Sistem Kekayaan Hukuman
.
.
Seorang pemuda tampan yang terbaring di rumah sakit tiba-tiba membuka kedua matanya, sontak suster yang tadi memeriksanya terkejut dan segera berlari untuk memanggil dokter.
Pemuda tersebut mengernyitkan dahinya tidak mengerti dengan kelakuan suster. Kemudian dia mencoba menggerakkan tubuhnya untuk duduk, terasa cukup susah, seakan tubuhnya kaku dan jarang digerakkan.
Pemuda itu melihat kedua telapak tangannya yang ramping, putih pucat dan panjang. Lengannya juga terlihat kecil.
Apa yang terjadi? Ini dimana?
Pemuda itu melihat ke sekelilingnya, ia berada di rumah sakit di ruangan yang menyatu dengan pasien lain, karena itu tempatnya agak berisik.
Kemudian dokter datang memeriksanya, setelah itu dokter maupun suster terlihat senang dan puas. Kemudian dokter mengatakan dirinya mengalami keajaiban setelah mencoba bunuh diri dari atap gedung, padahal tadinya dokter berpikir dia sudah tidak dapat diselamatkan selain dengan oprasi. Berhubung tidak ada keluarga yang datang untuk memberi jaminan uang, jadi rumah sakit tidak bisa melakukan apapun.
Tapi untungnya dia terbangun dan semua baik-baik saja, bahkan terlihat sangat sehat.
Dengan bahagia dokter tersebut mengatakan dia tidak perlu khawatir dengan biayanya, semua sudah ditanggung oleh dokter, dokter sudah sangat senang karena dia berhasil selamat dan tidak meninggal.
Pemuda itu hanya diam, masih berusaha memproses apa yang sedang terjadi. Dia tidak ingat pernah loncat dari atap gedung apapun.. yang dia ingat adalah...
Dia adalah seorang ketua mafia terbesar di salah satu negara, iya, negara, bukan kota. Seluruh mafia dan preman di seluruh kota di negara itu tunduk padanya. Dia telah banyak berbuat jahat, membunuh dengan hati dingin, tanpa perasaan.. hingga yang terjadi selanjutnya adalah dia mati.
Di jatuhi hukuman mati, kematiannya membuat seluruh negara sangat bahagia.
“Suster.. boleh saya meminta cermin?” ucap pemuda itu, dengan suara yang serak dan agak berat, namun dia tau.. itu bukanlah suaranya, suaranya yang sebelumnya jauh lebih menakutkan dari pada sekarang.
“Tentu saja boleh, ini milikku, kau bisa memilikinya.. anak tampan sepertimu harus sehat dan baikan ya, kaka suster pergi dulu, nanti siang datang lagi untuk memberi makanan” kata suster itu sambil memberikan cermin kecil pada pemuda itu.
‘Anak tampan?’
Apa dia tidak salah dengar?
Tidak, maksudnya.. dia dulu memang tampan dan selalu menjadi pujaan para wanita, tapi.. anak?
Saat dia dijatuhi hukuman mati dia yakin umurnya sudah sekitar 40 tahunan, dan suster cantik tadi masih umur sekitar 20 tahunan lho, suster semuda itu memanggilnya anak apa tidak salah?
Pemuda itu mengangkat cermin di tangannya untuk melihat rupa – ASTAGA!! Siapa ini??
Refleks cermin yang ia pegang terjatuh begitu saja.
Itu bukan wajahnya, tapi wajah orang lain, terlihat masih sangat muda.. tidak aneh suster mamanggilnya anak tampan. Terlihat seperti wajah bocah yang masih SMA atau baru lulus SMA.
Kenapa ini?
Tubuh siapa ini?
Tiba-tiba semuanya gelap, tidak.. dia tidak pingsan, dia masih tersadar.
Kemudian sebuah sosok terang menyilaukan mendekat, refleks dia memejamkan matanya karena silau, setelah dirasa cahaya sudah dapat beradaptasi dengan matanya dia kembali membuka matanya perlahan.
Sesosok misterius menghampirinya, memakai jubah putih dengan wajah yang tidak bisa ia lihat dengan jelas.
“Namamu Alberto Maverick, kau adalah ketua mafia yang telah banyak berbuat jahat dan membunuh banyak orang bukan? Kau juga dihukum mati dan menjadi tontonan orang-orang, semuanya bahagia melihatmu mati seperti itu, haha”
“Apa maumu?”
“Aku? Aku kemari untuk memberimu satu kesempatan lagi sekaligus hukuman untukmu” kata sosok itu.
“Untuk apa? Kenapa kau tidak membiarkanku mati begitu saja?”
“Jadi kau baik-baik saja masuk ke dalam neraka paling bawah? Masalahnya disini.. eum – kau ingat kenapa dulu kau membuat kelompok mafiamu pertama kali?”
Tentu saja dia mengingatnya.. dulu dia membuat kelompok itu dengan teman -temannya bukan untuk berbuat buruk, namun sebaliknya.. untuk menyelamatkan orang-orang. Namun yang selanjutnya terjadi malah sebaliknya, dia terhanyut dalam semua kesenangan itu, menjadi orang yang kejam.. tidak punya perasaan.
Membunuh seseorang seperti membunuh nyamuk baginya.
“Lalu.. kau ingat ibumu?”
“Ibu?”
Bagaimana bisa dia melupakan ibunya? Ibunya yang meninggal di tangan orang-orang jahat hanya karena hutang beberapa juta saja. Iya, dia ingat.. itulah pertama kalinya dia membunuh seseorang.
“Ibumu, sebelum kematiannya berharap kau menjadi anak yang baik.. apa kau mengingatnya?”
Iya, tentu saja ingat.. pada saat dia dihukum mati dia juga mengingatnya, dia menyesali semua perbuatannya dan tak dapat memenuhi janjinya untuk menjadi anak baik pada ibunya.
Perlahan air mata yang tak pernah menetes sejak kematian ibunya kembali mengalir di pipinya.
Rasanya hangat.. juga menyakitkan.
“Tentu saja kau ingat ya.. aku melakukan ini untuk memberimu kesempatan bagimu untuk memenuhi keinginan ibumu, karena ibumu orang yang sangat baik, satu-satunya permintaannya adalah hal ini – kau mau menerima kesempatan kedua ini untuk ibumu?”
Dia mengangguk pelan “Aku.. akan menerimanya”
“Baiklah, aku sudah memindahkanmu pada tubuh seorang pemuda yang memiliki kemalangan, tidak jauh berbeda darimu.. mungkin, lebih parah? Entahlah. Dia sudah meninggal, jadi kau bisa mengambil alih tubuhnya, sekaligus membalaskan dendamnya”
“Tapi.. kau bilang aku harus jadi orang baik”
Sosok misterius itu tertawa “Hahaha memangnya membalaskan dendam harus membunuhnya saja begitu? Cari cara lain yang lebih baik, anggap saja ini tantangan bagimu. Aku akan memberi ingatan pemuda ini – namanya Farelino Adhitama, biasanya dipanggil Fano”
“Kenapa namanya aneh begitu?”
“Ini tidak lagi di Eropa, tapi Asia, lebih tepatnya.. Indonesia”
Fano mengangguk mengerti.
“Selain itu.. aku membekalimu sesuatu yang menarik” kata sosok itu lagi, dengan nada yang agak menyebalkan, terdengar sangat meragukan, tapi Fano tau dia tidak punya pilihan lain.
“A.. apa itu?”
“Sebuah sistem, sesuatu yang akan menjagamu dari berbuat buruk lagi. Sistem ini akan memberi misi-misi untukmu, jika kau berhasil mengerjakannya maka kau bisa mendapatkan keuntungan, tapi jika tidak berhasil kau akan mendapat hukuman, kau berbuat jahat pada orang atau makhluk hidup tanpa alasan, kau juga akan mendapat hukuman, mengerti?”
“Mengerti”
Sosok itu menepuk pundak Fano “berjuanglah Fano, jika kau merasa ingin menyerah ingatlah lagi keinginan ibumu, jangan sampai jiwa psikopatmu mengelahkanmu, hahaha – aku pergi”
Sosok itu pun lenyap, dunia kembali terang benderang.
Fano melihat ke sekelilingnya, orang-orang tidak menyadari ada hal yang aneh dengannya, jadi mungkin tadi saat dia berbicara pada sosok misterius orang-orang tidak melihat.
“AAAKKKHH”
Tiba-tiba kepalanya sakit, beberapa ingatan menyerbu kepalanya, masuk ke otaknya dengan paksa, ini terasa menyakitkan, hingga ia kembali pingsan.
Ingatan tentang pemilik tubuh ia dapatkan.
Fano adalah pemuda tampan, pendiam, kaku, lemah dan terlalu baik hati. Dia berkali-kali ditipu oleh orang lain, orang-orang di sekitarnya memanfaatkan kebaikannya tersebut.
Orangtua Fano telah meninggal saat Fano baru menginjak SMP, kemudian Fano diurus oleh paman dan bibinya. Para sepupunya sering membully Fano dan meminta Fano yang pintar mengerjakan PR mereka. Jika mereka marah Fano juga akan dipukuli.
Pembelaan dari paman dan bibi? Jangan harap, mereka juga memanfaatkan Fano untuk menguras harta dari orangtua Fano, karena Fano masih dibawah umur, jadi semua harta orangtuanya diurus oleh paman dan bibinya.
Tidak berhenti sampai disana, di sekolah pun dia mendapat bullyan dari anak-anak kelasnya, terutama preman sekolah. Padahal Fano tidak memiliki salah pada mereka.
Lalu.. puncaknya adalah saat sebelum Fano jatuh dari atap gedung.
Preman sekolah membuat Fano memanjat pagar atap untuk mengambil sepatunya yang sengaja disangkutkan di tiang, saat Fano hampir berhasil mengambil sepatunya, salah satu dari mereka mendorong Fano hingga terjatuh.
Apa kata dokter tadi? Bunuh diri?
Haha, konyol..
Fano bukan bunuh diri, tapi dibunuh.. kurang ajar! Dia harus balas dendam, pada semuanya, paman, bibi dan sepupu yang menganiayanya.. lalu pada semua preman sekolah itu.
Ting!
Sebuah layar hologram muncul di depan Fano.
[Selamat Datang di Sistem Kekayaan Hukuman!]
[Disini kamu bisa menjadi kaya.. bisa mendapatkan apapun yang kamu mau, asalkan kamu tidak melakukan hal jahat pada makhluk lain]
[Akan tetapi, jika kamu berbuat jahat tanpa alasan, hukuman berat akan menimpamu!]
[Kau tidak bisa menolak sistem ini, kami akan melakukan penyesuaian]
[10%... 30%]
.
.
.
.
[100%]
Ting!
[Untuk hari ini tidak ada misi, kamu hanya harus memulihkan dirimu, banyaklah makan agar kau sehat kembali]
Setelah itu layar hilang lagi.
Perhatian sekali.. padahal hanya sistem.
Fano kembali berbaring di ranjangnya, memikirkan kembali kehidupan Fano yang asli.
Sebenarnya harta peninggalan orangtua Fano tidak banyak, sebagian besar sudah dialihkan untuk biaya sekolah Fano hingga lulus. Orangtua Fano memiliki asuransi, saat ingin mencairkan asuransi paman dan bibinya sangat baik hingga Fano berpikir pasti baik-baik saja tinggal dengan mereka. Karena itu orang asuransi juga percaya dengan paman dan bibinya Fano.
Akan tetapi, ini sudah beberapa tahun dan semua uang itu dihabiskan oleh orang-orang tidak tau diri itu. Fano? Dia masih dibawah umur, dan lagi dia terlalu takut dan pengecut untuk mengadu pada seseorang.
Dia tidak punya saudara lain selain mereka.
Jika Fano memilih pergi, Fano tidak memiliki tempat tinggal lain.
Lihat saja sekarang, meski Fano kecelakaan – tidak.. habis didorong dari atap gedung, dokter saja sudah berpikir dia tidak bisa selamat.. bukannya menjenguk atau apa, mereka malah pura-pura tidak mengenal Fano.
Fano sudah dibuang.
Sialan!
Orang-orang tidak tau diri!
Aku akan menghancurkan kalian!
Ting!
Fano terkejut saat tiba-tiba layar sistem muncul lagi
[Peringatan! Kamu memiliki aura membunuh, tolong redakan emosimu]
[Itu akan mempengaruhi kesehatan juga]
[Sistem sarankan untuk jalan-jalan agar lebih rileks]
‘Aku ingin pergi dari rumah sialan itu’
[Sungguh? Itu sebenarnya bisa saja]
Oh, sistem ini bisa membaca pikirannya ya? Syukurlah..
[Tentu saja aku bisa, aku kan hebat!]
‘Jangan sombong! Cepat katakan saja caranya’
[Hmph!]
‘Kau ini perempuan ya? Kenapa sensitif begitu?’
[Aku tidak punya gender tau! Baiklah, aku sarankan kau jalan-jalan, kalau ada misi nanti kau juga dapat uang]
Fano pun mencoba duduk kembali, lalu menurunkan kakinya ke bawah ranjang, menggerak-gerakkannya sebentar. Kakinya terasa agak kaku, tapi sepertinya bisa digerakkan dengan baik.
Fano mengenakan sendal rumah sakit lalu berdiri, ia agak sedikit sempoyongan tapi kemudian bisa berjalan dengan baik.
Seorang suster mendekat padanya.
“Ada yang bisa dibantu?” tanya suster cantik tersebut, dia bukan suster yang tadi, ini suster lain.
“Saya hanya ingin jalan-jalan boleh?”
Suster tersebut tersenyum manis “Tentu saja, mau saya antar?”
“Apa tidak merepotkan? Saya bisa sendiri”
“Kalau begitu saya antarkan sampai taman saja, bagaimana?”
“Baiklah, mohon bantuannya suster”
Dia beruntung karena pemilik tubuh yang asli orangnya sagat sopan dan pandai berbicara, semua kemampuan Fano yang asli dia miliki, jadi tidak sulit untuk mencoba beramah tamah.
Tapi jika pemilik jiwa ini, Alberto Maverick, atau biasa dipanggil Albert, susah sekali untuk tidak bersikap dingin pada seseorang. Albet juga biasa bersikap sangat dingin pada para wanita, meski begitu para wanita tetap saja mengejarnya.
Fano ingin tau, apakah kemampuannya sebagai Albert juga masih melakat atau tidak.
[Tentu saja masih, tapi dalam keadaan sakit begini tidak bisa digunakan]
Sistem tiba-tiba muncul dan menjawabnya, Fano melirik pada suster yang mengantarnya, sepertinya suster tidak bisa melihat layar sistem, baguslah.
Mereka sampai di taman rumah sakit, tamannya sangat indah memiliki berbagai bunga-bunga tropis yang jarang dia lihat – tapi, Fano yang asli sering melihatnya, jadi dia memiliki perasaan biasa-biasa saja.
“Kamu tidak ingin ditemani? Aku bisa menemanimu sebentar” kata suster itu, dia tidak sedang menggoda Fano, suster itu seperti.. eum, kasihan? Terlihat dari cara dia menatap Fano.
“Boleh, aku ingin bicara dengan suster sebentar”
Suster itu tersenyum lalu duduk di sebelah Fano di bangku taman, beberapa pasien lain juga ada yang berada di taman, karena ini masih pagi, jadi sinar mentari masih baik bagi tubuh, belum jam sembilan.
“Kamu ingin menanyakan sesuatu?”
“Dimana keluargaku?”
Suster terlihat canggung sekarang “Itu.. eum –”
“Tidak apa suster, katakan yang sejujurnya saja”
“Baiklah, sebenarnya mereka datang saat kau baru dibawa ke rumah sakit ini, katanya mereka sudah tidak berurusan denganmu, bahkan barang-barangmu dibawakan oleh mereka – sekarang ada kami simpan di gudang, aku bisa mengambilkannya untukmu”
“Aku akan mengambilnya jika sudah sembuh suster”
“Padahal kau anak yang baik.. kami sangat senang kau bisa bangun dan selamat.. kami pikir.. ah, maaf”
Fano menggeleng “Tidak apa suster, saya juga senang bisa selamat – apa saya.. eum, tidak punya teman Suster? Satu pun?”
Suster kembali tersenyum “Ada kok, satu orang sih, dia gadis yang baik.. dia berkata ingin membayarkan oprasimu jika kau tidak bangun juga, tapi dokter menghentikannya, karena kami tau, orangtua gadis itu tidak akan membiarkan hal tersebut”
“Oh begitu”
Gadis? Di dalam ingatan Fano tidak ada tuh tentang gadis manapun. Fano tidak memiliki teman sama sekali.. jadi siapa gadis itu?
“Suster.. apa suster kenal Alberto Maverick?” tanya Fano
Suster mengangguk, kali ini ekspresinya terlihat kesal “Tentu saja.. aku bersyukur orang seperti itu sudah mati, dia kejam sekali, kok bisa ada orang seperti itu – meski dia sudah mati puluhan tahun lalu, berita tentang dia masih ada saja hingga sekarang, maklum, dia mafia tampan sih, hehe”
Fano ikut terkekeh bersama suster sampai kemudian dia menyadari “tunggu! Puluhan tahun?”
Suster mengangguk “Kalau tidak salah itu dua puluh tahun lalu”
Berarti ini sekarang tahun 2022?
Suster berdiri dari duduknya “Aku bertugas dulu, jangan lupa kembali saat jam sepuluh ya.. atau paling tidak saat makan siang, okay?”
Fano mengangguk sambil tersenyum kecil “Baiklah suster”
Suster cantik pun pergi meninggalkannya, karena dia tidak mungkin menemani Fano terus kan.
Fano termenung sambil menatap orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya.
Ting!
[Misi ditemukan! Pergilah ke taman mawar di jung kiri taman, bebaskan kucing kecil yang terjerat duri, lalu minta suster mengobati kucing kecil]
Fano mengernyit melihat misi tersebut.
Apa-apaan?! Untuk apa dia menyelamatkan kucing kecil? Biarkan dia mati saja lah.
[Hadiah misi ini adalah apartemen mewah seharga enam miliar rupiah]
‘Tapi.. menolong kucing buat apa?’
[Jika tidak menyelesaikan misi ini dan membiarkan kucing terluka, maka kamu akan mendapat hukuman]
‘Tsk!’
[Hukumannya adalah mengalami sakit kepala yang lebih parah dari mendapat semua ingatan seperti tadi tiga kali lipat]
‘Tiga kali lipat? Itu keterlaluan sekali! Menyusahkan! Aku tidak mengerti kenapa ada misi menyusahkan begini’
[Aku juga tidak mengerti kenapa berbuat baik sesimple ini menyusahkanmu]
‘Akan ku lakukan!’
[Cih]
‘Hei!! Kenapa kau berdecih?’
[Kau sangat jahat aku tidak suka!]
‘Jadi kau terpaksa bersamaku?’
[Jelas lah!]
Dengan perasaan dongkol Fano berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju taman mawar seperti yang diperintahkan. Fano memeriksa taman tersebut, bagian sini sepi, padahal mawarnya sedag berbunga dan cantik sekali...
Cantik sekali sampai tangan Fano gatal ingin merusaknya, tapi mawar itu berduri.
Suara kucing kecil mengeong terdengar lirih, jika orang normal yang mendengarnya akan merasa kasihan... namun bagi Fano dengan jiwa Albert ini tentu berbeda.
Tidak ada rasa kasihan, hatinya juga tidak tergerak.
Meski mendapat hadiah bagus berupa apartemen, entah mengapa ini menyebalkan dan menyusahkan baginya.
Kucing kecilnya ketemu, pelan-pelan Fano membebaskannya dari jeratan duri-duri mawar, kucing tersebut memiliki banyak luka dan sebagian berdarah.
“Kenapa kau bisa berada disana? Sekarang kau terluka kan?” gumam Fano.
Ting!
[Peringatan!]
“Iya iya, aku akan mencari suster untuk mengobati kucing ini, puas?”
[Dasar tidak punya hati!]
Fano menghela nafas lelah “Aku masih punya ya.. tidak percaya periksa saja organ dalamku”
Fano pun berjalan memasuki rumah sakit kembali, kemudian menemukan suster yang tadi pagi dilihatnya saat terbangun dari tidur panjang.
“Ya ampun! Kucingnya kenapa? Kasihan sekali..” kata suster tersebut, suster lain datang mendekat lalu bersahutan mengasihani si kucing kecil.
“Dimana kamu menemukannya? Baik sekali..” kata salah satu suster.
Entahlah.. tapi ada orang menyebutnya ‘baik’ membuat Fano aneh.
“Dari taman mawar.. terjerat duri, selamatkan” Fano tidak tau harus mengatakan apa lagi, dia merasa sangat canggung setelah disebut ‘baik’ karena tidak biasa dan juga.. dia tidak baik, dia tidak pantas disebut baik.
“Akan ku obati.. serahkan padaku” kata salah satu suster, lalu Fano memberikan kucing itu padanya.
“Terima kasih, aku akan kembali ke kamar”
“Mau ku bawakan barang-barangmu Fano?Mungkin kau membutuhkannya?” tanya suster yang tadi menemaninya di taman.
“Oh, boleh juga..” Fano
“Ayo ikut aku”
Ting!
[Hadiah berupa sertifikat apartemen dan kuncinya sudah terkirim bersama barang-barangmu yang lain]
‘Oke’
[Cih]
‘Kenapa kau berdecih lagi?’
.
.