SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
RINTIHAN SENDU DI KAMAR SEBELAH

RINTIHAN SENDU DI KAMAR SEBELAH

01

Hari ini seperti biasa Danu dan Ria pergi menuju salah satu gunung didekat Pulau Jawa untuk melakukan ritual yang pria tua perintahkan. Setiap bulan, mereka tak henti hentinya harus membeli seekor kerbau untuk mereka tumbalkan ketika makhluk yang membuatnya kaya raya menginginkan santapan agar tak mengambil harta yang selama ini mereka kumpulkan.

Ya, tak dapat dipungkiri jika memang pesugihan yang Danu dan Ria lakukan selama 20 tahun mereka lakukan sudah membuat keduanya menjadi orang terkaya dikampungnya.

Darah segar yang menetes di leher sang kerbau, mereka tampung didalam wadah kecil untuk melakukan ritual selanjutnya. Tanpa rasa takut ataupun rasa jijik, keduanya begitu tenang menyembelih seekor kerbau dihadapannya dan kemudian meminum darah yang sudah ia kumpulkan.

Kebiasaan yang sudah lama mereka lakukan, membuatnya tak sedikitpun merasa mual dengan aroma anyir yang menyeruak disekitar tempat tersebut. Pria tua yang selama ini mereka panggil sebagai si mbah, terus saja melafalkan bacaan yang pelan dengan mata yang tertutup serta tangan yang tak henti hentinya bergesekan satu sama lain.

Sesekali ia memegang kemenyan dan memakan beberapa bunga, serta menyemburkan air ke arah api yang menyala dengan besar dihadapannya. Hutan yang hening dan gelap,tak membuat ketiganya merasa ketakutan ataupun kedinginan.

"Habiskan darah itu dan seperti biasa kau pejamkan mata serta menunduklah sebagai tanda penghormatan pada iblis yang datang" perintah si mbah dengan nada yang tegas.

"Baik mbah"

Keduanya terlihat bersimpuh diatas tanah dengan mata terpejam serta badan yang condong seperti sedang bersujud.

Angin yang kencang, serta suara berat tertawa mulai terdengar menggema di seluruh penjuru hutan. Suara hewan hewan tak terdengar sedikitpun kala sosok bersuara menyeramkan tersebut mulai datang menghampiri ketiga manusia yang sudah tersesat dijalan ya salah.

"BERIKAN AKU TUMBAL MANUSIA"

Suara berat yang keluar dari mulut makhluk berbulu dihadapan ketiganya sontak saja membuat Danu tercengang dan mentap tak percaya pada sang dukun.

"Tapi selama ini perjanjiannya hanya tentang sesajen serta seekor kerbau saja! aku tak mau jika kau memintaku untuk menumbalkan manusia" Danu yang emosi menyela perkataan makhluk menyeramkan dihadapannya.

"HAHAHAHA KAU YANG INGIN SEMAKIN KAYA TAPI KAU TAK MAU MEMBERIKANKU TUMBAL MANUSIA! BAIKLAH, AKU MENGAMBIL ISTRIMU AGAR BISA KUNIK**MATI!"

Sontak saja Ria membuka matanya dan memandang sang suami agar tak membiarkan makhluk menyeramkan itu membawanya apalagi menik**mati tubuhnya. Jijik sudah pasti ia rasakan. Namun ia percaya pada Danu bahwa tak mungkin suaminya tega memberikan dirinya pada iblis tersebut.

"Kenapa dia meminta hal yang aneh mbah?! kau bilang ia takan meminta tumbal manusia lagi"

"Aku tak tahu jika ini akan kembali terjadi. Mungkin saja kau yang terlalu tamak membuat makhluk yang selama ini kau suruh membantu usahamu menjadi ikut tamak dan menginginkan tumbal manusia!" Si mbah yang merasa tak mau disalahkan membela dirinya.

Apa yang telah ia lakukan selama ini telah membuatnya begitu menganggap sepele persekutuan serta perjanjiannya dengan sosok menyeramkan tersebut. Tak ada pilihan lain untuk Danu saat ini. Hati kecilnya menolak bahkan tak menginginkan siapapun menjadi tumbal atas kekayaannya selama ini.

Kejadian dulu cukup membuatnya trauma akibat seseorang yang pertama kali ia tumbalkan di tahun pertama ia melakuka pesugihan tersebut.

"JIKA KAU TAK MAU MENYETUJUINYA MAKA AKU AKAN MEMBAWA ISTRIMU SEKARANG JUGA. AKU SUDAH MERASA SANGAT BER**H MELIHAT ISTRIMU YANG CANTIK ITU"

sosok meyeramkan tersebut terlihat menjulurkan lidahnya yang dapat diperkirakan panjangnya mencapai 4meter.

"Mas! aku tak sudi jika harus ditidu** oleh makhluk menjijikan sepertinya!" teriak Ria dengan kencang.

"Iya, iya mas juga tak mau jika kau harus tidur dengan dia. Baiklah, aku akan memberikannya tumbal manusia. Tapi berikan aku waktu untuk mencari orang yang tepat untuk ku tumbalkan"

Danu dengan tertunduk terpaksa menyetujui permintaan tersebut.

Ia sangat mencintai Ria dan tak rela jika sang istri sampai harus juga menjadi milik makhluk yang sudah memberikannya harta berlimpah seperti sekarang ini.

Pikirannya mulai berkelana mencari seseorang yang harus ia tumbalkan pada sang iblis. Hatinya seakan menolak perintah penumbalan ini sebab ia pun tak tega jika harus mengambil jiwa seseorang untuk makhluk itu makan sebab ia tahu bahwa mungkin saja orang yang Danu tumbalkan memiliki keluarga yang harus dibahagiakan. Namun ketakutan serta keterikatan dirinya dengan makhluk itu tak bisa diputus sampai kapanpun sampai ia mati.

"JIKA SAJA KAU MEMBERIKAN ISTRIMU YANG CANTIK ITU, AKU AKAN MEMBERIKAN HARTA YANG LEBIH BANYAK LAGI UNTUKMU"

"Tidak! aku tidak akan pernah memberikannya padamu!"

"HAHAHAHAH BAIKLAH KALAU BEGITU. TERNYATA KAU SANGAT MENCINTAI ISTRIMU ITU. PADAHAL DENGAN UANG YANG KAU MILIKI SAAT INI, KAU BISA MEMBELI WANITA MANAPUN UNTUK KAU MILIKI. INGAT! BAWAKAN AKU TUMBAL MANUSIA MINGGU DEPAN. KAU TAK PERLU DATANG KEMARI, KAU BISA MENANDAI ORANG YANG INGIN KAU TUMBALKAN UNTUKKU DENGAN UANG YANG KAU BERIKAN BERLUKISKAN LAMBANG AKAN DIRIKU. SIMBOL YANG AKU MILIKI"

Setelah makhluk mengerikan tersebut pergi, Danu kini bangit dan menyalahkan sang dukun yang selama ini telah membantunya mendapatkan kekayaan ini.

"Kau tak katakan bahwa ia akan kembali meminta tumbal manusia lagi? kau seolah angkat tangan dengan urusan ini. Kau itu dukun atau apa hah?!"

"Kau yang menyuruhku untuk membantu ekonomi keluargamu yang miskin itu sehingga sekarang menjadi orang kaya raya. Kau menyalahkanku seakan aku yang mengingikan kau mejadi orang kaya. Aku tak sudi berhadapan dengan orang gila sepertimu. Sekarang kau lakukan ritual ini sendirian!"

Danu yang merasa takut akan ancaman yang lebih buruk lagi dari sang iblis, dengan berat hati meminta maaf pada sang dukun dan memintanya agar terus membimbing ritual pesugihan yang selama ini ia lakukan bersama istrinya.

Kekayaan yang ia dapatkan selama ini adalah hasil jeripayahnya bersekutu dengan iblis menyeramkan tersebut. Walaupun berat untuknya menumbalkan manusia tak bersalah, namun jalan yang sudah ia pilih takan mampu membuat ritualnya berakhir. Selagi bukan keluarganya sendiri, maka ia akan menuruti permintaan iblis tersebut asal balasannya sepadan.

Si mbah yang membantunya selama ini merasa geram akibat keangkuhan Danu yang danu miliki dan membuatnya sedikit acuh atas permintaan maaf dari pria tersebut. Namun bagaimanapun ia sudah terikat dengan tanggung jawab atas bayaran yang Danu lakukan kepadanya.

"Aku akan membantumu lagi asal kau harus mencarikanku gadis perawan untuk tumbal ritualku"

"Apa! jadi mbah juga menginginkan tumbal manusia kepadaku?! apa kau sudah tak waras hah?!"

"Kau jangan pernah berani membentakku! kalau kau tak mau mencarikan tumbal untuk ritualku, maka aku akan lepas tangan jika terjadi sesuatu pada usahamu ataupun pada nyawa keluargamu. Aku sudah muak dengan orang orang tamak yang tak tahu diri sepertimu!"

Ria menepuk pundak suaminya dan mulai berbisik lembut ditelinganya.

"Aku yang akan cari gadis perawan untuk si mbah. Kau tenangkan saja dirimu. Jangan gegabah, aku tak mau jatuh miskin apalagi harus mati sebelum aku menikmati semua uangku"

Danu kembali meredam amarahnya dan mulai menyepakati persyaratan yang si mbah inginkan.

Malam kian larut, hingga dini hari telah datang Danu dan Ria baru bisa pulang dengan imbalan seperti biasa batu merah yang harus ia simpan disalah satu cabang toko yang baru saja ia buka. Kantuk yang mulai menyerang pada Ria, membuatnya sedikit terkantuk kantuk didalam mobil hingga tak selang beberapa lama ia pun terlelap dalam mimpi mengerikan yang selalu membuatnya ketakutan.

"Kau adalah wanita yang jahat! kau berhati iblis! sekitumu iblis, namun kau jauh lebih mengerikan darinya" suara melengking dari sosok wanita dengan bola mata hitam serta rambut panjang tak beraturan seakan membuat dirinya merasa ketakutan.

"Aku hanya ingin kaya dan kau adalah caraku untuk bisa mendapatkannya. Aku tak peduli dengan apa yang menimpamu kau sudah mati! dan takan bisa mencelakakanku" Ria berjalan mundur hingga terpentok ketembok.

Tangan yang pucat dengan kuku panjang yang kotor kini telah berada dileher wanita cantik bertubuh menggoda tersebut. Cekikan dilehernya berhasil membuat Ria kesulitan bernafas serta membuatnya bisa melihat dengan jelas wajah sosok menyeramkan dihadapannya dipenuhi dengan belatung yang menggeliat serta kulit yang mengelupas. Mulut sosok itu kini terbuka lebar sampai lidahnya yang panjang kini menjilati setiap jengkal wajah Ria.

02

Kukunya kini mulai menancap dileher jenjang mulus milik Ria. Darah segar mulai menetes dengan perlahan hingga membanjiri baju sang wanita yang kini tengah merasakan kesakitan. Tak ada sang suami yang selalu ia cintai saat ini membantunya lepas dari cengkaraman kuat sosok menyeramkan dihadapannya.

"Kau sudah membuatku menjadi budak iblis dan sekarang aku akan melakukan hal yang sama padamu Ria! kau tak pernah tahu hancurnya aku serta sakitnya aku dikala kau mulai menggoreskan kaca tajam diwajah cantikku! aku tak memiliki salah apapun padamu dan kau adalah sahabat baikku. Namun kau memiliki hati seperti seta*n merebut segalanya dariku! kebahagiaan, penantian, serta kedamaian yang dulu kumiliki kini kau ambil sepenuhnya dengan cara melenyapkanku!"

"Ak..aku tak merebut apapun darimu. Justru ka..u lah yang..sudah mengambil semuanya dariku" Suara Ria yang mulai terdengar terbata bata begitu merdu ditelinga sosok wanita berwajah hancur tersebut.

Senyumnya yang menyeringai serta tawanya yang begitu nyaring terasa menakutkan saat ini.

Danu yang melihat istrinya terlelap dengan berteriak teriak seketika menepikan mobilnya dan mulai membangunkan istrinya yang saat ini tengah histeris. Entah apa yang istrinya mimpikan, yang jelas Danu sangat tahu bahwa saat ini mungkin sang istri tengah mengalami mimpi buruk.

"Sayang! sayang! bangun! kau kenapa?!" beberapa kali Danu menepuk pipi sang istri hingga mencoba menggoyangkan tubuhnya. Sampai beberapa menit kemudian sang istri akhirnya terbangun dan langsung memeluk tubuhnya.

"Dia, dia, wanita jal**ng itu ingin membunuhku mas! "

"Siapa dia? Irma? kau bermimpi tentang gadis desa yang sudah mati itu lagi ? sudahlah Ri, Dia sudah kita berikan pada makhlus itu. Mana mungkin ia bisa menyakitimu"

"Aku serius mas! dia mencengkram leherku dengan kuat dan menancapkan kukunya yang tajam keleherku. Aku takut" Ria memeluk lebih erat sang suami yang kini berada disampingnya.

"Tahu kah kau Ria. Aku sangat mencintaimu dibanding segalanya. Aku sangat takut jika kau pergi dariku dan aku pun tak bisa melihatmu tertekan seperti ini. Akan ku usahakan agar kau tak merasa takut dengan mimpi burukmu lagi. Sekarang kau jangan menangis, mari kita pulang kasihan Sarah jika harus pergi kesekolah tanpa sarapan terlebih dahulu. Masakan buatannmu sangat enak dan terlebih lagi kau menyiapkannya dengan sepenuh hati" Danu mencium kening istrinya dengan lembut. Dan kemudian menjalankan kembali mobilnya menuju rumah mewah di kawasan kota.

*******

Sarah Anjelina yang merupakan anak satu satunya dari hasil pernikahan Danu dan Ria adalah gadis remaja yang cantik jelita dan populer disekolahnya. Banyak sekali pria yang menaruh hati padanya dan berlomba lomba untuk menjadi kekasih gadis cantik berlesung pipit tersebut.

"Bi! Bi Darsih! cepat ambilkan tasku dikamar. Aku sudah telat nih" teriak Sarah di ruang keluarga.

"Ibu sama ayah kemana sih? kebiasaan banget pergi tak mau ajak ajak" gerutu Sarah kesal.

Terlihat dari kejauhan seorang wanita paruh baya tengah menenteng tas berwarna merah muda menuju lantai bawah tempat Sarah duduk. Tangan dan wajahnya yang mulai keriput, serta langkahnya yang pelan begitu membuat Sarah sedikit kesal.

"Bi cepat sedikit!" ucapnya manja.

"Iya non, iya. Bibi ini juga sudah cepat"

Tas yang dibawa Bi Darsih kini ia berikan kepada gadis muda yang tengah sibuk memainkan ponselnya saat ini.

"Non Sarah makan dulu ya, biar bibi buatkan"

"Gak usah bi. Aku hanya ingin makan nasi goreng buatan ibu saja"

"Tapikan nyonya besar belum pulang"

"Iya makanya dari itu aku kesal. Sudah ah bi aku mau makan dikantin saja nanti. Tolong suruh supir siapkan mobilnya dan antar aku kesekolah"

Bi Darsih kembali berjalan menuju halaman rumah mewah tersebut. Tak peduli seberapa seringnya majikan mudanya tersebut membuat dirinya lelah, yang pasti ia sangat menyayangi Sarah sama seperti cucunya sendiri yang sudah lama meninggal.

Mobil berawarna putih kini sudah terlihat bersiap untuk pergi. Dari kejauhan terlihat mobil Danu dan Ria yang baru saja masuk pekarangan rumah.

Ria membuka jendela mobil dan berteriak memanggil anak kesayangannya yang terlihat kesal didalam mobil disampingnya.

"Sayang, ibu sama ayah baru sampai, kok kamu mau pergi tanpa makan dulu nasi goreng buatan mama sih?"

" Gak! aku gak mau. Aku juga gak laper! aku mau berangkat sekolah, udah siang! pak jalan!" jawab Sarah ketus.

Ria dan Danu hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala kala melihat tingkah laku anakknya yang begitu kesal sebab mereka pulang terlalu siang. Hingga saat keduanya turun dari mobil, Bi Darsih dengan siap sedia mengambil barang barang yang mereja bawa kedalam rumah.

Tak lupa Bi Darsih bergegas kedapur dan menyiapkan teh manis serta camilan untuk majikannya tersebut.

Saat Bi Darsih mengambil keresek berwarna hitam yang sebelumnya dibawa oleh Ria, ia begitu terkejut ketika melihat sebuah plastik berwarna putih yang berisikan darah segar dengan warna yang mulai hitam pekat.

"Astagfirullah" pekik Bi Darsih seraya melemparkan plastik tersebut keatas meja makan.

"Ada apa sih Bi!? pagi pagi udah heboh " ucap Ria yang terlihat memasuki ruang dapur.

"Ini nyonya, saya terkejut melihat darah di plastik. Ini buat apa nyonya? apa saya harus membuangnya?"

"Jangan! jangan buang itu. Saya akan memasukannya kedalam kulkas, biar nanti saya yang memasaknya menjadi makanan spesial untuk Sarah. Itu hanya darah sapi bukan darah manusia. Kau jangan takut dan banyak bicara!" Ria mengambil plastik tersebut dan memasukan sendiri kedalam kulkas.

Bi Darsih yang merasa jijik dengan bungkusan plastik tersebut, seketika bergidik ngeri kala melihat majikan perempuannya menjilat tangannya sendiri yang terdapat darah.

Rasa mual mulai menyeruak didalam dirinya ketika membayangkan kembali darah hewan yang mulai menghitam didalam plastik.

*******

Hujan malam ini begitu deras. Sarah yang sedang asik berbaring diatas kasur empuk miliknya didalam kamar seraya menonton drama percintaan dari luar negeri seketika terkejut ketika listrik dirumahnya padam disertai kilatan yang begitu keras terdengar.

Dihentikannya film yang sedang ia tonton dilaptopnya dan kemudian menutup gorden jendela kamarnya dengan perlahan. Matanya yang indah kini membulat sempurna kala melihat seorang wanita mengenakan baju sekolah basah kuyup sedang berdiri dihalaman rumahnya.

Gadis itu hanya berdiam mematung melihat kearah rumahnya tanpa mau perhi berteduh padahal hujan diluar begitu deras.

"Siapa dia? apakah dia tetangga baru?" gumamnya pelan.

Tak berselang lama ia kemudian menutup seluruh kaca jendelanya dan berbaring kembali diatas kasurnya hingga saat tetesan air diatas kepalanya membuatnya sedikit kesal karena rambut Sarah menjadi basah.

"Ibu! Ayah! kamar Sarah bocor!" teriaknya kencang.

"Ibu! Ayah! kamar Sarah bocor ni!" teriaknya kembali namun tak ada sahutan apapun sebab suara hujan diluar begitu keras.

Gadis muda itu kemudian mematikan laptopnya dan mulai melihat kearah atas kepalanya. Ia meneliti setiap tetesan air yang jatuh dari atap kamarnya. Karena gelap, ia kemudian mengambil ponselnya dan menyalakan senter untuk melihat bagian mana saja yang bocor dikamarnya.

Sarah mulai menghitung letak atap kamarnya yang mengalirkan air tersebut. Hingga kemudian ia begitu terkejut ketika melihat dipojok langit langit kamarnya terdapat sosok menyeramkan.

"Satu...Dua...ti...Ahhhhhh" teriaknya kencang.

Sosok berambut basah dengan pakaian sekolah kini sedang menempel diatas langit langit kamarnya. Matanya yang hitam pekat, serta wwajahnya yang pucat sontak saja membuat Sarah begitu syok dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Pintu kamarnya terbuka dengan keras, hingga membuat gadis tersebut ketakutan dan melihat kearah sosok menyeramkan tersebut. Perlahan lahan hewan kecil berjatuhan diatas lantai kamarnya dan sosok itu menyeringai hingga mulutnya mulai robek dan mengeluarkan darah segar dari ujung bibirnya.

Rasa takut yang begitu besar dirasakan oleh Sarah saat ini. Sampai sampai gadis tersebut gemetar dan mulai merasakan pusing dan pandangannya mulai gelap.

Terpopuler