SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
King Of Vampir (Lee Haechan)

King Of Vampir (Lee Haechan)

Chapter 1

Pukul 11 AM

Seorang guru cantik berjalan begitu cepat menuju belakang sekolah dengan membawa sebuah tongkat terbuat dari rotan.

"Sebelum ibu hitung sampai 3, kalian belum kembali ke kelas masing-masing..." ucapan guru itu berhenti tak kalah para murid langsung berlari memasuki gedung sekolah tak lupa membawa tas masing-masing.

"Tunggu, ke mana ketua kalian?" tanya Sang guru mencegat 2 siswa yang hendak ikut memasuki gedung sekolah.

"I-itu Bu, ka-kami tidak tahu keberadaannya di mana." ucap salah satu siswa sambil menunduk.

"Kalian tidak usah berbohong, ibu tahu pasti ini ulah ketua kalian. Sekarang tunjukkan ketua kalian dimana?" ucap Sang guru sambil menatap tajam ke 2 siswa tersebut.

siswa itu masih saja terdiam namun mereka melirik sebuah pohon besar yang berada di belakang Sang guru.

mendapat clue dari siswanya, guru tersebut langsung berjalan ke arah pohon besar tersebut dan mendongakkan kepalanya.

"Haechan!! Cepet turun! Sebelum ibu menyeretmu ke kantor kepala sekolah!" ucap Sang guru sambil menatap seorang siswa yang dengan nyamannya tiduran di dahan pohon.

"Astaga Bu, kalau saya jatuh bagaimana? ibu mau bertanggung jawab??" tanya siswa itu yang terduduk di dahan pohon karena terkejut.

"Cepat turun!! Atau ibu tarik paksa kamu turun!" ucap Sang guru sambil memukul-mukulkan tongkatnya ke ke arah kaki siswa itu.

"Aduh Bu, saya lupa bagaimana caranya turun." ucap Haechan sambil mengangkat kakinya yang terkena pukulan sang guru.

Mendengar itu membuat sang guru menoleh kan kepalanya ke kanan kirinya untuk mencari sebuah tangga.

Haechan yang melihat sang guru pergi langsung bernafas lega namun kembali kaget tak kala sang guru datang dengan membawa tangga.

"Aduh Bu, kenapa nekat banget sih?" tanya Haechan yang melihat sang guru menaiki anak tangga.

"Ibu gak akan melepaskan mu kali ini!" jawab sang guru lalu menjewer murid satu nya itu dengan keras.

"Akh! Bu, lepasin! nanti kita jatuh…" ucap Haechan sambil berusaha melepaskan jeweran sang guru.

"Gak akan! Sekarang turun!" ucap Sang guru yang melepaskan jeweran nya.

Ketika Haechan hendak turun, tangan Sang guru yang berpegangan ke dahan pohon terlepas.

Haechan yang melihat itu langsung loncat ke bawah dan menangkap sang guru yang jatuh.

Ia lihat bahwa gurunya tersebut sedang menutup matanya karena kaget, Haechan yang berada dibawah Sang guru hanya bisa berdehem.

"A-ah maaf, A-apa ka-kamu terluka?" tanya sang guru malu-malu karena dia sudah menghimpit muridnya.

"Kepala saya sakit bu…" ucap Haechan yang berusaha berdiri.

"I-ibu a-antar ke UKS ya..." ucap Sang guru lalu menaruh lengan Haechan ke pundak nya.

Haechan yang melihat reaksi Sang guru hanya bisa tersenyum, dia juga merasa senang karena bisa terhindar dari hukumannya.

Skip

"Ka-kamu istirahat saja, na-nanti i-ibu izinkan kamu ke kelasmu." ucap Sang guru sambil membaringkannya.

"Iya bu… Ibu juga gak usah gugup seperti itu, saya jadi gak enak hati." ucap Haechan sambil menatap gurunya itu dengan senyumannya.

"He'em..." balas sang guru yang ikut tersenyum lalu keluar dari UKS.

Sang guru POV

"Astaga apa yang terjadi barusan? kenapa jantungku berdetak sangat cepat?" Gumam ku sambil memegang dada kiri ku.

Oh ya aku harus ke kelas anak itu, huh… untung dia tidak terluka parah...

Tapi kenapa anak itu bisa dibawah secepat itu? apa dia loncat dari setinggi itu?

Oh ya tuhan...

Tok tok

"Maaf mengganggu pak, saya ingin menyampaikan kalau Lee Haechan izin tidak mengikuti mapel bapak karena sakit." ucapku begitu guru pengajar kelas Haechan keluar.

"Loh, tadi pagi kata temannya dia masuk?" tanyanya dengan menatapku begitu aneh.

"Iya pak, dia tadi terjatuh. Sekarang dia ada di UKS..." ucapku dengan lembut tak lupa tersenyum.

"Oh baiklah, apa nanti pulang sekolah kamu ada acara?" tanyanya membuat ku berkenyit heran, dengan masih tersenyum aku menggeleng.

"Tidak, tapi kayaknya saya akan beres-beres rumah." Jawabku masih memberikan senyuman.

"Baiklah, nanti saya tunggu kamu di pagar sekolah." ucapnya sambil tersenyum membuat ku sedikit kaget akan kegantengannya.

Oh ya ampun! apa yang kulakukan? kenapa pak Wonu begitu tampan ketika tersenyum? jantungku aman gak ya?

"Hei? kenapa melamun?" Ah sial! kenapa sempat-sempatnya melamun...

"Maaf, ba-baiklah..." ucapku yang entah tiba-tiba jadi gugup.

Dapat ku lihat pak Wonu terkekeh lalu menepuk-nepuk kepalaku yang mungkin terlihat salting.

Setelah ia menepuk kepala ku, ia kembali memasuki kelas membuat ku berbalik arah ke ruang kerja ku.

Dengan nafas tersengal, aku menjatuhkan diri ke sofa yang terdapat di ruangan ku. Ku lihat jam di tangan ku, ternyata sudah hampir pulang sekolah.

"Ya ampun, apa yang terjadi hari ini... perasaan sebelum-sebelumnya aku gak pernah mengalami kejadian seperti ini." gumam ku sambil berdiri menuju meja kerjaku.

Tok tok

Oh ya ampun... kenapa aku bisa terkejut hanya dengan suara ketukan.

"Masuk..." Ucapku sambil duduk di kursi ku.

"Mei, ini beberapa data kehadiran siswa. Besok kau buat lebih detailnya oke." ucap guru laki-laki itu sambil memberikan sebuah flashdisk.

"Terimakasih Yuta oppa." ucap ku sambil menerima flashdisk itu.

"Tidak masalah, Oh ya... kepala sekolah mengundangmu untuk acara makan-makan di rumahnya sepulang kerja." ucap Yuta oppa membuatku jadi terdiam.

Bagaimana aku bilang ke Wonu oppa?

"Mei?" Panggil Yuta oppa membuatku tersadar.

"Kamu gak bisa datang tah?" tanya Yuta oppa membuatku menunduk.

"Bu-bukan gitu oppa... A-aku sudah janji sama Wonu oppa." ucapku sambil menunduk.

"Kamu gak dengerin oppa ya? oppa bilang acara makan-makannya itu guru-guru... Jadi otomatis Wonu akan pergi ke acara itu." ucap Yuta oppa membuatku menatapnya dengan alis kananku yang menukik.

"Oh ya tah? Owalah aku kira hanya aku yang-- eh enggak! maksudnya, Mei kira hanya... Ih aduh bagaimana sih!" ucapku sambil memukul ringan kepalaku karena otakku tidak mau mengikuti perintah ku.

"Ahahaha sudah-sudah!! Jangan dipukul nanti pusing kamunya... ya udah oppa balik kerja dulu ya..." ucap Yuta oppa membuatku tersenyum senang, aku mengangguk dan kembali duduk ke bangkuku buat mengerjakan perintah Yuta oppa.

Sang guru POV End

01.30 PM

Banyak mobil dan motor yang terparkir didepan sebuah mansion milik kepala sekolah, di dalamnya juga terdapat banyak makanan dan Maiden yang berlalu lalang.

Tak terkecuali Hwang Mi-Jun (Huang Mei Jun) atau biasa dipanggil bu Mei sang guru BK yang berada didalam mansion tersebut.

Ia sedang duduk dan berbincang dengan para guru kelas 11, mereka banyak berbincang hingga ketawa cukup keras.

"Terimakasih atas kunjungan kalian, acara ini memang dadakan namun tujuan acara ini dibuat untuk memeriahkan ultah sekolah kita sekaligus untuk memberitahu sebuah peraturan tambahan." ucap kepala sekolah sambil mengangkat gelas winenya.

"Peraturan mengenai apa pak?" tanya salah satu guru cantik di depan Mei.

"Peraturan mengenai kalian semua..." ucap kepala sekolah dengan nada rendah membuat semua guru di sana jadi menegakkan badan.

"Saya menerima laporan bahwa ada salah satu dari kalian berpacaran di depan murid." tambah sang kepala sekolah dengan menatap tajam para guru.

"Sebelumnya saya sudah bilang untuk tidak membawa masalah pribadi ke sekolah. Tapi kayaknya gak ada yang mendengarkan, mulai besok, siapapun yang membawa masalah pribadinya akan dikenakan denda. Dan jangan lupa kalau di seluruh sekolah ada CCTV yang melihat kalian." ucap kepala sekolah dengan santai.

"Sudah segitu aja sih... sekarang silahkan kalian nikmati makanannya, dan silahkan berpesta." ucap sang kepala sekolah lalu menjentikan jarinya.

Musik pun terdengar dan para guru langsung berdansa atau pun menari menikmati suasana.

"Kamu gak ikut bersenang-senang Mei?" tanya temannya yang sudah ikut bergoyang.

"Tidak, kalian seperti ada di klub hahaha." ucap Mei sambil menatap 3 temannya yang berjoget ria.

Dia pun memutuskan untuk ke halaman belakang dan duduk di salah satu bangku panjang di sana.

"Kenapa disini? Gak panas tah?" tanya seorang guru pria sambil duduk di samping Mei.

"Tidak oppa, eh iya panas sih tapi aku bisa menahannya. Oppa kenapa kesini?" tanya Mei sambil menatap guru pria itu.

"Malas didalam, oppa kurang suka sama hal-hal seperti itu." ucap guru pria itu sambil menyendar ke punggung bangku.

"Berarti sama..." balas Mei sambil menatap ke sebuah pancuran air.

"Kamu sudah punya kekasih?" tanya guru pria itu sambil melirik Mei dengan ekor matanya.

"Belum, lagian aku masih umur 21. Aku maunya kerja dulu baru nikah." ucap Mei santai.

"Hebat ya, umur 21 sudah jadi guru BK tetap lagi." ucap guru pria itu sambil tersenyum menatap Mei.

"Ahahaha, enggak oppa... itupun aku hanya beruntung." ucap Mei sambil tersenyum malu.

"Mi-Jun ah... Mau kah kamu jadi pacar oppa?" tanya guru pria itu sambil berlutut di depan Mei.

Mei begitu terkejut tak kala guru itu berlutut di hadapannya, dengan spontan ia berdiri membelakangi guru tersebut.

"Maaf Wonu oppa, aku tidak bisa... tapi tolong jangan memusuhi Mei, Mei gak bisa nerima oppa karena Mei masih ingin fokus kerja." ucap Mei sambil berbalik badan dan menatap ke Wonwoo serius.

"Tidak apa... Santai aja... tapi kita sahabatan ya..." ucap Wonwoo membuat Mei tersenyum sambil mengangguk.

"Ekhem!! Apa yang kalian lakukan di sini??" tanya sang kepala sekolah sambil menatap keduanya dengan tajam.

"Kami hanya melihat-lihat pak..." ucap Wonwoo sambil berdiri di depan Mei.

"Tidak ada yang mengizinkan kalian kesini. Kembali ke dalam." ucap kepala sekolah dingin.

Mereka bertiga pun masuk kembali kedalam, namun ketika Mei dan Wonwoo ingin ke meja makan, kepala sekolah memanggil Mei.

"Ada apa pak?" tanya Mei sambil menunduk sedangkan Wonwoo memilih menatap keduanya.

"Apa Yuta sudah memberikan data kehadiran siswa?" tanya Sang kepala sekolah.

"Iya pak, tadi siang sudah di berikan ke saya." Jawab Mei sambil tersenyum.

"Baiklah kalau gitu, apa ada murid yang berulah lagi hari ini?" tanyanya lagi sambil berjalan ke sofa terdekat, Mei hanya bisa mengikutinya dari belakang.

"Tidak ada, sebenarnya tadi Haechan berulah tapi ia terluka jadi saya tidak jadi menghukumnya." ucap Mei yang masih berdiri di belakang Sang kepala sekolah.

"Kamu itu plin-plan banget sih? katanya tidak ada tapi nyebut Haechan?" tanya kepala sekolah dengan wajah bingungnya.

"Hehehe, saya gugup soalnya pak." ucap Mei sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Baiklah kalau gitu... silahkan nikmati pestanya." ucap kepala sekolah lalu berdiri dan berlalu.

Skip

"Terimakasih Taeyong oppa!" ucap Mei sambil menunduk ke guru laki-laki yang berada didalam mobil.

"Tak apa santai aja... oppa pergi ya, bye-bye..." ucap Taeyong sambil melambaikan tangannya sebentar lalu menjalankan mobilnya menjauhi Mei.

"Uh capek sekali hari ini..." gumam Mei sambil memasuki apartnya.

Terimakasih buat yang mau mampir ke cerita 1 ku disini.

Jangan lupa dukungannya ya kawan-kawan...

Chapter 2

06.30 AM

Mei keluar dari kamarnya dan begitu terkejut dengan 2 pria di depannya, saking terkejutnya ia sampai terduduk di lantai.

"Kamu kayak liat setan aja, masa oppa ganteng gini dikira setan!" ucap salah satu pria itu sambil mengulurkan tangannya.

"Jangan marah juga, suruh siapa datang gak bilang-bilang! Lagian kenapa Oppadeul tidak membangunkan ku?" tanya Mei yang sudah berdiri sambil memasuki sikat gigi ke mulutnya.

"Kata siapa oppa gak bangunin kamu? kamunya aja yang kebo." ucap pria yang berwajah datar.

"akho mao mandwo." ucap Mei dengan mulut penuh busa.

"Astaga, liat adikmu ini? Ya udah sana masuk kamar mandi!" ucap pria berwajah galak sambil mendorong Mei menuju kamar mandi.

"Aish! baru saja di tinggal 6 bulan, dia sudah bobrok." keluh pria yang mendorong Mei sambil duduk di samping adik laki-laki nya.

"Sama kayak hyung yang gampang ikut-ikutan." sindir adiknya sambil membaca beberapa majalah yang ada didepannya.

"Apa kamu bilang?!" tanya hyungnya sambil menatap tajam adiknya itu.

"Apa? Aku gak bicara apa-apa." jawab adiknya itu cuek.

"Oppa, sudah sarapan?" tanya Mei yang menyembulkan kepalanya di balik pintu kamar mandi.

"Sana mandi yang benar dulu!" ucap pria yang berwajah galak itu membuat Rain kembali masuk ke kamar mandi.

set jam

"Kamu mandi apa berendam? gak kurang lama?" tanya pria berwajah datar.

"Suka-suka Mei dong! Oh ya, Mei harus ke sekolah." ucap Mei sambil mengambil jaket dan tas miringnya.

"Sekolah? kamu balik sekolah?" tanya pria berwajah galak sambil mengoleskan selai ke roti tawar yang dipegangnya.

"Aku ngajar oppa bukan balik sekolah! Sehun oppa, kenapa Tao oppa jadi bodoh setelah kalian pergi sih?" tanya Mei membuat pria berwajah datar tertawa sedangkan pria satunya menatap Mei tajam.

"Ya udah, Mei berangkat dulu. Kalian berdua jangan ngerusak rumah Mei!" peringat Mei lalu keluar rumah.

"Dia sudah besar, apa kau tidak mau memberitahu yang sesungguhnya?" tanya Sehun sambil menatap Tao yang memakan rotinya dengan selai merah yang begitu mencolok.

"Biarkan saja, dia sepertinya tidak mengetahui sama sekali. Lagian dia sepertinya di taksir oleh bangsawan." ucap Tao cuek lalu melanjutkan acara makannya.

Di sekolah

"Aish! Gara-gara mereka aku telat." gumam ku ketika sampai di ruanganku dengan nafas sedikit tersengal.

cklek

"Kau telat?" tanya seorang guru cantik yang duduk di depan meja Mei.

"Iya, kedua oppaku tiba-tiba saja kembali tanpa memberi tahuku." ucap Mei dengan nada kesalnya.

"Hahaha, mereka itu kasian ke kamu yang terlihat capek. Btw tolong gantiin aku ngajar ya... Aku ada acara keluarga..." ucap temannya itu sambil menatap Mei melas dan menyatukan kedua tangannya.

"Ah baiklah, kamu ngajar di kelas apa?" tanya Mei sambil memeriksa berkas didepannya.

"Aaah! Gomawo Mei!! Aku ngajar di kelas 10-2, 11-4, sama 12-1. Kamu bisa liat jam ngajarnya di line, sudah ku kirim. Aku pergi, bye." ucapnya sambil loncat kecil lalu keluar dari ruang Mei.

"Ah iya, gimana sama keadaan Haechan ya?" gumam Mei sambil membuka line.

Tok tok tok

"Masuk."

"Maaf bu, saya ketua kelas 11-4." ucap siswa itu sambil membungkuk.

"Oh iya, kamu bilangin ke teman-teman mu dulu agar buku paketnya di buka. Saya akan kesana 5 menit lagi." ucap Mei sambil menatap ke siswa itu.

"Baik bu." ucap siswa itu lalu keluar ruangan Mei.

Dengan gerakan cepat, Mei mengambil buku paket Fisika dan mengambil tongkat rotannya.

Ia mendatarkan wajahnya membuat beberapa siswa dan siswi yang lewat langsung membungkuk hormat.

Cklek

"Pagi bu..." ucap siswa dan siswi yang sudah duduk rapi ketika dia datang.

"Pagi. Ada pr dari bu Yeri?" tanya Mei sambil menatap ke seluruh murid sana.

"Tidak bu, kemarin bu Yeri baru menjelaskan tentang teori parabola." ucap salah satu siswi.

"Baru menjelaskan parabola? kenapa materi tertinggal jauh?" tanya Mei sambil menatap tajam ke murid-muridnya.

"Ya udah sekarang kalian buka latihan soalnya, setiap anak harus bisa menjawab minimal 5 soal. Ibu tunggu sampai set 9." ucap Mei sambil membuka buku paketnya ke halaman dimana terdapat latihan soal.

Skip

"Ingat, Minggu depan ibu akan melihat tugas kalian. sekarang kalian boleh istirahat." ucap Mei sambil merapikan bukunya dan keluar dari kelas tersebut.

'Kenapa materinya tertinggal jauh? bukannya Yeri selalu ngajar?' batinnya sambil menuju ke ruangannya.

Langkahnya yang santai berubah cepat ketika ia melihat di lapangan ada beberapa siswa yang berdesakan.

"Mati kau bangs*t!!" mendengar itu dengan cepat Mei memukul tongkat rotan nya ke tiang gawang.

Suara yang nyaring itu terdengar bergema di lapangan, para siswa yang menonton langsung mundur mengisahkan 6 siswa yang berantem.

"Mau kalian apa?! Mau jadi pegulat?! Mau jadi kriminal?! Sekarang kalian ikut ibu ke BK!!" Amuk Mei sambil memukul-mukul pelan telapak tangannya menggunakan tongkat rotan itu.

ke 6 siswa itu akhirnya berada di ruang BK, mereka hanya menunduk karena takut diamuk oleh Mei.

"Kalian itu sekolah gunanya untuk apa?! Hanya masalah menang kalah, kalian sampai beradu fisik?? Apa kalian gak malu jadi tontonan siswa lain?" Tanya Mei dengan mata tajamnya yang menatap ke mereka.

"Mereka duluan yang memancing amarah kita bu..." ucap siswa tinggi yang terlihat di bagian tepi bibirnya biru.

"Apa benar begitu Lee Chan?" tanya Mei sambil menatap siswa yang ditunjuk.

"Kita tidak akan memancing amarah mereka kalau bukan mereka yang memulai bu." ucap siswa itu sambil menatap siswa yang menunjuknya tajam.

"Kalian bertiga itu sudah mau lulus! Harusnya kalian fokus belajar! Sekarang kalian bertiga ibu hukum bersihkan kolam. Jangan coba-coba kabur atau ibu gantung kalian di tiang bendera." ucap Mei membuat ketiga siswa kelas akhir mengangguk.

Kepergian ketiganya tidak membuat Mei jadi reda marahnya, ia kembali menatap ketiga siswa yang masih menunduk.

"Karena kalian murid kelas 10, ibu hukum kalian beresin perpustakaan di dekat UKS." ketiga siswa itu mengangguk lalu pergi keluar setelah membungkuk hormat ke Mei.

"Hah~ ada-ada saja tingkah mereka." gumam Mei lalu mendudukkan badannya di kursinya dan membuka PC-nya untuk menuliskan rincian kehadiran para murid.

Tok tok tok

"Masuk." Jawab Mei yang masih fokus mengotak atik PC-nya.

"Apa tadi ada anak yang berulah lagi?" Mei yang mendengar suara kepala sekolah langsung berdiri dan membungkuk hormat.

"Hanya beberapa, tidak banyak." jawab Mei sambil tersenyum.

"Sejak kamu jadi guru BK, para murid jadi lebih terkontrol. Kamu gak mau naik jabatan? Jadi Waka kesiswaan gitu..." tanya sang kepala sekolah dengan senyumannya.

"Saya baru jadi guru BK selama 6 bulan, apa tidak kecepatan bapak ngasih jabatannya?" tanya balik Mei membuat sang kepala sekolah terkekeh.

"Kenapa malah balik nanya? kemarin kamu bisa jawab spontan ke Wonwoo tanpa bertanya balik." ucap sang kepala sekolah membuat Mei terkejut dan malu.

"I-itu... Sa-saya hanya mengutarakan isi pikiran saya." ucap Mei sambil menunduk.

"Kemarilah Mei... duduk didekat oppa." ucap kepala sekolah dengan memukul-mukul tempat luang di sofa yang ia duduki.

"Ta-tapi oppa~ I-ini masih di sekolah, kalau ada yang liat bagaimana? bukannya oppa sendiri yang bilang kalau tidak boleh--"

"Kamu ngira oppa mau bermesraan dengan mu? HAHAHA! Kamu lucu juga ya..." ucap kepala sekolah sambil ketawa.

"Sini duduk!" Dengan gugup dan semburat merah di wajahnya karena malu, ia duduk di dekat kepala sekolah.

"Gak usah takut, oppa cuma mau bilang... ada seseorang yang menyukaimu." ucap kepala sekolah sambil berbisik.

"Hah? oh maksud oppa, Wonwoo oppa?" tanya Mei sambil menatap ke kepala sekolah bingung.

"Bukan, ngapain oppa ngasih tau tentang dia? Lagian seseorang yang menyukaimu adalah orang yang berkelas tinggi." ucap kepala sekolah sambil menyataikan badannya yang menyendar ke punggung sofa.

"John oppa bercanda ya? Mana mungkin ada orang berkelas tinggi menyukaiku yang seperti ini." ucap Mei membuat kepala sekolah mengukungnya.

"O-oppa ma-mau ngapain?" tanya Mei yang sudah panik ketika kepala sekolah mulai mendekatkan wajahnya.

"Aromamu wangi sekali Huang Mei Jun... Apa kau tidak tahu sudah memikat beberapa guru pria disini?" tanya kepala sekolah di dekat telinganya membuat dirinya merinding hebat.

cklek

"Bu--"

Dengan keras Mei mendorong kepala sekolah, dan menjauhi kepala sekolah.

"A-ada apa?" tanya Mei yang masih belum bisa mengontrol degupan jantungnya.

"Saya mau ngasih ini, maaf mengganggu aktivitas nya." ucap siswa itu sambil membungkuk lalu melirik tajam kepala sekolah.

"Saya pamit dulu bu." ucap siswa itu lalu pergi tanpa menunggu ucapan Mei.

"Sekarang apa kata para murid oppa? Kau sudah keterlaluan." ucap Mei sambil menatap kepala sekolah marah.

"Oppa khilaf tadi Mei, sumpah! Kamu sih, kenapa harus ber aroma sewangi itu." ucap kepala sekolah ikut terlihat panik.

"Apa maksud Johnny oppa?? Aku aja tidak memakai wewangian sama sekali." ucap Mei masih dengan menatap Johnny kesal.

"Ah sudahlah, aku akan memeriksa anak yang dihukum tadi." ucap Mei lalu menaruh berkas yang dikasih siswa itu ke mejanya dan berjalan keluar.

.

.

"Hah~ apa yang tadi pikirkan Johnny oppa sampai seperti itu? dasar! makan ludah sendiri." gumam Mei yang memasuki area kolam renang.

"Kemana mereka? Apa mereka sudah membersihkan nya?" tanya Mei entah ke siapa, ia memeriksa sekitar kolam sesekali melirik ke kolam.

"Sudah bersih ternyata." gumamnya lagi, ia pun berbalik hendak keluar.

Langkahnya terhenti tak kala 3 murid yang ia hukum berdiri di depannya, ia juga entah kenapa jadi takut untuk menatap ketiga anak itu.

"Apa yang kalian lakukan? Kenapa menghalangi ibu?" tanya Mei sambil mundur perlahan.

Ketiga muridnya itu hanya saling lirik dan menunjukkan smirk mereka.

"Ibu bisa berteriak loh! Kalau kalian macam-macam!" Pekik Mei sambil terus memberikan jarak dari ke 3 muridnya itu.

"Bukannya ibu bisa menghukum kita? kenapa takut sama kita? kemana keberanian ibu tadi?" tanya anak yang bernama Lee Chan atau biasa dipanggil Dino.

"Ibu tau kalian ingin balas dendam tapi tidak dengan lancang ke guru kalian." ucap Mei yang menatap tajam ke 3 muridnya itu.

"Tidak, kami tidak ingin balas dendam. Hukuman tadi itu tidak ada apa-apanya, kami hanya penasaran sama aroma yang Ibu keluarkan." ucap anak yang bernama Hakyeon.

"Apa yang kalian katakan? Kenapa semuanya bilang kalau aroma ibu wangi? Ibu tidak memakai parfum apa-apa!" ucap Mei dengan keras, dia juga berusaha menunjukkan marahnya agar ke 3 muridnya itu takut.

Byur!!

Mei berenang ke dasar kolam, ia tidak mau dilecehkan oleh muridnya. Masih didalam air, dia merapalkan doa agar ada seseorang yang menyelamatkannya sebelum kehabisan nafas.

Detik Mei menjatuhkan dirinya ke kolam, detik itu di tempat Mei berdiri sebelumnya datang 3 siswa lainnya.

"Sejak kapan kalian disini??" tanya Dino sambil mengernyitkan kepalanya bingung.

"Baru saja." jawab siswa paling kanan dengan ber smirk.

"Kalian hanyalah siswa kelas 11, lebih baik kalian pergi dan gak usah ikut campur." ucap Q sambil ber sedekap dada dan menatap ke 3 adik kelasnya dingin.

"Beri para anj*ng ini pelajaran, jangan sampai mati." ucap siswa yang berada di tengah membuat Dino cs langsung siaga.

Setelah mendapatkan anggukan dari ke 2 temannya, siswa yang berada di tengah itu loncat ke air.

Ke dua siswa yang di tinggal temannya langsung menatap ke 3 kakak kelas mereka dengan dingin.

"Gue bingung, kenapa bisa para anj*ng hutan ini berani memasuki kawasan kita?" tanya siswa yang paling kiri sambil melirik temannya.

"Kenapa tanya gue? Gue bukan bapaknya pe'a!" jawab temannya sambil meliriknya dengan tajam.

"Sunbae peringati untuk kedua kalinya, kalian lebih baik pergi atau Sunbae gak akan main-main sama kalian." ucap Hakyeon dengan kilat mata yang berubah cokelat.

"Kalian bego atau bagaimana? Mereka berdua itu vampir bodoh!!" ucap Dino sambil menoyor kedua kepala temannya itu.

"Pantesan mereka bilang kita anj*ng hutan ya?" tanya Q yang membuat Dino ingin menerkamnya.

"Cih, anj*ng hutan seperti kalian memang susah disuruh berhenti. Ayo Jin serang!" ucap siswa kelas 11 itu sambil berlari menuju ke tiga kakak kelasnya.

Okay sekian dulu, kita lanjutin di Chapter depan...

See you next time...

Jangan lupa dukungannya...