SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Pengusaha Muda Dengan Sistem

Pengusaha Muda Dengan Sistem

Bab.1

Luke Lawrance seorang anak muda berusia 17 tahun harus bekerja keras demi keluarganya. Sejak setahun yang lalu kedua orang tuanya mengalami kecelakaan dan meninggal dunia, meningglkan Luke dan kedua adiknya sendirian.

Luke yang merupakan anak sulung mau tak mau harus hidup sebagai seorang kakak dan wali bagi kedua adik kembarnya yang masih bersekolah di bangku sekolah dasar.

Luke sendiri sudah pernah di ceritakan oleh sang ayah jika dulu kedua orang tuanya kawin lari karna tak di restui oleh orang tua sang ayah. Sedangkan sang ibu sendiri adalah wanita miskin dari daerah kumuh yang tak memiliki satupun keluarga ataupun saudara.

Karna itulah saat kedua orang tua Luke meninggal, tak ada satupun saudara yang menolong dia dan adiknya dan hanya ada beberapa kenalan orang tuanya yang sedikit membantu selepas kepergian kedua orang tuanya.

Luke yang sudah pasrah dengan keadaan hanya bisa terus berusaha tetap tabah sambil menjalankan toko toserba kecil peninggalan kedua orang tuanya.

 

Di sebuah rumah kecil, dengan keadaan yang sangat sederhana bangunlah seorang pria muda yang tak lain adalah Luke Lawrance.

“ Ahhhh.... sudah pagi, padahal rasanya baru saja tidur.”

Lalu Luke yang terbangun karna suara alarm pagi harinya langsung membangunkan kedua adiknya. Kedua adiknya tidur di kamar lama Luke, sedangkan Luke kini tidur di kamar orang tuanya dulu.

“ Chiko....Chika... ayo bangun sudah pagi, waktunya sekolah.”

“Ehh...” nampak sang adik Chiko terbangun terlebih dahulu.

“Sana mandi duluan, kakak akan menyiapkan sarapan.” Lalu Luke langsung bergegas ke kamar mandi mencuci mukanya dan pergi ke dapur untuk mempersiapkan sarapan.

“Hem....masak apa ya enaknya.” Luke yang membuka kulkas di dapur hanya bisa melihat sisa sisa bahan makanan seadanya. Ada sepotong tempe dan tahu, lalu seikat daun bawang yang sudah hampir mengering.

Sedangkan sisanya hanya air putih dan beberapa obat syrup sang adik yang sengaja ia simpan di kulkas.

“Baiklah ... bikin nasi goreng aja kali ya.”

Lalu dengan sigap Luke mengambil sisa bahan makanan terakhirnya dan berniat membuat nasi goreng.

Sambil membuka tutup magicom, Luke melihat masih ada sisa nasi semalam dan nampaknya itu hanya cukup untuk satu atau dua orang. Luke hanya tersenyum dan langsung memasak sarapan.

“Oke dah siap... Chiko, Chika sarapan dah siap, sini makan.”

Lalu sang adik Chiko yang sudah mandi terlebih dahulu datang dan duduk di meja makan dan di ikuti oleh sang adik Chika.

“Kakak... susunya dah habis nih.” Nampak Chiko yang membuka kulkas melihat susu mereka sudah habis.

“ Ya udah, sekarang minum air putih aja dulu, nanti sore kakak akan beli susu dan bahan makanan di pasar.” Nampak Luke meyakinkan adiknya.

“Hem...” Lalu Chiko hanya bisa menganguk dan berjalan ke meja makan dan memakan sarapan mereka.

“Loh... kok cuman dua, kakak dah makan?.” Nampak sang adik Chiko heran karna melihat hanya ada dua piring di meja makan.

“Ya, sudah...kakak baru selesai makan. Sudahlah habiskan cepat.” Lalu Luke berjalan kembali ke kamar sambil membawa handuk dan akhirnya ia mandi.

Sebenarnya sejak tadi malam Luke belum makan dan pagi ini pun sama, tapi untuk sedikit berhemat ia rela tak makan asalkan kedua adik kecilnya tak kekurangan satu hal apapun.

Sampai akhirnya Luke selesai mandi dan berpakaian sekolah.

“Apa sudah siap... kalo sudah ayo berangkat.”

“Sudah kak.”

Lalu Luke mulai mengeluarkan sepeda motor supranya yang tak lain adalah sepeda motor sang ayah dan ia memanaskan motornya terlebih dahulu.

Rumah kontrakan keluarga Luke sendiri berada di ujung kompleks perumahan dan karna inilah suasana di sana sedikit sepi.

Sambil memanaskan motornya, Luke melihat sang adik Chika sedikit pucat dan akhirnya ia sadar ada yang aneh dengan adik perempuan bungsunya itu.

“Chika... kamu kenapa?... apakah kamu sakit?...”

“Enggak” sang adik Chika hanya menggelengkan kepala sambil menjawab pertanyaan si kakak.

“ Obatnya dah di minum kan?.”

“ Udah.”

“Ohh, ya udah... baiklah ayo berangkat.”

Lalu luke menutup pintu rumahnya dan meletakkan kunci rumah di bawah pot bunga. Dan ketiga saudara itupun bersama sama naik sepeda motor berangkat ke sekolah.

Sesampainya di sekolah Adiknya, Luke langsung menurunkan kedua adiknya yang masih kelas satu sd itu dan mengantarkan mereka sampai pintu gerbang.

“ Dadah kak.” Akhirnya sang adik Chiko berjalan dengan di ikuti Chika yang berjalan pelan masuk ke dalam sekolah.

Saat melihat keadaan sang adik Chika, Luke sangat sedih. Sebenarnya sang adik Chika mempunyai penyakit TBC dan kata Dokter harus segera di obati dengan layak agar tidak makin parah.

Tapi apalah daya, Luke hanyalah siswa SMA kelas dua dan ia juga tak memiliki banyak uang. Bahkan untuk makan saja Luke harus bekerja sangat keras di Toko peninggalan keluarganya.

“Hem...” Luke hanya bisa kembali ke motornya dan berangkat ke sekolahnya, meninggalkan kedua adiknya di sekolah.

Akhirnya Luke sampai ke sekolahnya. Sekolah Luke sendiri termasuk salah satu sekolah swasta terbaik di kotanya. Luke sendiri tak menyangka dapat bersekolah di sana. Karna kepintaran Luke, dia mendapatkan beasiswa dan dapat bersekolah di SIS {Sanjaya International School} dengan gratis.

Luke yang sampai, memakirkan sepeda motor supranya di parkiran khusus siswa dan bergegas ke kelas.

 

Di dalam kelas...

Nampak sudah banyak murid memenuhi ruang kelas dan saling mengobrol satu sama lain.

“Hoi Luke... akhirnya sampe, sini cepet mana PR lu aku mau nyalin.”

Luke yang baru saja sampai sudah di tagih PR sama preman kelas.

Tapi Luke tak pernah ambil pusing dan ia juga tak pernah ingin memulai keributan di sekolah. Luke sadar dia dapat bersekolah di sana karna beasiswa dari sekolah dan tujuan utama Luke adalah dapat menyelesaikan pendidikanya di sana dengan memanfaatkan beasiswa yang ia dapatkan.

“Nih... pit.” Lalu luke berjalan sambil menyerahkan PR yang ia kerjakan di larut malam itu kepada David teman sekelasnya dan pergi ke tempat duduknya kembali.

“Huh...akhirnya bisa duduk.” Luke yang sampai di bangkunya hanya duduk dan tidur di sana sambil menunggu jam masuk. Tapi tiba tiba ia di datangi oleh seorang gadis.

Bab.2

“Hai Luke, apa laporan pengeluaran bulanan kas OSIS sudah siap?.”

Baru saja duduk Luke sudah di datangi oleh orang lain. Luke yang mendengar dan menyadari suara itu langsung mengangkat kepalanya dan melihat ke arah suara itu.

“Ya sudah, ini.” Lalu luke membuka tasnya dan menyerahkan buku dan beberapa lembar kertas tebal kepada gadis itu.

“Hehehe... makasih ya, dan juga bayarannya akan ku transfer seperti biasa.”

“Oke.” Akhirnya gadis itupun pergi meninggalkan Luke.

“Hem, sebenarnya apa sih yang di pikirkan anak anak orang kaya di sini. Kenapa mereka mau bergabung OSIS tapi tak mau mengurus pekerjaanya dan malah membayar orang lain untuk menyelesaikan tugas mereka.”

“ Ya, sebenarnya bergabung OSIS ada banyak manfaatnya dan yang paling penting adalah rekomendasi khusus dari sekolah ke perguruan tinggi yang di inginkan. Tapi sayangnya aku tak mungkin melanjutkan pendidikanku sampai ke perguruan tinggi.”

“Hem...tapi karna ini aku bisa mendapatan bayaran yang lumayan jadi aku tak bisa mengeluh.” Luke bicara dalam hati.

Sampai seorang guru muda yang cantik dengan pakaian rapi datang ke kelas dan pelajaran pun di mulai. Selama pelajaran, Luke nampak tak kesusahan dalam mengikuti pelajaran. Hanya saja ia sedikit ngantuk karna tadi malam begadang sampai larut malam.

[tengg...tong...teng....]

Akhirnya bel istirahat berbunyi dan seluruh siswa mulai bersiap siap ke kantin.

“Baiklah anak anak, pelajarannya kita lanjutkan nanti, silahkan istirahat terlebih dahulu.” Lalu guru itupun pergi meninggalkan kelas di ikuti oleh beberapa siswa lainnya.

“Hoi Luke... ayo ke kantin.”

“Duluan aja yo, aku ada urusan.”

“Hem, yaudah.” Lalu Aryo yang merupakan teman Luke juga pergi keluar kelas.

Tak lama setelah merapikan buku pelajaran dan catatannya Luke juga pergi meninggalakan kelas. Ia berjalan sambil mengetik sebuah pesan di ponsel pintarnya.

Luke berjalan berlawanan dari kebanyakan siswa yang sedang berjalan ke arah kantin. Sampai Luke tiba di sebuah lorong ruangan kesenian dan ia nampak memasuki ruangan itu. Di dalam ada banyak lukisan lukisan karya siswa dan barang lainnya.

“Hem...nampaknya dia belum datang.” Lalu Luke mulai berjalan sambil melihat lihat lukisan yang ada di sana.

“Woah, yang ini bagus sekali.”

Tapi saat Luke sedang melihat lihat lukisan karya siswa yang di pajang di sepanjang dinding ruangan, ia tiba tiba di datangi oleh seseorang dan orang itu langsung menutup mata Luke dari belakang.

“Coba tebak siapa?...” nampak suara yang sengaja di tinggikan berbicara pada Luke.

“Hahaha... Ange apa yang kau lakukan.”

“Hemmm, kenapa kau bisa tau?.”

“ Tentu saja aku tau, tanganmu itu sangat lembut jadi aku sudah bisa menebak ini tangan siapa saat memegangnya.”

Lalu Luke berbalik dan ia dapat melihat dengan jelas seorang gadis cantik dengan rambut panjang berwarna hitam kecoklatan sedang tersenyum ke arahnya. Yang tak lain adalah sang kekasih yaitu Angelise Anatasya.

“Apa kamu sudah lama sampai?.”

“ Tidak, aku baru saja tiba.”

“Baiklah ayo pergi....” lalu Ange menangkap tangan kiri luke dan dan memeluknya sambil berjalan ke arah ujung lorong kelas kesenian. Sampai akhirnya mereka tiba di atas gedung kelas kesenian.

“Woah...pemandangan hari ini indah sekali.”

Nampak Ange langsung berlari kecil sambil memutarkan badan melihat pemandangan siang hari yang cerah itu.

Sedangkan Luke sendiri hanya bisa terpanah dengan kecantikan Ange yang terlihat jelas di bawah terangnya sinar mentari saat itu.

“Apa...kenapa kamu menatapku begitu?.”

“Hem... kenapa ya...bagiku kecantikanmu bahkan lebih indah dari pemandangan itu.” Nampak Luke sedikit menggombal.

“Huh...kalau itu aku sudah tau, tak ada yang lebih cantik dari didiriku ini.” Nampak Ange melipat tanganya sambil tersenyum dan sedikit pamer.

“Baiklah ayo kita makan, aku sudah membawa dua bekal makanan.” Lalu Ange membuka tas kecil yang ia bawa dan mengeluarkan dua buah bekal dari Tupperware.

“ Apa menu makan siang kali ini?.”

“Coba buka dan lihat sendiri.”

Lalu Luke membuka kotak Tupperware dan di sana ia melihat bekal yang di isi dengan potongan tomat merah dan salad. Lalu juga ada potongan daging steak, nasi dan telor dadar gulung yang sudah di potong berbentuk love.

“Wah... mewah sekali, makasih Ange.”

“Tak perlu berterima kasih, kita inikan pacaran dan juga kamu sudah banyak membantuku dalam belajar jadi anggap saja ini sebagai balasanku.”

“Hem...”

Lalu kedua kekasih itupun menghabiskan makan siang bersama di atas bangunan sekolah dengan di temani pemandangan yang cerah dan angin sepoy sepoy yang menghiasi canda tawa mereka.

Tapi dari kejauhan nampak seorang pria memandangi mereka berdua dari gedung sekolah yang berbeda dan terlihat sangat marah.

“Ah... kenyang sekali, dan rasanya sangat enak. Apa kau yang memasak makanan ini?. "

“Haaa..hem...sebenarnya yang memasak ini adalah koki khusus dari rumahku dan juga aku janji suatu hari nanti aku akan memasak sendiri untukmu.” Nampak Ange menjelaskan kepada kekasihnya itu sambil malu malu.

“Hahahah... santai saja aku akan menunggu hari itu tiba.”

[teng...tong...teng...ting..]

“Ahh... waktu istirahat sudah selesai, ayo kembali Ange.”

“Hem...”

Lalu kedua kekasih itu berjalan kembali ke dalam koridor kelas sambil berpegangan tangan dan kembali ke kelas mereka masing masing. Sampai mereka tiba di depan pintu keluar kelas kesenian.

“Baiklah, sampai jumpa lagi.”

“Ya...jangan lupa menghubungiku saat kau bekerja nanti ya.”

“Oke.”

Akhirnya Luke dan Ange pergi ke kelas mereka masing masing.

 

Luke mulai kembali belajar di kelas sampai akhirnya bel tanda pulang sekolah berbunyi. Dan seluruh murid akhirnya meninggalkan kelas.

Sebenarnya ada beberapa murid yang lanjut Eskul sekolah, tapi tak banyak juga yang langsung pulang atau pergi jalan jalan dulu bersama teman mereka.

Tapi Luke harus pulang dan berjualan di toko keluarganya untuk biaya hidup ia dan adiknya.

Saat Luke sampai di parkiran motor, nampak dia sudah di tunggu oleh beberapa pria di sana.

“Akhirnya datang juga.”

“Ya elah...hanya cecunguk kayak begini napain harus bawa full squad sih.”

“Diamlah bodoh, Bos sendiri yang memberi perintah langsung.”

Nampak Luke yang melihat beberapa kakak kelasnya itu sedang menunggunya langsung berbicara pada mereka.

“ Kak, ada perlu apa sama saya?.”

“Sudahlah tak perlu banyak tanya...ayo ikuti kami.”

Lalu Luke pergi dengan sepeda motornya dan mengikuti kakak kelasnya dari belakang.

“ Astaga para kakak kelas itu apa gak takut jatuh, mereka pake motor kenceng banget sambil free style di jalan.”

Luke yang sedikit bingung karna sudah lama mengikuti seniornya itu akhirnya memacu motor supranya dan berbicara dengan salah satu dari mereka yang mengendarai motor sport secara santai.

“ Kak kemana kita akan pergi?.”

“Sudahlah lu jangan bawel ikutin aja gue, awas lu kalo sampe kabur.”Lalu pria tersebut memacu kendaraanya lebih kencang lagi.

Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah tempat yang sangat sepi dengan banyak bangunan tinggi yang sudah kosong dan sudah tak di tempati.

Di sana nampak sudah ada banyak kendaraan motor lainnya dan ada beberapa mobil sport Ferrari dan Lamborgini.

“Ayo ikut....”

Lalu Luke yang sampai hanya bisa pasrah dan mengikuti para seniornya itu masuk ke dalam salah satu bangunan yang sudah kosong.