System Berbagi Keberkahan
" Pagi yang Cerah "
Sambil menggeliat malas Udin perlahan melangkah membuka tirai lusuh jendelanya yang tak berdaun,kemudian berlahan berjalan ke belakang pondok kecilnya untuk mengambil air di sumur tua yang terletak tak jauh di sana.
Dia hidup sebatangkara bukan karna tidak punya orang tua ataupun saudara,kedua orang tuanya dan dua saudarinya sudah lama pergi.
Bertransmigrasi ke Kaltan,ya Pulau itu adalah salah satu dari Ribuan Pulau di Negaranya.
" Negara Indola." Transmigrasi merupakan Program pemerintah untuk meratakan populasi penduduknya yang memang berbentuk kepulauan,dengan bisa mengatur kepadatan tentunya bisa memudahkan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan yang merata,tanpa kekurangan sumber daya manusia di setiap wilayah.
Kadang tersirat keinginan untuk menyusul mereka ke Kaltan ,tapi bayangan kekecewaan di wajah mereka sebelum berpisah 7 tahun yang membuat dia menepis jauh keinginan itu.
" sudah 7 tahun lebih,Seperti apa keadaan mereka sekarang ?"
Udin bergumam pelan,terlihat jelas Tatapan muram di matanya.
" Elis... Tiara... Apakah kalian mengingat Abangmu ini...? "
" Ayah...Ibu... Maafkan aku ... "
^^^"Byuuurr...Byuur..."^^^
Suara tumpahan air di badan kokoh yang legam terbakar panasnya terik matahari itu terdengar.
Dinginnya air sontak menyegarkan Fikirannya, membuat ia sedikit bisa melupakan kesedihan yang selalu saja membebani Fikirannya.
seperti biasa dia mengawali harinya dengan bersiap untuk pergi mencari besi bekas atau bisa di sebut pemulung,Pekerjaan itu di lakoni sebagian besar orang di Desanya, mencari besi bekas dengan menggunakan pengait Besi dan Magnet.
Magnet itu berguna untuk cari Besi yang berada di dasar kali dengan mengikat Magnet dengan Tali panjang yang sudah di persiapkan,sedangkan pengait itu berguna untuk mencari barang rongsokan yang berada di penampungan sampah.
" Diiin... ayo berangkat ..! "
Teriakan terdengar dari ujung jalan depan Rumahku
" Duluan aja Broo... Aku nyusul belakangan ! "
Balasku berteriak,hanya dengan mendengar suaranya yang Besar agak Ngebas Aku langsung tahu itu suara Usman Sahabatku yang biasa menemani bekerja mengais rezeki sepanjang hari.
" Okee...Aku duluan ya "
Ucap Usman lantas mengayuh Sepeda Tuanya.
Hari ini Aku memang berniat Pergi agak Siang setelah selesai menjual hasil yang Kukumpulkan dari Seminggu ini ke Pak Tarno Pengepul yang ada di ujung Desa.
" Semangat ...!! "
Perlahan kutarik Gerobak kecil satu satunya yang kumiliki menuju ujung Desa.
Desaku Matram memang bukan Desa yang Maju,tetapi Para penduduknya sangat Ramah jarang terdengar ada pertengkaran antar Warga,Yaah bagaimana mau bertengkar, memikirkan untuk kehidupan sehari hari saja sudah menyita banyak waktu Mereka.
" Pak aku mau menjual Barang Barangku Tolong di Total saja Sekalian Semuanya.." Ucapku sopan setibanya di Rumah Pak Tarno.
" Eh Nak Udin...Bawa sini biar Bapak Timbang Dulu ..." balasnya.
Tak berselang lama beliau selesai menimbang
" Totalnya 52.000 ya nak.."
" Terimakasih Pak .."
Bergegas menerima uang tersebut dan menyimpannya baik baik.
Setelah menyelesaikan semua Aku segera beranjak menyusuri jalan setapak menuju ke Jalan Beraspal memulai rutinitasku seperti biasanya,setelah menitipkan Gerobakku di Bengkel tambal Ban milik Sudi Sahabat lamaku.
" Broo...Aku Titip BMW Ku ya " ucapku Sambil tersenyum santai.
" Siap Bos,Jangan lupa Jatah Parkirnya " balas Sudi Terkekeh Sambil mengelap Tangannya yang kotor karna barusan menambal ban Motor costumernya yang Bocor.
" Pastinya " jawabku menyodorkan Sebiji Rokok padanya.
" Oh ya Din Kudengar di sepanjang Desa Gunsar Kemarin Sungainya Meluap Sangat Besar , pasti Banyak Barang Barang Yang terbawa Arus,Kamu Coba deh,Kali aja Rezeki " Ucap Sudi Sambil perlahan menghisap rokok pemberian tadi.
" Niatku Ya Begitu Hari ini... Semoga Ada Yang bisa Di jadikan Uang, Ok Broo... Berangkat Dulu .." aku segera menghentikan angkutan umum yang sudah mendekat menaikinya dan mencari kursi yang kosong untuk keduduki.
" Hati Hati Diin Semoga lancar...!" samar samar Ku dengar Sudi berteriak seiring laju angkutan bergerak.
Setengah jam Kemudian Aku sudah berdiri di tepi bendungan yang tidak terlalu besar di ujung Desa Gunsar. Sungai itu merupakan salah satu dari dua sungai besar yang ada di Kabupaten ini ,bendungan Kalanggi baru saja di resmikan beberapa bulan yang lalu,dan menjadi tempat pavorit bagi pekerja seperti kami.. dengan banyaknya Benda benda yang terseret arus deras air sungai yang tertahan di bendungan tentunya akan menjadi penghasilan untuk kami.
" Sial... sudah Ramai saja di sini " gumamku Sambil menatap beberapa teman sepekerjaanku yang sudah sibuk melempar magnet ke berbagai sudut Bendungan,kabar adanya air bah menuju bendungan rupanya sudah tersebar cepat.
Melihat kecilnya Peluang Untuk Bersaing tentu saja Aku tidak akan memaksakan Keberuntunganku di tempat ini,berlahan kulangkahkan kaki sembari melihat lihat lokasi yang belum di tempati berharap mendapatkan spot bagus yang akan mendatangkan keuntungan buatku,Aku tak pernah merasa tersaingi dengan mereka yang lebih dahulu datang bahkan sering kali berbagi spot dengan yang lain,bagiku rezeki itu sudah di atur,ga akan berkurang hanya karna berbagi.
" Broo...mau kemana kamu sini di sebelah saja ..!!" Teriakan Usman yang telah Sampai lebih dulu,karna melihatku Beranjak menjauh.
" Santai Broo... Aku mau melihat sebelah sana dulu mungkin ada spot yang bagus.." balasku menunjuk kearah Selatan Muara.
" OK Broo Hati Hati di sana Agak Curam ..! " teriaknya membalas.
Setelah menyusuri Tebing sungai yang tidak terlalu Tinggi perlahan melihat sekitar akhirnya keputusan mencoba melempar magnet ku di suatu tempat yang agak lapang di sana,terlebih dahulu mengatur tali yang ku ikatan pada magnetku agar tidak terlihat atau kasut saat kulemparkan nanti.
" sreeet...sreeet PLUNG..!!"
tentusaja lemparanku bukan Kaleng Kaleng Maklum Sudah Ahli ( Pemulung Profesional gitu loh ) Beberapa kali lemparanku hanya berhasil menaikkan beberapa lempeng besi bekas rusak penuh karat,dengan sampah plastik yang melilit di tali pengikat magnet.
" Weleh Weleh udah lemparan ke lima nih Masa ga ada yang nyangkut " Batinku Sambil menggulung Tali bersiap melempar lagi.
Saat akan Memutar Mutar magnet Untuk Kembali Melempar , tak sengaja Sudut Mataku melihat Lempengan sebesar Ruas tiga jari tipis menempel di magnetku.
" Apa ini tampak seperti Pisau tua Berkarat "
Kutarik Perlahan tetapi tidak bergeser sama sekali ,Kukerahkan Tenaga lebih Besar Dengan Tidak Sabar Agar Benda Itu Cepat Tersingkir Dari Magnetku.
" Sreeet..!! Aduh....!! "
" Sialan...!!"
Jari Telunjukku Terlihat Robek LumayanDalam Mengalirkan Darah Yang Cukup Banyak.
" Blaaas....!!! "
Semburat Cahaya Hijau Memenuhi Pandanganku,ada apa ini..? Cahaya apa...? berlahan Jariku Yang Terluka Berasa Dingin Terus Menjalar ke Tangan,Siku, Hampir menyelimuti seluruh Tubuhku.
" Aahhhh.....!!!! "
Tubuhku Seketika Terasa Tak Bertulang,Jatuh Berdebum Lunglai di Tanah.
" Apakah aku Akan Mati ... Tolong....tolong... suaraku sangat Lemah..."
" Mungkin Beracun..ya pasti..!!! ", Sialnya Aku Mati Terkena Benda Beracun Yang Bahkan Aku Sendiri Tidak Tahu Benda Apa Itu.
Diujung Sadarku Kuterima saja Takdir ini, " Maafkan Aku Ayah ..Ibu...Elis...Tiara... Ini Bukan Inginku Mati Seperti Ini, Maafkan Abangmu, Aku Tidak Bisa Menepati Janjiku,Menjadi Sukses Bukan Dari Judi "
" Ya Mereka Pergi Karna Aku... Aku Si Penjudi Sialan Ini Yang Membuat Apa yang Kalian Miliki Habis ...!!! " terbayang di kepala banyak episode kehidupanku yang lalu..,bagaimana aku menggemari berbagai bentuk Judi bahkan menjual Barang barang milik keluargaku ,keseharianku yang selalu menghindari kejaran rentenir karna hutangku yang semakin membengkak memaksa ayah menjual Rumah peninggalan kakekku satu satunya ,lalu dengan terpaksa kami harus pindah ke desa kecil tempatku saat ini.
Entah Berapa Lama Aku Terbaring Di Sini ,Perlahan Sesuatu Terasa Hangat Di aliran Darahku,Terasa nyaman...
" Apakah Ini Rasanya Menjelang Ajal ..? "
" DING...!! "
"System Reboot...!!"
" 10 ... 20...30...40...50...60....70...80...90...!!"
" 100 % "
" System Memindai Pemilik...!!"
" Pemilik Teridentifikasi ..!!"
" Ding ... Lanjutkan Ya / Tidak..? "
" Suara Apa Ini.. apakah Malaikat..? ..ke ...ke..napa Berhitung Sendiri..? "
" Hitung Mundur ..Ya / Tidak ..!! Bila Hitungan Sampai Nol Maka Pemilik Bisa Bertemu Malaikat Segera ..!! "
" 9.. "
" 8... "
" 7..."
" Apakah Ini Nyata..? Kenapa Nadanya Seperti Mengancam ..? " Batinku Bingung..
" 6..."
" 5.. "
" 4.."
" Tampaknya Pemilik Berniat Menemui Malaikat Secepatnya " Suara itu semakin Terdengar Mengejek .
" 3.."
" 2..."
" Kesempatan Terakhir Ya / Tidak ..? "
" Sebentar ...!!! Iya...Iya... Iya saja ..!! " Toh Aku Akan Mati Juga Fikirku... Biarlah...
" Menyatukan System Dengan Pemilik ..."
" BAAAM...!!! BAAAM !!! BAM...!!! "
Entah Sura Ledakan yang Memekakkan Telinga Atau Rasa Kesakitan Yang Amat Sangat Meremukkan Tubuh... Dan Semua Menjadi Gelap...
" DING...!!"
" Selamat Kepada Pemilik Proses Penyatuan Sukses ..!"
" Data Pemilik.."
" Nama : UDIN MUNA ( Level 0 ) "
" Umur : 21 Tahun "
" Modal : 52.000 Rp ( Melarat ) "
" Skill : None ( Setara Bego ) "
" Point : 10 ion "
" Keberkahan : 3 "
" Apa Kamu Berbicara Kepadaku..?! "
Ucapku Bingung Dalam Hati Entah apa Yang Terjadi Pada Tubuhku Tidak Bisa Bergerak Sama Sekali.
" Benar Tuan ..! "
" Ap...Apa Kamu Mendengar Kata Hatiku...? "
" Tentusaja Tuan "
" Siapa Kamu ...? "
" Aku Adalah System Keberkahan, Benar pemikiran Tuan , System Seperti Yang Tuan Baca Di Novel Novel "
" O M G....!! "