SweetNovel HOME timur angst anime barat chicklit horor misteri seleb sistem urban
Pembalasan Sang Narapidana

Pembalasan Sang Narapidana

Prolog, Perkenalkan Pemeran

Pagi itu suasana begitu tenang. Seperti biasa, keluarga kecil nan miskin terlihat tengah bersiap siap, untuk melakukan kegiatan mereka masing masing.

Begitu juga dengan seorang pemuda yang bernama Jo. Dia baru saja selesai mengenakan pakaian sekolahnya dan langsung bergegas memakai sepatu yang sudah lekang.

Jo adalah anak sulung dari pasangan suami istri yang bernama ibu Siti dan juga pak Imran. Mereka berdua bekerja sebagai pencari butut alias pencari barang barang bekas.

Jo sendiri mempunyai adik perempuan yang sudah duduk di kelas 9 Sekolah Menengah Pertama. Dan adiknya bernama Nadia. Bersekolah tak jauh dari sekolah nya, sehingga setiap harinya mereka berdua akan pergi bersama sama menuju ke sekolah.

Setelah selesai memakai sepatu, Jo pun memanggil adiknya Nadia. Hari ini adalah hari terakhir Jo akan mengikuti ujian akhir semester. Dan itu artinya sebentar lagi Jo akan tamat dari sekolah SMA nya itu.

"Adik...! Apakah kau sudah siap?" tanya Jo sedikit berteriak.

"Iya sudah kak, ayo." ajak Nadia tersenyum manis menatap kearah kakaknya.

Mereka berdua sudah berpamitan kepada bapak dan ibu yang masih sibuk sarapan. Setelah itu Jo menaiki sepeda mini sambil membonceng adiknya menuju ke sekolah mereka masing-masing.

Perjalanan menuju ke sekolah menghabiskan waktu satu jam lamanya. Sehingga pagi pagi sekali mereka berdua harus sudah bergegas membelah jalan raya yang terasa dingin dan masih gelap.

Jo yang menyadari tangan adiknya menggigil langsung menyuruh adiknya itu untuk memasukkan tangannya di saku celana Jo.

"Adik. Simpanlah tanganmu di saku celana dan saku jaket yang kakak kenakan. Pagi ini masih terlihat gelap dan dingin. Sepertinya akan segera turun hujan." titah Jo sambil mempercepat laju bersepeda nya.

Nadia mengikuti perintah dari kakaknya, dia memasukkan tangannya dan memeluk pinggang Sang kakak erat.

Nadia tahu kalau kakaknya saat ini sudah sangat kelelahan. Tapi tidak mungkin Kakaknya mau, kalau dia yang bergantian mengayuh sepeda. Jo sendiri adalah seorang pria yang tampan dan juga gagah. Tubuhnya tegap dan hidungnya sangat mancung. Begitu juga dengan Nadia. Walaupun mereka miskin, tapi mereka mempunyai paras yang sangat cantik dan rupawan.

Bahkan tak jarang di sekolah, Nadia disukai oleh banyak teman laki laki yang ada di sekolah, tapi Nadia tidak memperdulikan mereka semua.

Begitu juga dengan Jo. Andai Jo adalah anak orang kaya, pasti dia akan menjadi seorang pria paling populer di sekolah tersebut, tapi tentu saja itu semua tidak akan mungkin terjadi.

Karena Jo hanyalah seorang anak miskin yang mengendarai sepeda setiap harinya. Bahkan tak jarang Jo selalu menjadi bahan bullyan para teman temannya. Tapi Jo tidak pernah memperdulikan mereka semua. Bagi Jo, dia hanya ingin bersekolah sampai selesai, setelah itu Jo akan mencari pekerjaan menggunakan ijazah SMA yang dia miliki.

Hingga tanpa terasa, mereka berdua sudah tiba di sekolah milik adiknya Nadia. Dan dengan cepat Nadia turun lalu mencium tangan kakaknya itu.

"Kak! Terimakasih ya sudah mengantarkan Nadia." ucap Nadia tersenyum menatap Jo.

"Iya, sekolah yang bener ya dik. Nanti siang seperti biasa kakak jemput." ucap Jo sambil mengelus kepala adiknya gemas.

Mendapat kepala nya di elus, Nadia sedikit cemberut. Karena rambutnya yang sudah rapi menjadi berserakan kembali.

"Kakak! Jangan serak rambutku." sarkas Nadia tidak suka.

Jo tersenyum senang. Dia memang suka menjahili adiknya yang sangat cantik itu. Jo berjanji akan menjaga adiknya sampai kapanpun.

"Iya maaf. Abisnya kamu gemesin banget. Ya sudah sekarang cepat masuk. Jangan keluar dari gerbang. Langsung duduk di kelas aja."

"Okey kak, aku pergi dulu kak." pamit Nadia kepada kakaknya.

Dan setelah memastikan adiknya masuk ke dalam pekarangan sekolah, Jo kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke sekolah tempatnya menimba ilmu.

Sekolah Jo berada di samping sekolah Nadia. Setelah memarkirkan sepedanya di tempat parkiran paling ujung, Jo pun bergegas menuju ke arah ruangan kelas.

Tanpa Jo sadari, jika sedari tadi sudah ada empat orang pemuda yang bersembunyi di balik pagar bunga sambil menatap kepergian dirinya.

"Akhirnya mangsa kita tiba juga. Pokoknya, kali ini kita harus berhasil mendapatkan apa yang kita inginkan." ucap seorang pria yang berpakaian sama seperti yang Jo kenakan.

Mereka berempat adalah anak anak Sultan di sekolah tersebut. Dan salah satu pemuda itu adalah bos dari ketiga pemuda yang lainnya.

Dia bernama Marvel. Marvel sendiri sangat menyukai adiknya Jo yaitu Nadia. Tapi Jo selalu melarang keras, pemuda itu mendekati adiknya.

Jo tidak akan sudi membiarkan para bajingan seperti mereka mendekati adiknya yang polos dan juga masih belia.

Setelah memastikan Jo menghilang dari pandangan mereka. Dengan gerakan cepat. Marvel memerintahkan ketiga teman nya untuk membocorkan kedua ban sepeda milik Jo.

"Cepat bocorkan ban sepedanya. Jangan sampai kalian gagal lagi. Kali ini aku ingin merasakan nikmatnya gadis belia itu. Sebelum aku benar-benar lulus dari sekolah ini. Dan harus pergi kuliah keluar negeri." titah Marvel kepada ketiga teman nya.

Teman Marvel bernama Dimas, Andre dan juga Kenzo. Mereka langsung bergegas melakukan apa yang bos mereka perintahkan.

Hingga tepat bel berbunyi, mereka berempat meninggalkan tempat tersebut. Rasanya Marvel sudah tidak sabar ingin segera melakukan rencana jahat yang ada di dalam otaknya.

**

Dan beberapa jam kemudian, ujian sudah selesai dilakukan. Para murid kelas tiga berhamburan keluar dari kelas mereka untuk segera pulang ke rumah masing-masing.

Begitu juga dengan Jo. Dia terlihat berjalan tergesa gesa karena takut kalau Sang adik akan menunggu di depan pagar sekolah.

Namun baru saja hendak menuruni anak tangga. Tiba-tiba Jo dikejutkan oleh panggilan seseorang gadis cantik yang bernama Clara.

"Jo tunggu!" sapa Clara kepada Jo.

Dengan terpaksa Jo menghentikan langkahnya dan berbalik arah menatap gadis cantik tersebut.

Sedangkan di depan ruang kelas, Marvel dan ke-tiga teman temannya baru keluar dari dalam kelas dan melirik sinis kearah mereka berdua.

"Minggir! Ini sekolah bukan tempat pacaran. Dasar tidak punya etika. Udah miskin sok belagu lagi." sindir Marvel sambil menabrak lengan bahu Jo.

Setelah itu mereka berempat langsung melewati Jo dan turun dari atas tangga. Jo hanya diam memasang wajah datar.

Bukan saatnya lagi memperdulikan ejekan dari mereka semua. Karena Jo sadar, bahwa saat ini dia sudah beranjak dewasa. Setelah itu tatapan mata Jo mengarah tajam ke wajah Clara yang terdiam kaku melihat dirinya.

"Ada apa? Aku tidak mempunyai banyak waktu." tanya Jo bernada dingin.

"Jo..! Aku, aku ingin bertanya. Apakah setelah lulus sekolah, kau akan melanjutkan kuliah?" tanya Clara dengan nada terbata bata.

Mendengar pertanyaan dari Clara membuat wajah Jo seketika berubah memerah. Apakah gadis ini sengaja ingin merendahkan dirinya?

"Kenapa kau bertanya tentang hal itu? Sedangkan kau sudah tahu Jawaban nya bukan! Sekarang aku harus pergi. Ingat! Jangan mencampuri urusan pribadi ku. Karena kita tidak selevel."

Degghhh...

Melihat Jo membalikkan tubuhnya dan berlalu meninggalkan dirinya, membuat Clara meneteskan air mata.

Sungguh..! Perasaan yang ada di dalam hatinya ini benar-benar membuat dirinya merasa sangat sesak.

"Hiks... hiks... Mengapa kau begitu dingin Jo. Aku bahkan tidak berani untuk mendekati dirimu." gumam Clara menangis pilu.

Kejadian Yang Tak Terduga

Kini Jo sudah berada di parkiran yang paling ujung. Dia berjalan cepat hendak mengambil sepedanya dan segera menjemput sang adik yang biasanya sudah menunggu di depan gerbang sekolah.

Kebetulan, Nadia juga mengikuti ujian semester akhir. Jadi Jo tidak ingin, kalau adiknya sampai menunggu dirinya terlalu lama.

Tapi ketika Jo akan menaiki sepeda milik nya. Dia dikejutkan oleh ban sepeda yang bocor di kedua ban nya.

Melihat hal itu, tentu saja membuat Jo menjadi kesal bukan kepalang. Padahal setiap akan pergi ke sekolah, Jo selalu mengecek ban sepeda yang akan dia ajak untuk bergelinding itu.

"Shitt....! Cobaan apa lagi ini. Kenapa harus bocor di saat jam pulang sekolah seperti ini. Mana dua sekaligus lagi yang bocor." rutuk Jo sambil menyepak ban sepeda miliknya itu.

Wajah Jo berubah menjadi gusar, dia melihat ke kanan dan ke kiri, sepertinya semua para murid sudah pulang meninggalkan sekolah tersebut.

Lalu Jo pun berinisiatif untuk menjemput adiknya terlebih dahulu, sambil membawa sepeda yang bocor itu.

Sesampainya di depan gerbang sekolah SMP, Jo celingukan kesana kemari, Dia tidak melihat adiknya yang biasa menunggu dirinya di depan gerbang sekolah.

Lalu Jo pun bertanya kepada abang penjual Cilok yang berada di samping dari gerbang tersebut.

"Bang..! Kenapa terlihat sangat sunyi sekali? Apakah murid kelas 3 SMP belum pada bubar?" tanya Jack menatap panik.

"Oh belum dek. Mungkin hari ini lumayan lama. Karena ada ujian tambahan. Tapi ya gak tahu juga ya, karena sebagian kelas 3 yang lain sudah ada yang pulang." jelas bang Cilok kepada Jo.

Jo sudah mengenal abang Cilok tersebut, karena Jo termasuk langganan yang menyukai jajanan abang itu.

Lalu Jo yang merasa bimbang pun meminta tolong kepada abang cilok tersebut.

"Bang. Aku boleh minta tolong gak sama abang?" tanya Jo menatap tidak enak.

"Minta tolong apa dek?"

"Begini bang. Kebetulan ban sepeda ku dua duanya bocor. Jadi aku berencana akan menempelnya di bengkel ban yang ada di samping sekolah ku di sana. Nanti kalau adik ku Nadia keluar dan menunggu di depan gerbang, tolong sampai kan kepada nya ya bang. Agar dia mau menunggu ku sebentar saja." jelas Jo kepada abang Cilok.

Mendengar permintaan Jo, dia pun langsung mengangguk. Kebetulan dia masih lama mangkal di tempat ini.

"Ya sudah, nanti abang sampaikan. Sekarang kamu segera bergegas menempel ban. Keburu adikmu keluar dari kelas."

"Siap bang. Makasih banyak kalau begitu." ucap Jo tersenyum senang.

Setelah itu Jo kembali mendorong sepedanya melewati sekolah nya itu, dan terus berjalan hingga tiba di tempat bengkel ban.

Tanpa Jo sadari, jika sedari tadi keempat pemuda yang bersembunyi di balik pagar sekolah, telah mendengar pembicaraan mereka berdua.

Marvel tersenyum menyeringai menatap kearah ketiga teman temannya. Mereka sudah tahu apa yang harus mereka bertiga kerjakan.

Tepat sepuluh menit setelah kepergian Jo, Nadia pun keluar dari dalam perkarangan sekolah. Dia menatap panik ketika di depan gerbang tidak melihat keberadaan abangnya.

Nadia, memang memiliki tubuh yang besar dan juga tinggi. Bahkan bisa dibilang Nadia sangat cocok menjadi siswi yang duduk di bangku sekolah SMA. Pantas saja kalau Marvel bisa tergila gila oleh gadis berparas cantik itu.

Kulit Nadia pun begitu putih, entah bagaimana kedua orang tuanya mengadoni Nadia dan Jo, sehingga anak anak mereka terlahir dengan paras dan tubuh yang sangat sempurna.

Marvel yang sedari tadi memperhatikan gadis cantik itupun langsung keluar dari persembunyiannya, dia hendak mendekati gadis yang sedang memasang wajah bingung.

"Hay Nadia...!" sapa Marvel ramah.

"Eh,"

Nadia terlonjak kaget saat melihat pemuda berseragam sama seperti kakanya mendekat kearah dirinya. Marvel yang menyadari keterkejutan Nadia pun langsung tersenyum manis.

"Ehm..! Kamu jangan takut. Namaku adalah Marvel, salah satu sahabat kakakmu di kelas. Oya kamu pasti sedang menunggu kakakmu bukan?" tanya Marvel mulai bersandiwara.

"Iya kak. Kalau boleh tahu ada di mana kakakku kak? Apakah dia masih berada di kelasnya?"

Nadia bertanya sambil menundukkan pandangannya, dia tidak terbiasa berbicara dengan pemuda selain kakaknya sendiri.

"Iya, saat ini kakamu berada di rumah penjaga sekolah, dia sedang membenarkan ban sepedanya yang bocor. Dan dia meminta tolong kepadaku, agar aku menjemput mu dan membawa mu ke tempat dia berada. Sepertinya kakakmu akan menghabiskan waktu lumayan lama untuk membenarkan ban sepeda miliknya. Jadi sekarang ayo ikut aku ke dalam sekolah, Aku akan mengantarkan mu menemui dirinya." ajak Marvel tersenyum meyakinkan.

Mendengar ajakan itu, Nadia menunduk bingung. Tapi dia merasa kasihan terhadap kakaknya, pasti kakaknya tidak mempunyai uang, sehingga harus berusaha membenarkan ban bocor sendirian.

Saat Nadia masih terus berpikir, tanpa gadis itu sadari, Marvel bermain mata kepada ketiga teman temannya yang sedang fokus mengalihkan perhatian abang penjual Cilok.

Lalu Nadia pun beranjak pergi mengikuti Marvel. Dia menebak pasti kakaknya sangat merasa lelah saat ini.

"Kasihan kakak. Aku harus membantu kakak menempel ban sepeda." gumam Nadia di dalam benaknya.

Mereka berdua terus menyusuri gedung gedung yang ada di dalam sekolah SMA tersebut, sampai setibanya di sebuah ruangan yang bertuliskan Base Came anak Sultan. Tiba-tiba saja Marvel menarik paksa tangan Nadia agar masuk ke dalam ruangan tersebut.

Merasakan tarikan itu, Nadia pun berteriak histeris. Dia berusaha melawan dan memberontak dari pria yang sedang menarik dirinya.

"Lepaskan aku kak! Apa yang ingin kakak lakukan?" bentak Nadia berwajah marah.

"Ikuti saja apa yang aku lakukan kepada mu. Jangan banyak tanya gadis kecil."

"Tidak..! Aku tidak mau kak, aku tidak mau."

Tas ransel Nadia langsung terhempas di atas lantai, tepat di depan pintu ruangan milik Marvel. Sedangkan wanita malang itu sudah di tarik paksa oleh Marvel, di susul ketiga anak buah Marvel yang ikut masuk ke dalam ruangan.

Brakkkk....

Tubuh Nadia langsung dihempaskan di atas ranjang, membuat gadis belia itu merasa sangat ketakutan.

"Tidak... ! Kalian mau apa? Aku mohon lepaskan aku!" teriak Nadia berusaha bangkit dari atas ranjang.

Tapi sayang, niatnya itu langsung di gagalkan oleh Marvel dan ketiga temannya. Mereka tertawa sambil menatap tubuh Nadia penuh hasrat bergairah.

"Bos! Ternyata benar-benar montok adik si pria miskin itu. Kau memang tidak pernah salah memilih wanita bos." puji Kenzo tersenyum menyeringai.

"Tentu saja, aku sangat jeli melihat barang bagus seperti ini. Sekarang ayo kita ikat kedua kakinya, aku sudah tidak tahan ingin segera mencicipi tubuh nya." titah Marvel sambil membuka baju seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya.

Melihat gerakan mereka berempat. Membuat Nadia merasa sangat ketakutan. Dia menjerit sekuat kuatnya, agar ada orang yang bisa menolong dirinya. Tanpa dia tahu kalau ternyata, kamar tersebut memiliki alat peredam suara.

"Tidak..........!!!! Jangan sentuh aku......!" teriak Nadia ketika Marvel menimpa tubuh nya yang masih sangat suci itu.

Terpopuler