka akan langsung menyentuh tangannya sekarang...”

“Apakah dia idolamu, Aquos??” Rook mencela rekannya.

“Aku bukan penggemarnya, bodoh!!” sanggah Aquos ke rekannya di sisi lain.

Rook dan Aquos terlihat akan beradu mulut, tetapi keduanya terdiam karena suara Pendragon yang terdengar galak. “Siapa kalian semua dan kenapa aku berada di sini??”

Sepith menancapkan senjatanya di atas jembatan. Dia bertanya dengan pandangan yang fokus, “Sebelum menjawab itu, apa kau …eh, maksudku apa Anda ingat sesuatu, apa pun sebelum Anda terbangun di jembatan Mjolnir?”

Pendragon memejamkan mata dan menunduk, terlihat berpikir keras. Dia kemudian memandang Sepith, “Yang kuingat samar-samar hanyalah saat aku berkeliling di suatu dungeon yang sangat gelap dan saat itu aku hanyalah arwah familia yang gentayangan.”

“Itu adalah memori dari dunia lama,” timpal Sepith. “Anda sekarang sudah menempati tubuh baru.”

“Tubuh baru...,” ulang Pendragon. Dia memandang tubuhnya sendiri, mengamati bekas-bekas luka yang terlihat familier. Dia tidak terlihat senang memandang kondisi dirinya dan sosok-sosok hewan di sekitarnya. 

“Kami akan menjelaskan apa yang sedang terjadi saat ini,” kata Sepith. “Dunia baru ini masih belum selesai dibangun ulang, kita bahkan belum memiliki pakaian yang layak.”

“Jadi, itu alasanmu tidak mengajak para kepala staf yang gender-nya wanita ke sini,” kata Hamelin sambil bertepuk tangan.

“Sudah jelas, bodoh!!” sembur Sepith dengan tangan kiri mengepal ke arah Hamelin. 

Terdengar bunyi keruyukan yang sangat keras.

“A-aku...,” kata Pendragon menundukkan kepalanya. 

“Lapar adalah bukti Anda makhluk hidup,” kata Sepith bijak. “Ikutlah dengan kami ke perkemahan.” 

Kedua bawahan Sepith melepaskan pegangan mereka dari tangan Pendragon, namun Pendragon diarak di posisi tengah untuk berjaga-jaga. Grup itu mulai berjalan ke arah barat jembatan meski hujan semakin deras.

“Ini ke arah barat, apa kita menuju akademi??” tanya Pendragon. 

“Tadinya dan nantinya akan menjadi akademi,” jawab Sepith menoleh ke belakang. “Anda pasti sudah familier dengan struktur kota ini sejak dulu.”

“Profesor, hari ini kita hanya menyiram semua benih tumbuhan yang sudah ditanam dengan bantuan hujan ini, bukan?” tanya Rook ragu. 

“Ya, tapi ingat tugasmu untuk mencocokkan rancangan blueprint untuk struktur akademi,” balas Sepith. Dia melihat Rook yang mengangguk. 

Beberapa menit setelahnya, mereka tiba di ujung sungai yang terdekat dari tepi jembatan. Ada empat tenda di sana untuk masing-masing makhluk selain Pendragon. 

“Kerjakan tugas kalian, aku akan memasak untuk tamu kita,” perintah Sepith kepada bawahannya di depan tenda miliknya. “Pendragon, masuklah ke dalam.”

Pendragon memasuki tenda milik Sepith  dan duduk di dekat sebuah obor yang menghangatkan dirinya. Dia mengintip keluar dan melirik masing-masing ketiga bawahan Sepith yang berpencar ke arah yang berbeda. Sepertinya dia tidak berhak untuk mengetahui apa tugas bawahannya saat ini. 

“Yah, sisi positifnya aku jadi punya teman mengobrol,” kata Sepith menghampirinya. 

Sepith mengeluarkan kompor dan panci berisi daging ayam, kuah, dan bermacam sayuran di sebelah obor entah dari mana, terlihat seperti sulap. “Err, sori kalo tidak ada handuk. Kami semua sudah basah kuyup sejak siang tadi.”

“Tidak masalah, lebih baik basah daripada kepanasan sampai terbakar seperti bekas luka ini.” Pendragon meraba-raba bagian perut kirinya dengan tangan kanannya.

Sepith memandang salah satu luka bakar yang diraba Pendragon. Dia tidak ingin merespons apa maksud Pendragon dan berusaha mengganti topik. 

“Ini salah satu kekuatan alat bernama Mobius, singkatan dari Mobile Orbment, Battle, Inventory, and User Storage!!” ujar Sepith dengan benda aneh di tangan kirinya sembari menunjuk peralatan memasak. “Anda nanti juga bisa menggunakan benda ini dan melihat bagaimana kondisi Anda seperti HP, MP, skill, equipment, dan sebagainya.”

Pendragon melihat benda yang asing di tangan kiri Sepith. “Sepertinya bahasamu jadi lebih formal kepadaku setelah pertarungan tadi.” 

“Anda lebih tua dariku, bukan? Suaramu membuatku teringat dengan almarhum ayahku.” 

“Yah, terserah. Fungsinya mirip dengan gelang ajaib yang dulu itu?” tanya Pendragon. 

“Gelang di tangan kiri sang Sovereign? Persis. Hanya saja, semua penduduk dunia ini akan bisa memiliki benda ini,” jawab Sepith menyeringai. 

“Kau bicara begitu seolah kau kenal baik dengannya!!” bentak Pendragon tersinggung, wajahnya galak memandang Sepith. 

“Wah, maaf kalau Supreme sepertiku tidak sopan kepada yang lebih tua,” kata Sepith merendahkan diri. “Aku kenal baik dengan Sovereign pertama. Kalau Anda belum tahu, Supreme adalah tangan kanan Sovereign. Tapi di era dunia pertama, aku belum punya tubuh untuk bisa berkomunikasi dengan kalian para Survivor.” 

Mata Pendragon berubah menyipit tanpa kata-kata. 

“Anda seharusnya sudah tahu mekanisme dunia ini bukan?” Sepith bertanya balik. “Walau kita semua akan belajar hal baru, konsepnya sama. Lalu, Sovereign bukan lagi satu-satunya makhluk asing di dunia kalian. Akan ada aku sang Supreme, bawahanku para Scion, dan para Savior.” 

“Maksudmu, kalian para penghuni planet Earthes?” tanya Pendragon mengonfirmasi. Dia mulai mengambil masakan sup ayam ke mangkuk dan memakannya dengan lahap. 

“Itu benar. Sebenarnya ini sudah terjadi sejak proyek dunia kedua. Ini adalah proyek yang ketiga,” ungkap Sepith sambil memakan sup ayam. 

“Dunia kedua. Itu saat aku hanya sepotong arwah,” kata Pendragon terdengar sebal. 

“Apa Anda merasa senang dengan tubuh baru ini?” tanya Sepith penasaran. 

“Entahlah,” jawab Pendragon meletakkan mangkuk dan sendoknya. “Aku hanya tidak mengerti soal pergantian tubuh dan kenapa kami terjebak di dunia ini. Artinya istriku, anakku, dan semua yang kukenal akan kembali. Tapi...”

Sepith melihat wajah Pendragon yang melotot, terlihat frustasi. Suara hujan deras seolah menambah efek dramatis suasana itu. 

“Kami Survivor hanyalah makhluk penghuni penjara ciptaan kalian, bukan?? Kalau ini adalah siklus ketiga, kami harus bertarung lagi!!” umpat Pendragon, beralih meninju-ninju tenda tanpa memandang ke arah Sepith.

“Pendragon,” panggil Sepith dengan nada serius. “Aku tidak menyangkal kalau kalian terkurung di dunia ini. Tapi tempat ini bukan penjara. Kalian bukan katak dalam tempurung, melainkan seperti ikan di dalam akuarium yang masih bisa bergerak bebas dan hidup bersama kami. Itulah tugas kami.”

“Apa kau mengira aku bersenang-senang dengan gelar Immortal??” raung Pendragon yang kembali memandang Sepith. Sepith memandang sedikit air mata Pendragon.

“Kami tidak berpikir begitu,” kilah Sepith yang berusaha tenang. “Kami bekerja di sini demi eksistensi kalian. Nyawa kalian sama berharganya dengan penduduk di Earthes.”

Pendragon mengalihkan pandangannya, mengusap air matanya. Dia mencoba bersandar meski tidak ada tembok yang kokoh di ujung tenda itu. 

“Anda memiliki opsi untuk tidak ikut bertarung. Itulah fungsi para Savior nantinya,” tegas Sepith meyakinkan Pendragon. 

“Tidak, keahlianku hanyalah bertarung,” sanggah Pendragon. “Sejak dulu, aku bertarung dengan niat mencari kematian. Tapi tidak ada musuh yang berhasil membunuhku. Di dunia sebelumnya, aku mati karena kondisi alam.”

Sepith hanya membatin sambil mencerna kata-kata Pendragon. Survivor memiliki sistem imunitas untuk tidak bisa bunuh diri secara sengaja. Mungkin saja sedikit bekas luka itu akibat Pendragon yang melukai dirinya sendiri. 

Keduanya terdiam dan hanya menyantap makanan mereka. Beberapa menit kemudian, Sepith mulai berbicara lagi.

“Jadi, apa keputusan Anda sekarang?” tanya Sepith serius. “Aku tidak memaksakan apa pun untuk bekerja sama dengan kami para Scion.” 

“Aku akan hidup bersama kalian. Tapi peranku akan terus bertarung, hanya itu,” tegas Pendragon. “Apakah ada sosok monster atau siapa saja yang bisa membunuhku? Akan kulihat jawabannya.”

 “Baiklah, akan kuberitahu sekarang,” kata Sepith yang mulai berdiri dan berbalik badan. 

“Kami sudah lama mengembangkan gim Seption Online sebagai pemugaran dari gim sebelumnya. Saat ini gim sudah mencapai tahap akhir pengembangan dan akan dilakukan Internal Beta Test dari para Scion.”

“Dunia Seption...,” gumam Pendragon menyimpulkan, sambil mengunyah daging ayam. 

“Kita akan menyambut para Savior dari planet Earthes,” kata Sepith lantang sambil berjalan keluar dari tenda. “Serta menyaksikan siapa yang akan terpilih menjadi Sovereign kedua!!!” 

Pendragon bertepuk tangan sambil mencemooh, “Latihan pidato yang bagus, Pak. Tapi kau jadi basah kuyup lagi karena berjalan keluar!!” 

Pendragon melihat Sepith yang berbalik badan kembali ke tenda. “Ku-kurasa harus kutambahkan efek bersin kalau kita kedinginan. A-anda tidak merasa ingin bersin atau apa pun saat basah kuyup di luar tadi?” 

Pendragon menggeleng dengan muka yang kusut. Sepith menghela napas sambil berpikir apa yang harus dia lakukan untuk merawat sekaligus mempekerjakan Pendragon selama masa pengembangan Gim ini. 

Chapter 1 Act 1 : Tutorial

Dragavar West Gate, 28 September 2012 (pukul 14.45 WIB)

Seekor kucing mendadak berdiri di pinggir sungai beraliran air panas itu. Tidak seperti kucing normal yang berdiri dengan empat kaki, dia berdiri dengan kedua kakinya seperti manusia. Dia mulai berjalan dan memandang sekeliling. Dia juga melihat-lihat tubuhnya sendiri yang berambut putih dan mengenakan seragam putih dengan rompi dan rok berwarna biru.

Tubuhnya yang kecil mungil di depan monitornya menandakan bahwa dia sudah teleportasi ke tempat baru di dunia virtual yang sedang dimainkan setelah melakukan tutorial di akademi. Layarnya berubah dari perspektif orang pertama saat di akademi menjadi perspektif orang ketiga di tempat asing itu.

Dia mulai mengamati layar kiri atas di monitornya dengan foto kucing itu beserta informasinya.

Vestalia (Eldora)

HP 644/644

MP 200/200

Lv.5/Magician/Lv.3/Exp.17.4% (Hide Info)

Dia mengamati bagian monitor lainnya. Di layar kiri bawah terdapat Chat Box untuk mengetikkan pesan pribadi dan memilih emoticon. Di layar kanan atas terlihat peta yang disebut mini map dan berbagai ikon menu di dalam gim. Di layar kanan bawah terdapat satu baris ikon dengan judul Command (Magic) yang saat ini hanya terisi satu ikon pedang bertuliskan Attack.

Sebuah tulisan di depan monitor memandunya untuk berjalan sesuai GPS di mini map. Sambil berjalan dengan mengarahkan kursor menggunakan tetikusnya, dia terus membaca rangkaian tulisan yang muncul secara bergantian seperti presentasi. Jadi ini yang disebut tutorial. Entah kenapa, meski tulisan-tulisan ini bertujuan mengajarkan cara-cara dia mengontrol tubuh karakternya di dunia virtual ini, dia dengan cepat memahami kontrol tubuh karakter ini. Toh, dia hanya perlu mengarahkan tetikus atau menekan tombol empat arah pada papan tombol yang tertera pada monitor itu.

Kucing itu berhenti berjalan di titik GPS sesuai panduan. Muncul tulisan lain di monitornya yang menandakan instruksi tutorial selanjutnya di dunia virtual itu.

Ada sosok naga berkulit hijau tua yang sedang tertidur di bawah pohon beringin yang rindang. Pakaiannya berupa kemeja putih yang tidak dikancing disertai rompi dan celana panjang biru tua. Di dada tengah yang terbuka itu, dia melihat beberapa bekas luka goresan. Dia jadi teringat dengan Profesi Blacksmith yang pernah dia lihat dari situs resmi gim itu. Meski motif dan ukuran pakaiannya sedikit berbeda dari yang pernah dia lihat. Naga itu duduk bersandar di pohon dengan tangan terlipat di dadanya, dengan kedua kaki yang tanpa alas sama seperti kucing itu.

Itu adalah manusia naga, disebut dengan Dragonic. Kalau diingat-ingat, bukankah ini wajah naga yang dia lihat di ikon aplikasi gim ini? Sekali lagi muncul tulisan di monitornya. Tulisan itu memberi instruksi untuk membangunkan naga itu dengan memanggil namanya menggunakan suaranya.

“A-Aku harus bersuara?” pekik gadis yang menjadi pilot karakter kucing itu. Pantas saja gim ini membutuhkan perangkat keras berupa Penyuara (Headphone) sebagai sarana untuk berbicara. Suatu teknologi baru dalam gim agar para pemain mampu saling berbicara dalam jarak jauh, sama seperti telepon.

Gadis itu menarik napas. Padahal dia tidak akan berpidato atau bernyanyi tapi kenapa hanya sekadar bersuara dia menjadi gugup? Apalagi hanya satu kata yang perlu diucapkan dan tidak ada orang lain yang akan mendengarkannya.

Dengan gugup dan perlahan dia mengucapkan nama yang tertulis di monitornya, “Pen-dra-gon!!” Tapi satu detik setelahnya terdengar suara yang mirip dengan suaranya sendiri dan itu bukan hanya satu kata, melainkan satu kalimat. “P-Permisi, apa benar kau Pendragon?”

Dia mendengar suaranya sendiri? Ditambah lagi suaranya jauh lebih lugas daripada suara asli yang dia ucapkan.

Dia terkejut melihat monitornya, sang naga mulai terbangun. “Hmmmm? Apa kau memanggilku, Nona?”

Pendragon menguapkan mulutnya. “Oh, apakah kau yang bernama Vestalia?” Gadis itu mendengar suara Pendragon yang terdengar seperti suara pria separuh baya yang lebih tua dari ayahnya sendiri.

“Yes !!” Vestalia menjawab. Gadis itu tidak bersuara tapi karakter kucingnya menjawab dengan otomatis. Lagi-lagi dia mendengar suaranya sendiri. Ada tulisan lain di tengah monitor yang menjelaskan tentang Thoughts, yaitu dialog otomatis yang terjadi setelah pemain melakukan pilihan dari jawaban yang tertera di monitor dalam waktu terbatas.

“Aku sudah menunggumu. Maaf kalau aku tidak sopan karena tertidur,” kata Pendragon. “Aku hanya sedikit lelah karena—uhuk, sudahlah.”

Pendragon sedikit terbatuk, tapi kemudian mulai berdiri, “Aku adalah instrukturmu di studi lapangan hari ini, bersama satu murid yang lain.”

Gadis itu mencoba memahami percakapan itu, dia baru saja selesai menghadiri kelas dan langsung mengikuti studi lapangan. Dia bersuara sendiri, “Studi lapangan?” Kalimat itu terekam dan terucapkan ke karakternya, membuatnya kaget.

“Pelajaran untuk tahap pendidikan menjadi Savior,” balas Pendragon sambil berlipat tangan. “Kau sudah terdaftar menjadi Savior di bawah Asosiasi Blue Falcon. Kau sekarang menjadi Magician dan menjalani proses sertifikasi.”

Gadis itu langsung mengerti. Dia sudah mengetahui informasi ini dari situs septionworld.com serta dari informasi awal saat melakukan desain karakter dan pertama kali memasuki gim. Dia mulai mengingat kembali proses pembuatan karakternya. Semua pemain harus memilih satu dari tiga asosiasi untuk progres Profesi dan satu dari tujuh Tribe yang membedakan spesies hewan atau manusia pada karakter buatannya. Pemain dalam gim ini dipanggil sebagai Savior, yang berfungsi sebagai prajurit bayaran untuk melindungi dan menolong penduduk dunia virtual yang disebut Survivor.

Saat ini, profesinya adalah Magician sesuai perkataan Pendragon. Profesi ini memiliki kemampuan bertarung, disebut juga Skill yang berkaitan dengan sihir elemen dan teknik lainnya yang disebut Buff, sihir untuk memperkuat pemain. Selain Magician, para pemain bisa memilih Scout dari Asosiasi Gold Hawk atau Fighter dari Asosiasi Black Raven. Setiap Profesi ini akan mengalami promosi ke Profesi yang tingkatnya lebih tinggi, mulai dari rank D sampai dengan rank S.

“Aku sudah mendapat pesan dari Maester Vanilla kalau kau dikirim dengan Warp Portal, sihir transportasi instan dari kota Mjolnir,” kata Pendragon. ”Tribe Eldora selalu membuatku gemas, hewan-hewan seperti kucing, anjing, dan kelinci. Kau juga terlihat masih muda, Nona.”

Pendragon baru saja memberikan deskripsi beberapa hewan yang termasuk dalam Tribe Eldora, yang berisi hewan-hewan peliharaan di dunia nyata. Setiap Tribe memiliki variasi wujud hewan-hewan yang berada dalam kategori tertentu. Tribe Featherman memiliki semua variasi dari hewan burung. Tribe Morphius berisi beragam hewan buas. Tribe Human yang berupa manusia sendiri terdiri dari bermacam tipe kulit dan wajah. Tiga Tribe yang tersisa dipenuhi hewan-hewan dan makhluk mistis yang tidak ada di dunia nyata seperti Dragonic, Fairy, dan Diabolus.

Percakapan berlanjut pada dialog otomatis yang dia pilih topiknya di monitor. “Kau bilang ada satu murid yang lain?” tanya Vestalia penasaran.

“Itu benar dan aku sendiri sudah memeriksa biodatanya.”

Kali ini dia benar-benar penasaran. Ada murid selain dirinya, artinya dia akan bertemu orang lain yang juga memainkan gim ini bukan? Gim ini bersifat daring atau online, artinya dia bisa bertemu dan berkomunikasi dengan pemain lain seperti dirinya. Mereka sedang menunggu murid ini sekarang? Pendragon yang menjadi instrukturnya ini apakah pemain juga?

“Nah, Nona. Sambil menunggu apa kau ingin pemanasan?” tanya Pendragon bersemangat. “Kau bisa mendapat nilai tambahan kalau kau melakukan ini dengan baik.”

“Yang benar?” timpal Vestalia dengan adegan otomatis. Apa yang terjadi sekarang? Muncul tulisan di depan monitornya lagi yang kelihatannya meneruskan tutorial.

Pendragon menjentikkan tangan kirinya. Muncul sosok empat ekor naga kecil berkulit jingga yang berkaki empat dan bertuliskan nama Draco. Tidak seperti Pendragon yang bertingkah dan berdiri seperti manusia, naga-naga ini lebih mirip dengan hewan naga yang pernah dia lihat di internet. Naga-naga itu juga memiliki sayap, tidak seperti Pendragon yang baru dia sadari tidak memiliki sayap untuk terbang.

“Mereka adalah monster dengan tingkat kesulitan rendah, yang dipanggil Scare. Seharusnya sudah kau pelajari teorinya di akademi,” terang Pendragon, gaya bicara dan gerakannya sudah seperti pengajar. ”Para Savior akan memburu para Scare ini untuk banyak sumber daya dari uang, material, dan banyak sumber daya lain yang akan kau dapat.”

Entah bagaimana gadis itu mengerti apa tugas yang harus dia kerjakan, yaitu melawan monster-monster ini.

“Siapkan Mobius-mu dan mulai bertarung! Monster-monster ini tidak tergolong buas sekarang, jadi jangan takut!” perintah Pendragon dengan lantang.

Tangan kiri Vestalia sekarang memegang sesuatu yang jelas sekali mirip dengan Smartphone di dunia nyata. Gadis itu bertanya-tanya, dia akan bertarung dengan Smartphone bernama Mobius ini?

Pendragon memberikan instruksi. “Buka mode inventori dan ucapkan Keyword—Kata Kunci—senjata pilihanmu!”

Gadis itu memandang empat jenis senjata yang muncul di monitornya terdiri dari Mace, Book, Racket, dan Staff. Dia harus memilih salah satunya dan mengucapkan nama senjatanya. Sepertinya tidak ada bedanya menggunakan senjata yang mana pun, setidaknya itu yang dikatakan tutorial saat ini.

Dia bersuara, “Racket!!” Tangan kanan Vestalia mendadak memegang Racket, senjata yang sudah dia pilih. Bentuknya lebih mirip dengan pemukul kasti yang bagian kepala pemukulnya kembung seperti balon. Secara otomatis Vestalia menyimpan Mobius ke dalam saku dan kini kedua tangannya memegang Racket.

“Jadi, kau akan bertarung dengan sihir,” kata Pendragon. “Arahkan bola-bola sihir dari Racket ke arah para Draco ini.”

Ada instruksi untuk mengarahkan kursor ke arah tubuh para Draco di monitornya dengan tetikus agar menjadi target. Setelah itu, dia harus menekan ikon Attack di barisan Command dengan tombol F1 yang tertera di layar. Saat gadis itu melakukannya muncul empat bola seukuran bola tenis yang berwarna transparan. Bola-bola itu dipukulkan seperti bola tenis mengenai para Draco. Ada angka-angka yang muncul ke masing-masing Draco menunjukkan 200 Damage—poin yang mengurangi tingkat ketahanan tubuh para Draco itu.

“Damage yang kau hasilkan akan mengurangi Health Point, disingkat HP dari para Draco itu,” ujar Pendragon. “Mereka akan terjatuh lemas, disebut dengan tumbang atau Knocked Out, jika HP mereka berkurang hingga nol.”

Para Draco itu membalas menyemburkan bola-bola api kepada Vestalia. Sama seperti para Draco, dia terkena Damage tetapi tidak sebesar yang dialami oleh para Draco itu. HP-nya berkurang dengan total 100 poin dari 644 menjadi 544.

“Berhati-hatilah jangan sampai HP-mu menjadi nol. Gunakan Item, yaitu barang-barang yang bisa kau makan dan minum, salah satu fungsinya untuk menambah HP dengan mengucapkan namanya sebagai keyword. Kalau kau berada dalam kondisi tumbang dan tidak ada Savior lain yang menolongmu, kau bisa memberi perintah Mobius untuk mengirim tanda darurat agar petugas medik asosiasi membawamu ke rumah sakit,” jelas Pendragon dengan detail.

Secara garis besar gadis itu mengerti dengan tutorial ini, dia pernah memainkan gim sejenis RPG meski bukan bersifat daring.

Pendragon melanjutkan tutorial, “Kau sudah memberikan Damage pada para Draco ini. Tetapi, kau seharusnya sudah belajar kalau mereka memiliki Tubuh Elemen. Kali ini, gunakan Sihir yang kau pelajari dari Mobius.”

Tutorial berlanjut dengan pengenalan perangkat Mobius yang ternyata singkatan dari Mobile Orbment, Battle, Inventory, and User Storage. Mobius memiliki beragam aplikasi yang sebenarnya merupakan tampilan user, disebut juga User Interface pada monitor. Kemudian, di monitornya muncul tampilan yang berbeda bertuliskan Battle Mode : Skill Tree. Ada berbagai macam sihir yang bisa dipelajari. Dia mengikuti instruksi di tutorial dan mempelajari sihir baru bernama Water Ball. Ikon skill itu sekarang ada di sebelah ikon Attack dengan tombol F2.

“Para Draco memiliki Tubuh Elemen api, yang lemah terhadap elemen air dan es,” kata Pendragon. “Magician saat ini hanya memiliki elemen air. Sihir Water Ball akan memberikan Damage lebih besar. Ucapkan keyword-nya sekarang.”

Ada tutorial lain yang menjelaskan penggunaan Skill dan Command di monitornya. Gadis itu memiliki pilihan untuk menggunakan ikon sihir di Command dengan tombol F2 atau mengucapkan keyword.  Dia mengucapkan keyword dan kali ini muncul lagi empat bola sihir namun bola itu kini berbentuk gelembung air dan terbang menyerang para Draco. Keempat Draco itu langsung terkapar karena HP mereka semua menyentuh nol dengan Damage masing-masing 500 poin.

Pendragon bertepuk tangan. ”Kerja bagus, Vestalia. Sekarang ada monster yang lebih kuat. Coba kau kalahkan.” Dia menjentikkan tangan kirinya lagi. Vestalia terkejut sambil menjerit, “Hooeeee!!!!!!!”

Terpopuler