SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Super rich system

Super rich system

#Hanyut dibawa arus

Arus air sungai terlihat sangat tenang dari kejauhan, siapapun yang melihatnya dari jarak jauh pasti akan mengira arus sungai itu sangatlah bersahabat.

Tapi ternyata arus air sungai itu tak seperti yang terlihat oleh mata telanjang, jika diperhatikan dari kejauhan.

Nyatanya air sungai itu sangat menghanyutkan dan terlihat mengerikan, apabila dilihat dari dekat. Ataukah mencoba untuk merasakan derasnya arus yang terlihat bersahabat, namun nyatanya menipu setiap orang yang melihatnya.

"Tolong…tolong…tolong…." Teriak seorang.

Ya, ditengah-tengah arus yang sangat mengerikan itu ada seorang yang hanyut. Dia Zidan salah satu pekerja buruh pabrik.

Zidan didorong oleh temannya sampai bisa jatuh ke sungai, sungai itu arusnya terhubung langsung dengan air terjun yang terdapat di hilir sungai.

Kata orang orang air terjun di hilir sungai Garta sangat dalam seperti jurang, kemungkinan besar Zidan tidak akan selamat bukan?

"Tolong….tolong….tolong…." Terika Zidan lagi.

Teriakannya hanya dapat di dengar oleh Zidan sendiri, bukan dia tak bisa berenang, hanya saja arus yang terlalu deras membuat Zidan tak berdaya, ditambah fisiknya yang lemah membuat Zidan tak dapat berbuat banyak.

"Ya Allah, apakah Zidan akan mati sekarang?" tanyanya pada diri sendiri.

Tak ada harapan lagi bagi Zidan, yang bisa dia lakukan saat ini hanyalah satu, pasrah diri pada Allah, biarlah Allah yang menolongnya, Zidan percaya pasti ada keajaiban.

Tidak ada satupun orang yang dapat menolong Zidan, apalagi posisinya saat ini berada di tengah-tengah sungai dan di bawa arus yang begitu deras.

"Hasbunallah Wanikmal Wakil nikmal Maula wanikman Nasir." Doa Zidan.

Apapun Zidan sebut untuk mengingat Allah, setidaknya jika dia mati dalam keadaan hanyut Zidan husnul khotimah, dia masih bisa mengingat sang Maha Kuasa bukan.

"La Ilaha Illallah… La Ilaha Illallah… La Ilaha Illallah…" 

"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun." Berulang kali Zidan melafalkan kalimat-kalimat Allah.

Sekarang hanya hal itu yang bisa Zidan Lakukan, di dalam hatinya Zidan yakin ada sebuah keajaiban yang akan menghampiri dirinya, setidaknya kalau dia mati jasadnya akan ditemukan.

Zidan sudah terombang ambing kesana-kemari dibawa arus, tak ada lagi suara yang keluar dari mulutnya, kedua netranya sudah terpejam.

Zidan benar-benar hanyut di bawa oleh arus sungai yang sangat deras, pasrah pada sang Pencipta itulah yang bisa Zidan lakukan.

Sementara itu tak jauh dari tempat lokasi dimana Zidan di dorong ke dalam arus sungai yang sangat deras 3 orang laki-laki sedang tertawa puas.

"Mampus hahaha, dasar miskin!" ucap Lion.

"Siapa suruh si Zidan itu sangat miskin, ditambah fisiknya lemah sekali." Sambung Anton.

"Sudah ayo kita pergi dari sini, sebelum ada yang melihat keberadaan kita." Ajak Saga.

"Oke." Sahut Anton dan Lion.

"Hahaha," ketingnya tertawa puas, karena sudah berhasil melenyapkan Zidan.

Zidan tak memiliki masalah apapun dengan ketiga orang itu, hanya saja saat Zidan diterima kerja sebagai buruh pabrik di tempatnya bekerja. Zidan sering dibully oleh Anton, Saga dan Lion.

Alasan mereka membeli Zidan pun tidak masuk akal, hanya karena Zidan orang yang miskin mereka sering membullynya.

Apalagi fisik Zidan yang begitu lemah membuat mereka sesuka hati membully Zidan. 

Padahal Zidan tak pernah mencari masalah dengan ketiga orang itu, Zidan tau diri.

Saga adalah anak dari pemilik pabrik tempatnya bekerja, sedangkan Lion dan Anton sahabat Saga..

Jika mencari masalah pada mereka bertiga sudah pasti Zidan akan kehilangan pekerjaannya.

"Saga lo yakin kan kita bakal aman?" tanya Anton sedikit khawatir.

"Lo tenang aja, bokap gue pasti bakal nutup kasus ini kalau si miskin itu sudah mati, nggak perlu risau bro."

"Gue percaya sama lo Saga." Sahut Lion.

"Sip."

"Tapi kalau si miskin kagak ada yang buat kita jadi mainan siapa?"

"Gampang Ton, kita cari aja lagi, tapi gue hari ini puas banget berhasil buat si miskin itu mati." Ujar Saga.

"Hahaha." Tiba-tiba Lion tertawa membuat Saga dan Anton menatap aneh padanya.

"Kesambet lo?" tanya Saga.

"Kagak gue keinget pas si miskin tadi minta tolong, kasihan juga ya nggak ada yang nolong dia, soalnya gue seneng lihat dia sengsara."

"Hahaha." Tawa ketiganya kembali pecah. 

"Ayo cepat kita pergi sebelum ada yang melihat keberadaan kita." Ajak Saga, dia menarik kedua tangan sahabatnya kasar.

"Woi, pelan-pelan dong Ga."

"Sorry." Sahutnya.

Tempat Zidan bekerja sedang mengadakan jelajah alam di salah satu puncak gunung yang sangat terkenal, lokasinya memang tidak jauh dari rumah Zidan dan juga tidak dipungut biaya pembayaran maka dari itu Zidan dapat ikut mendaki gunung dengan yang lainnya.

Saga dan kedua temannya sudah kembali bersama yang lain, "Loh Zidan mana?" 

Saga, Anton dan Lion hanya saling tatap satu sama lain, setelahnya Ketiga orang itu mengangkat kedua bahu mereka Acuh tanda tak tahu di mana keberadaan Zidan.

"Sudah nanti juga si miskin itu balik lagi kesini." Sahut Kasim.

Kasim merupakan pemilik pabrik tempat Zidan bekerja sekaligus Papa dari Saga. Bapak dan anak sama saja tak menyukai Zidan.

Sungguh malang sekali memang nasib Zidan, sehari Zidan hanya mendapatkan upah 10.000 saja. Saat gajian, pasti ada saja gajinya yang tak ada apa apa itu dipotong oleh pak Kasim.

Memang pelit bos dari Zidan, tapi Zidan tak punya pilihan lain karena di zaman sekarang mencari kerja susah.

Ditambah lagi, jika dia ingin mencari kerja yang layak harus membayar admin 3.000.000. lebih dulu, uang segitu dari mana Zidan punya, gajinya saja tak cukup untuk kehidupan sehari-hari mereka di rumah.

Mau tak mau Zidan harus bertahan bekerja sebagai buruh pabrik di tempat orang tua Saga.

Sampai sore hari Zidan akhirnya tak muncul lagi, anehnya mereka tidak ada satupun yang peduli, semua orang akan bersiap untuk turun gunung.

"Semua ayo kita turun sekarang sebelum hari semakin soren." Instruksi pak Kasim.

Tak ada satupun yang menyinggung tentang Zidan, mereka diam saja, daripada kehilangan pekerjaan.

'Selamat tinggal miskin.' Batin Saga.

"Ayo semua cepat!" Instruksi Pak Kasim lagi pada semua orang.

Satu persatu mereka turun gunung, sungguh benar-benar tak ada yang peduli dengan keadaan Zidan.

Sedangkan tubuh Zidan saat ini masih terombang-ambing di bawah oleh arus sungai, disaat seperti itu sebuah cahaya berwarna hijau masuk ke dalam tubuh Zidan.

Zidan belum menyadari cahaya apa yang baru saja masuk ke dalam tubuhnya, karena dia masih dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Kini tubuh Zidan sudah berada di pucuk sungai yang terhubung langsung dengan air terjun. Tubuh Zidan terjun bebas dari atas air terjun yang sangat tinggi, bak juran yang sangat dalam.

#Anggap aku hantu

Zidan dibawa oleh air sungai yang mengalir di bawah air terjun itu, tubuhnya sudah penuh dengan luka, memang sial sekali nasib Zidan, dia tak seberuntung orang-orang yang pernah Zidan jumpai.

Keajaiban benar-benar terjadi, tubuh Zidan terdampar di pinggir sungai kecil yang ternyata sungai itu berada tepat di belakang rumah Zidan.

Ternyata Zidan tak sesial yang dia bayangkan, perlahan sebelum Zidan membuka matanya, sebuah cahaya hijau bersinar terang dari tubuh Zidan.

Cayah itu yang menghampiri tubuh Zidan saat masih terombang-ambing oleh arus sungai.

"Uhuk…uhuk…uhuk…!" Zidan terbatuk.

Perlahan Zidan membuka kedua matanya, sayup-sayup dia melihat batang pohon dari atas kepalanya.

"Au…" Ringsi Zidan saat merasakan kepalanya terasa sakit.

"Astagfirullah, aku ada dimana ini?"

Zidan berusaha bangkit.

Lalu Zidan sadar apa yang sudah terjadi pada dirinya, dia mengingat semua apa yang sudah menyimpannya.

"Alhamdulillah aku masih selamat." Zidan sangat bersyukur.

Zidan merasakan sakit diseluruh tubuhnya, dia tidak tau kalau darah terus mengalir dari pelipis, kaki juga tanganya.

Semua itu akibat terbentur batu-batu besar di sungai dan juga kayu-kayu lancip. Zidan yang sudah tak sanggup berdiri memutuskan untuk merangkak ke tepi sungai yang tak terdapat air lagi.

Untungnya sungai disitu tak berarus dan juga tidak dalam, jadi lebih mudah bagi Zidan untuk menepi.

"Hampir malam." Ucap Zidan terdengar lemah kala melihat sekitar.

"Aku harus segera pulang, pasti bapak dan adik mengkhawatirkanku." Ucap Zidan lemah.

Zidan anak pertama dari 3 bersaudara, dia kini menjadi tulang punggung keluarga, bapaknya sudah tak mampu lagi bekerja, karena sakit-sakitan.

Kedua adiknya masih duduk dibangku sekolah, Adik perempuannya yang bernama Hana, masih duduk dibangku kelas 3 SMP sebentar lagi akan ujian dan Zidan membutuhkan uang banyak untuk biaya sekolah adiknya. Kalau tidak bisa-bisa Hana tak dapat mengikuti ujian nasional.

Sedangkan Rian adik Zidan yang paling kecil masih duduk dibangku SD kelas 5. Ibu Zidan 1 tahun lalu meninggal dunia, karena sering jatuh sakit.

Sungguh lengkap sekali penderitaan yang Zidan alami.

Zidan yang masih berada di bawah pohon tepi sungai berulang kali menghela nafas berat, nafasnya masih tersegal-segal, mungkin Zidan banyak meneguk air sungai.

Zidan merasa tenaganya sudah sedikit bertambah dari sebelumnya memutuskan untuk bangkit, dia harus pergi dari tempat itu sebelum hari semakin gelap.

"Aku harus segera sampai di rumah."

"Tapi tunggu sebentar, aku tidak bisa pulang jika tubuhku penuh luka seperti ini, yang ada aku akan mendapatkan pertanyaan beruntun dari kedua bocil itu dan pastinya bapak juga akan mengintrogasiku." 

"Aku harus menutupi semua luka di tubuhku terlebih dahulu baru aku bisa pulang dengan tenang. Tidak perlu membuat orang rumah mengkhawatirkan diriku." 

Zidan melangkah ke depan sedikit mencair dedaunan yang bisa menghentikan darahnya yang terus mengalir.

Tak lama Zidan melihat sebuah daun berbentuk segitiga. Zidan segera mengambil daun-daun itu, lalu dia gulung menjadi satu dan Zidan remet-remet menggunakan kedua tanganya.

Setelah daun itu hancur, Zidan meletakan tempat di tempat yang terluka.

"Au…" Rintih Zidan saat daun yang sudah dia hancurkan tadi Zidan tempelkan di lukanya.

Rasanya perih sekali, Zidan ingin berteriak sekencang mungkin, tapi dia urungkan. dia harus bisa menahan rasa sakit dan perih mencampur jadi satu, Zidan memberikan setiap lukanya dengan daun-daun yang sudah dia hancurkan tadi.

Setengah jam berlalu barulah Zidan merasa lebih baik dari sebelumnya. Bajunya yang tadi basah kuyup kini sudah kembali kering.

"Selesai." Ucap Zidan.

"Lebih baik sekarang aku pulang, pasti bapak dan adik-adik sangat mengkhawatirkanku." Ujar Zidan.

Zidan kembali melanjutkan perjalanannya. Hari akhirnya sudah gelap, untung Zidan tau daerah disekitar sungai.

Seingat Zidan dia hanya perlu menyusuri sungai agar bisa sampai ke rumahnya, tapi Zidan harus ke hilir bukan ke hulu.

"Susah juga kalau tidak ada penerangan." 

Tiba-tiba Zidan merasa merinding berada di tengah-tengah hutan sendiri. Zidan segera mempercepat langkahnya, agar bisa segera keluar dari hutan yang berdekatan dengan sungai.

Zidan merasa masih susah untuk berjalan, tapi dia sama sekali tidak mengeluh. Saat Zidan menemukan jalan setapak dia kembali bertemu dengan Saga, Anton dan Lion.

Ketiga orang itu memang sengaja pulang lebih akhir, karena ingin meracuni air sungai di tempat itu.

"Apa yang akan mereka lakukan?" tanya Zidan entah pada siapa.

Zidan tak sengaja melihat Saga mengeluarkan sebuah botol yang di dalamnya berisi cairan yang tidak Zidan tau apa itu, Zidan memiliki firasat buruk jika cairan itu berbahaya..

"Aku harus mengambil botol itu sebelum cairan yang di dalam botol tersebut jatuh ke dalam sungai." Ujar Zidan.

Zidan sudah mulai memasang ancang-ancang untuk segera merebut botol dari tangan Saga.

"Satu, dua, tiga, sekarang!" ucap Zidan pada diri sendiri.

Pas sekali aba-aba yang Zidan lakukan, botol yang tadinya berada ditangan Saga, kini sudah berpindah tangan ke tangan Zidan.

"Apa yang kalian lakukan!" sentak Zidan.

Kali ini dia harus berusaha terlihat kuat lebih dulu, walaupun sebenarnya badan Zidan sudah sempoyongan.

"Kau bagaimana bisa selamat!" ucap ketiganya bersama.

"Hahahah, anggap saja aku hantu yang akan mencabut nyawa kalian." Ucap Zidan.

Zidan harus bisa menakut-nakuti ketiganya agar mereka percaya jika dia benar-benar hantu.

"Saga, Lion dia benar-benar hantu Zidan, lihat kakinya tidak nampak di tahan." Ucap Anton sudah mulai ketakutan.

Nyatanya bukan Anton saja yang takut, Saga dan Lion pun sama.

"Lari!" teriak Anton.

Sayangnya Lion dan Saga sudah lari terlebih dahulu.

"Hahaha, aku akan membunuh kalian satu persatu, lalu aku akan memasak kalian untuk makanan para hantu hahah!" teriak Zidan.

Teriakan Zidan itu membuat ketiganya merinding sendiri, apalagi Zidan masih terus menyusul mereka bertiga.

"Jangan lari kalian." Teriak Zidan.

Secepat kilat Zidan sudah ada di depan Saga, Zidan benar-benar seperti hantu, Zidan tidak tau jika tenaganya bertambah dari cahaya yang sempat masuk ke dalam tubuhnya.

"Hantu!" teriak Saga.

Bruk!

Saking kagetnya Saga sampai menabrak Lion yang ada di belakangnya, keduanya pun jatuh secara bersama, disusul Anton yang terpeleset menindihi Lion dan Saga.

"Aduh, badanku remuk semua." Keluh Anton.

"Tapi sebentar kok empuk jatuhnya." bingung Anton.

"Woi, anton kampret! cepat bangun badan gue remuk nih gara-gara lo." Maki Lion.

Saga bahkan mendorong kuat badan Anton.

Bruk!

"Au, sakit." Keluh Anton, saat tubuhnya didorong sangat kuat oleh Saga.

Zidan sudah pergi meninggalkan ketiganya, dia tidak mau penyamarannya diketahui oleh Saga the team.

"Setannya sudah pergi." Ujar Saga.

"Arkh!" teriak Saga saat kepalanya mengeluarkan darah, sementara gigi Lion patah dan hidung Anton sudah berdarah, karena dia jatuh telungkup saat Saga mendoronya tadi.