SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
ARYA MAHESA

ARYA MAHESA

PERANG DUA DUNIA

Sudah lebih dari lima tahun sejak pintu langit dibuka. Dewa Anhur, Pemimpin para Dewa di Istana Langit, mengirim sembilan ratus ribu tentara untuk memerangi umat manusia.

Pasukan Tentara Langit tersebut dipimpin oleh sembilan Dewa Perang. Tujuan mereka hanya satu, mengambil kembali Kitab Dunia yang hilang dan memusnahkan siapa saja yang mengetahui isi dan keberadaannya.

Anhur menyadari bahwa itu tidaklah mudah. Jika saja dia tidak terlambat mengetahuinya, mungkin hanya dengan mengirim satu saja tentara langit maka semua masalah akan selesai.

Kini, manusia sudah bisa mengendalikan tenaga dalam layaknya para Dewa. Hanya saja mereka masih merupakan makhluk yang fana. Akan tetapi, seperti makhluk fana lainnya, Manusia berkembang dengan cepat, dan itu tentu saja menjadi masalah besar yang lainnya.

Diperkirakan sepuluh ribu tahun sejak Kitab Dunia menghilang dan akhirnya diketahui sudah jatuh ke tangan manusia, kini hampir semua manusia di Bumi sudah bisa mengaktifkan Tenaga Dalam mereka.

Tidak butuh waktu lama lagi sebelum manusia-manusia itu merusak keseimbangan dunia. Lebih buruk lagi, manusia bisa menjadi ancaman yang berpotensi menghancurkan Dunia itu sendiri.

Saat ini, Dewa Anhur tidak memiliki pilihan lagi selain memusnahkan seluruh umat manusia. Dan itulah kenapa Perang Dua Dunia ini dimulai.

Disisi lain, manusia berusaha mempertahankan keberadaan mereka. Selama lima tahun tersebut, manusia mencoba bertahan melawan gempuran dari Tentara Langit dengan segala upaya mereka. Manusia memang kalah dalam banyak hal, Namun manusia menang jumlah.

Selama masa perang, pejuang-pejuang hebat terus bermunculan dari kalangan manusia. Walaupun tentara langit memiliki kekuatan yang luar biasa, mereka masih setengah dewa dan belum menjadi makhluk abadi, hanya sembilan Dewa Perang yang memimpin mereka saja menyandang status Dewa sepenuhnya. Selain kekuatan sembilan Dewa tersebut, meski banyak menelan korban jiwa, selama lima tahun ini manusia bisa mengimbangi kekuatan Tentara Langit tersebut.

Perang ini hampir saja dimenangkan oleh pasukan langit. Namun, mereka tidak menyangka akan muncul satu manusia yang mampu mencapai kekuatan setara Dewa. Orang itu adalah satu-satunya manusia yang berhadapan dengan tidak satu tapi sembilan Dewa Perang yang abadi tanpa terlihat gentar sedikitpun.

Arangga berhasil memisahkan pertempurannya melawan sembilan Dewa Perang ke ujung daratan SwarnaDwipa. Arangga tidak ingin dampak pertempuran antara dirinya dan sembilan Dewa ini mengenai umat manusia lebih banyak lagi. Bagaimana tidak, belum lama mereka beradu kekuatan disini, Area pertempuran yang luas itu sudah luluh lantah.

Sembilan Dewa Perang itu benar-benar kewalahan menghadapi satu manusia ini sejak kemunculannya. Bagaimanapun mereka mencoba menyerangnya, saat itu juga Arangga membalas dan mampu memberikan mereka luka.

"Arangga, Dewa Anhur menawarkanmu satu tempat di Istana Langit jika kau mau menyerahkan Kitab Dunia pada kami."

"Jika aku menerimanya, kalian tetap akan memusnahkan umat manusia, bukan?."

"Kau pasti sudah tau betapa berbahayanya jika Kitab itu tetap berada di antara kalian, bukan?."

Tentu saja Arangga menyadari itu. Saat dia berhasil mencapai kekuatan ini, dia tidak bisa membayangkan bagaimana jika umat manusia kedepan benar-benar bisa menggunakan kekuatan Dewa untuk saling menyerang. Bumi akan hancur oleh kekuatan beberapa orang saja. Namun, Arangga juga tidak ingin umat manusia dimusnahkan begitu saja.

"Maaf, aku tidak bisa memenuhi permintaan kalian. Jadi, bagaimana jika kalian kembali saja ke langit, dan katakan pada Anhur untuk tidak mencampuri urusan manusia lagi."

Mendengar perkataan Arangga itu, sembilan Dewa Perang menjadi murka. Mereka kembali menyerang Arangga bersamaan. Dengan kecepatan tinggi Arangga terbang ke angkasa, mereka juga langsung menyusul dengan kecepatan yang tak kalah tingginya.

Di langit, mereka bertukar serangan dengan Arangga. Saat setiap senjata mereka beradu, terjadi kilatan seperti petir dan suara yang menggelegar di angkasa. Sebenarnya, ini sungguh pemandangan yang tak biasa.

Baik penghuni bumi maupun langit tidak pernah menyangka, akan datang masanya tidak hanya satu tapi sembilan Dewa Perang dari langit, kewalahan hanya untuk memusnahkan satu manusia saja.

Arangga tentu saja tau perkataannya akan menyulut amarah sembilan Dewa ini. Tapi, memang itu yang diinginkannya. Saat mereka murka, mereka menyerang Arangga secara membabi buta.

Serangan seperti itu membuat mereka sedikit lengah. Arangga hanya menunggu satu momen saja. Saat itu tiba Arangga akan punya celah untuk menakhlukkan mereka semua.

Selang tak berapa lama, mereka berhasil mengepung Arangga. Merasa ini adalah kesempatan mereka, semua Dewa Perang itu menyerang Arangga dari segala Arah. Namun, tanpa mereka sadari mereka sudah berada dalam posisi yang ditunggu oleh Arangga. Mereka semua akhirnya berada dalam jangkauan tebasan pedang Arangga.

Tanpa menyia-nyiakan kesempatan itu. Arangga melepaskan Aura Penguasa yang telah dipelajarinya dari Kitab Dunia. Saat itu juga, waktu terasa berhenti. Itu membuat sembilan Dewa itu tidak bisa bergerak seakan tubuh mereka tiba-tiba membeku di udara.

Dengan jeda yang beri oleh Aura Penguasa itu, Arangga memiliki waktu untuk mengalirkan tenaga dalam dengan jumlah yang sangat besar pada pedangnya. Arangga berniat menjadikan ini sebagai serangan pamungkas dan mengakhiri perang yang telah berlangsung lama, saat ini juga.

"Jurus Kedua Belas... Gerbang Kematian!"

Saat Arangga mengaktifkan jurus itu, selama sepersekian detik dunia terlihat terang lalu tiba-tiba menjadi sangat gelap. Seketika sebuah lobang besar terbuka di udara dan menarik mereka semua masuk kedalamnya.

Arangga menjebak mereka. Jurus ini hanya bisa aktif jika musuh berada pada jangkauan tebasannya. Jurus ini juga membawa sembilan Dewa dari Langit ini ke dimensi lain. Di sana, mereka melayang dalam ruang gelap tak bertepi dan tetap tidak bisa bergerak sedikitpun.

Di dimensi ini aura kehidupan mereka melemah. Dalam beberapa saat saja mereka merasakan ada yang salah. Mereka merasakan sesuatu yang belum pernah dirasakan oleh tubuh mereka sebelumnya.

Ini adalah jurus terkuat yang bisa dicapai Arangga di Kitab Dunia. Dimana saat gerbang kematian terbuka, di dalamnya tidak ada lagi keabadian. Jurus ini memang diciptakan untuk membunuh makhluk abadi. Lebih tepatnya, jurus ini diciptakan memang sebagai pembunuh para para Dewa.

Sembilan Dewa Perang itu untuk pertama kali dalam hidup mereka merasakan ketakutan atas kematian. Mereka sadar dalam dimensi ini mereka tidak lagi abadi. Yang paling mengerikan lagi bagi mereka adalah, Sosok Arangga sendiri di dalam dimensi ini berubah menjadi Dewa kematian bagi mereka semua.

Arangga melayang diatas mereka. Dengan memusatkan pikirannya, Arangga kembali mengangkat pedang dengan kedua tangannya tinggi. kali ini sedikit menyamping. Memasang Kuda-kuda tanda Arangga akan segera mengayunkannya.

" Tebasan Keabadian! "

Satu tebasan itu seperti mendistorsi ruang dan waktu. Dengan satu tebasan di dalam dimensi kematian, Arangga langsung menghabisi semuanya secara bersamaan.

Kesembilan Dewa itu tidak sempat bereaksi apapun saat tebasan dari pedang Arangga langsung membinasakan tubuh dan nyawa mereka tanpa sisa. Sembilan Dewa Perang terkuat dari langit saat itu, raib begitu saja.

Dewa Anhur menyaksikan semua dari Istana Langit. Kehilangan sembilan Dewa Perang dengan cara seperti itu benar-benar membuatnya murka. Anhur tidak perduli lagi dampak kedepannya. Dengan amarah yang sedang membakarnya, Dewa Anhur menarik paksa semua tentara kembali ke Langit.

Saat semua Tentara Langit tiba-tiba menghilang, jutaan manusia yang sedang bertempur dengan mereka, terkejut. Tak lama setelahnya, mereka menyadari bahwa Arangga pasti sudah berhasil mengalahkan sembilan Dewa yang memimpin pasukan langit itu. Kemenangan yang selama ini sudah ditunggu-tunggu akhirnya dalam genggaman.

Arangga yang baru saja kembali dari dimensi kematian, merasa sudah menyelesaikan peperangan. Namun, Saat dia baru saja menginjakkan kakinya ditanah, sebuah suara yang yang sangat memekakkan telinga menggema di Angkasa.

Arangga menengadah menatap langit. Suara itu terdengar lagi dan kali ini semakin kuat. Arangga membesarkan matanya saat melihat Langit retak dan Akhirnya terkoyak. Di balik itu muncul sebuah kepala dari makhkuk yang memiliki ukuran yang sangat luar biasa besarnya. Matanya langsung menatap tajam kearah Arangga.

Arangga tidak percaya Anhur akan sampai sejauh ini. Dengan melepaskan makhluk ini, tentu saja ini tidak hanya akan mengancam keberadaan umat manusia. Ini juga akan memusnahkan seluruh kehidupan yang ada di Bumi.

Seluruh umat manusia yang sebelumnya bersorak meneriakkan kemenangannya, terbungkam mendengar suara yang sangat menakutkan itu. Saat melihat ke Langit, mereka menyaksikan kemunculan makhluk legenda yang menjadi momok menakutkan bagi setiap makhluk yang bernyawa.

Kulkan, makhluk terkuat yang pernah ada. Baru saja merobek pintu langit dan langsung menukik ke arahnya. Arangga tidak yakin bahkan Dewa Anhur yang digadang-gadang sebagai Dewa Terkuat itu sendiri pun bisa menakhlukkannya.

"Dewa Sialan!"

LEDAKAN TERAKHIR

Tidak ada pilihan lain. Sekarang mungkin memang hanya dirinya yang bisa menghadapi Kulkan. Tapi, Arangga juga tau kemungkinan untuk mengalahkan Kulkan itu sangat kecil atau bisa dikatakan mustahil.

Arangga menancapkan pedangnya ketanah, kemudian duduk bersila di depannya. Arangga memejamkan mata mencoba mendapatkan ketenangan.

"Jurus Kesebelas, Gerbang Harapan!"

Arangga memakai jurus ini untuk mengumpulkan tenaga dalam semua makhkuk hidup yang ada di Bumi. Tenaga dalam itu di alirkan pada pedangnya. Karna waktunya sangat sedikit, jumlah tenaga dalam yang terkumpul jauh dari harapan Arangga.

Saat dilepaskan, Kulkan langsung terbang ke Bumi. Tempat terakhir kali dia berkeliaran di Dunia yang dulu dikuasainya ini. Dengan amarah dan dendam, Kulkan langsung mencari sumber yang memancarkan tenaga dalam yang paling kuat di bawah sana.

Kulkan sendiri memiliki penglihatan yang sangat tajam, sehingga bisa melihat apa yang terjadi di Bumi.

Kulkan tidak menyangka bahwa sosok yang sedang di tujunya itu adalah manusia. Terakhir kali Kulkan hanya melihat manusia bagaikan semut yang tak berarti. Tapi sekarang energi dari manusia di bawah sana sangat tidak biasa.

Karna tidak banyak waktu lagi, Arangga segera bangkit dan mencabut pedang nya. Dia menatap tepat kearah kedatangan Kulkan. Arangga menghela nafas panjang dan memantapkan tekadnya. Arangga melesat dengan kecepatan penuh menuju Kulkan.

Arangga terbang melesat ke atas dengan kecepatan yang melebihi kecepatan suara. Sehingga, dia meninggalkan beberapa kali dentuman di belakang jalur terbangnya.

Kulkan merasa ada yang tidak beres dengan manusia yang dia hadapi ini, sejak kapan manusia memiliki keberanian dan kekuatan seperti ini.

Meski tidak begitu tau apa yang terjadi, Kulkan yakin tidak ada satu pun makhluk yang bisa menghentikannya kali ini. Kulkan membuka mulut nya, kemudian menembakkan bola api raksasa tepat pada Arangga.

Kulkan yakin bola api besar itu pasti akan mengenai Arangga dan menghancurkannya. Tapi, tidak seperti yang diharapkan olehnya. Bola api yang dia tembakkan itu, baru saja dibelah. Yang membuat Kulkan lebih heran lagi Arangga semakin memacu kecepatannya.

Kulkan yakin manusia ini memiliki kekuatan Dewa bahkan mungkin manusia ini sudah menjadi dewa itu sendiri. karna dia sama sekali tidak takut dengan kematian di depan matanya. Tidak di ragukan lagi, manusia yang melesat tanpa ragu padanya ini juga pasti sudah sampai pada level abadi.

Kulkan sadar, Ini akan menjadi pertarungan yang sedikit panjang sebelum dia menyerap energi kehidupan Arangga dan membinasakannya.

Setelah membelah bola api yang baru saja dilepaskan oleh Kulkan, Arangga tau ini tidak akan berakhir baik. Arangga menarik pedang nya. Mendekatkan bilah pedang itu pada wajahnya.

"Kau dibuat untuk melindungi umat manusia. Sekarang, kuberikan semua yang kami punya padamu. Hentikan makhluk ini!" bisik Arangga pada pedangnya.

Dan seketika pedangnya mulai menyala memancarkan cahaya biru yang sangat terang. Cahaya itu, semakin lama semakin terang dan sedikit menyilaukan.

Arangga menjulurkan pedangnya yang menyala itu pada Kulkan. Arangga hanya punya satu kesempatan untuk melakukan serangan. Jika gagal, semua akan berakhir. Semua makhluk di Bumi akan segera punah.

"Jurus Kedua Belas, Gerbang kematian!"

Semua manusia yang berjarak puluhan ribu kilometer dari bentrokan antara Arangga dan Kulkan di angkasa, menyaksikan Arangga dari bawah terbang dengan kecepatan tinggi ke arah datangnya Kulkan.

Arangga yang melesat keatas terlihat seperti meteor kecil berekor yang sangat panjang berwarna biru dan merah yang akan segera menabrak tubuh Kulkan yang besarnya nyaris separuh luas daratan SwarnaDwipa.

Tepat saat mereka menyangka akan ada benturan yang maha dahsyat akan terjadi, seketika sebuah lubang Dimensi super besar terbuka.

Belum sempat mereka mengekspresikan keterkejutan, kejadian berikutnya lebih membuat mereka terpana. Lubang yang barusaja muncul itu dengan sekejap mata menelan Kulkan kedalamnya.

Dunia langsung hening saat tubuh Kulkan yang sebelumnya terlihat hampir menutupi langit itu menghilang di Angkasa.

Semua mata yang melihat dari bawah merasa seolah-olah kejadian ini seperti mimpi. Hal yang baru saja terjadi membuat pikiran mereka menjadi kosong. Dunia tetap hening selama beberapa menit, sebelum akhirnya tanah mulai bergetar.

Getaran itu tidak lama menjadi goncangan, dan goncangan itu mulai terasa seperti gempa dan terus membesar. Umat manusia yang sebelumnya terdiam kini mulai dilanda kepanikan. Mereka sama sekali tidak tau apa yang terjadi. Dan mulai mencari cara untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing.

Tidak lama setelah itu, cahaya berwarna warni mulai menyelimuti bumi dengan kecepatan tinggi. Jauh di ujung daratan SwarnaDwipa terdengar suara dentuman yang sangat keras.

Meski jarak ledakan itu sangat jauh, Namun suara dari hasil dentumannya itu seolah mampu meledakkan jantung makhluk hidup yang berada dalam jarak ribuan kilometer dari lokasi ledakan itu terjadi.

Ledakan tersebut menyebabkan Gempa bumi terbesar dalam sejarah umat manusia. Gelombang kejut dari ledakan itu juga meratakan permukaan tanah dalam radius belasan ribu kilo meter jauhnya. Membuat laut bergejolak menghasilkan tsunami yang juga sangat besar.

Anhur yang melihat kejadian itu dari Istana Langit, tertegun. Dia tidak bisa membayangkan jika saja Kulkan menghantam bumi secara langsung. Bukan tidak mungkin itu langsung membuat Bumi terbelah jika tidak hancur menjadi serpihan.

Berbeda dari apa yang dilihat oleh Dewa Anhur, umat manusia tidak tau apa yang  terjadi setelah Kulkan menghilang selain suara dentuman yang dahsyat dan Cahaya biru yang kini memenuhi seluruh lapisan udara.

Seminggu setelah kejadian itu, tidak ada yang terjadi lagi. Cahaya yang memenuhi udara sudah mulai memudar.

Dengan hilangnya tentara langit dan Kulkan, Semua beranggapan Perang antara Dua Dunia ini akhirnya benar-benar berakhir. Dengan dampak perang yang sedahsyat ini, tidak ada yang perduli lagi siapa yang menang ataupun kalah.

Akan tetapi, tidak ada yang benar-benar tau apa yang terjadi antara Arangga dan Kulkan. Karena selama seminggu itu juga, Arangga tidak pernah muncul kembali.

Dampak peperangan yang terjadi lebih dari lima tahun ini, memakan korban lebih dari Seratus Juta Jiwa dari pihak manusia dan hampir Tiga Ratus Ribu tentara langit dan sembilan Dewa Perang juga dipastikan menjadi korban perang terbesar dalam sejarah ini.

Perang ini juga berdampak besar pada struktur tanah. Ledakan terakhir menyebabkan daratan terbesar di Bumi itu, terpisah menjadi tiga bagian. Pecahan dari ledakan itu membuat munculnya pulau-pulau kecil disekitar nya.

Hasil dari pertempuran ini, membuat Dewa Anhur menyadari bahwa langit tidak lagi aman. Dengan dibantu oleh semua Dewa yang ada di Istana Langit, Dewa Anhur menyegel Pintu Langit. Ini membuat dua Dunia ini benar-benar sudah terpisah.

Akhir Perang ini menjadi titik awal dimulainya sejarah dan peradaban baru umat manusia.